satu

1.4K 203 79
                                    


1 # Pendaftaran Relawan Angkatan

Menjadi seseorang dengan sekolah-pulang sebagai rutinitas tidak pernah menjadi masalah bagi Yoonbin. Memang tidak, sebelum dia menjadi mahasiswa. Memang tidak, sebelum hukum rimba universitas memaksanya untuk rajin bersosialisasi. Karena itulah, tak bisa pemuda bermata sipit itu pungkiri bahwa dia menginginkan rutinitasnya kembali seperti semula.

Sedari awal, mungkin dia sendiri yang salah karena bisa-bisanya memiliki niatan untuk menjadi sosok yang aktif dan komunikatif setelah lulus SMA. Ditambah lagi ketika mendapat wejangan dari raka asistensi gugusnya saat ospek, suatu semangat asing tiba-tiba merekah di dadanya. Untuk pertama kali dalam 18 tahun hidupnya, Yoonbin pun berkeinginan besar untuk ikut kepanitiaan dan organisasi─yang semasa SMA selalu ia hujat dan cibir dibelakang.

Walaupun alasan utamanya supaya bisa bertemu kakak-kakak gemas, sih. Tapi setidaknya, niat Yoonbin yang sangat edisi terbatas ini perlu diapresiasi.

Dengan alasan-alasan remeh itulah, Yoonbin pun akhirnya berakhir terjebak didua UKM dan satu kepanitian, yang syukurlah masa baktinya sudah berakhir dua minggu yang lalu.

"Yoonbin, futsal kumpul hari ini. Jangan pulang duluan ya." Baru saja Yoonbin hendak memasukkan alat tulisnya ke tas, Jihoon─sohib satu kost dan sekelasnya, tiba-tiba menghampiri mejanya. "Kemarin Bang Gon marah gara-gara lo izin nggak masuk. Lo mah izin sakit tapi nyatanya nongkrong di warung depan kost, kan goblok. Bang Gon liat lo."

Jihoon bahkan tidak menyadari perubahan drastis ekspresi Yoonbin. Wajahnya yang semula sumringah setelah dosen PBB keluar ruangan, dalam sekejap berubah semuram langit saat hujan petir beberapa hari silam.

Pemuda bermata tajam itu merengek pelan sambil menidurkan kepalanya, yang entah kenapa tiba-tiba terasa seberat beton, ke permukaan meja. Yoonbin kesal, marah, capek, dan ingin pulang lalu bergelung di balik selimutnya. Namun apa daya, Yoonbin tahu ketika dia mendengar kata 'Bang Gon' terhubung dengan 'marah', akan sulit untuk melakukan itu semua.

"Yaelah ngapa sih muka lo macem orang baru ditinggal nikah sama mantan?" Celetuk Jihoon tanpa filter. "Disuruh kumpul doang, Bin. Nggak ada latihan."

"Masalahnya, gue pengen pulang, Mamang," balas Yoonbin dengan nada sengit. Dia melirik tajam Jihoon yang sekarang duduk di bangku sebelah dengan matanya yang sipit, "Disuruh kumpul sama Bang Gon berarti gue nggak bisa pulang."

"Lagian mau ngapain juga di rumah? Ngerjain tugas PBB? Emang lo udah paham?"

Yoonbin berdecak kesal ketika dia menyadari perkataan Jihoon ada benarnya. Dia tidak akan ada kerjaan jika kembali ke kost sekarang, dan Yoonbin tidak serajin itu untuk langsung mengerjakan tugas yang baru diberikan beberapa menit lalu. Namun dia tidak mungkin bilang kepada Jihoon bahwa dia tidak mau kumpul UKM karena malas kan?

"Ayo," ujar si pemuda berbehel ketika dilihatnya Yoonbin bengong di tempat. "Lebih cepet dateng lebih baik. Ntar cepet juga pulangnya."

"Iya iya, bawel lo."

Yoonbin berdecak kesal sekali lagi sambil memutar bola mata ketika Jihoon mengambil tasnya lalu berjalan meninggalkannya. Gelak tawa si pemuda berbehel─yang bagi Yoonbin terdengar seperti tawa buatan patung iblis di Final Destination 3, terdengar tak lama setelahnya.

"Come on, twatface. Move your lazy ass!"

"Gue nggak ngajarin itu buat lo praktekin ke gue ya, Kimak."

──


Pertemuan anggota PST cabang futsal berjalan dengan mulus. Tak ada bentakan dan amukan dari Bang Gon yang tadi diprediksi Jihoon, dan tak ada latihan secara impuls karena mood swing sang ketua yang kondang akan keparahannya. Intinya, aman. Yang harus Yoonbin lakukan sekarang hanyalah menenteng ransel legamnya, yang belum dia cuci semenjak adegan berguling-guling di lapangan berumput saat ospek, dan berjalan dengan santai menuju kost tercinta.

Diari Seorang Apatis ─hayoonbinWhere stories live. Discover now