⭕Five⭕

19 5 4
                                    

✴Kenali dirimu, sebelum kau berusaha mengenali orang lain.✴

Jadi, alasan keberadaanku, mom, dad, dan Fleur di sini karena Lucifer sialan itu. Aku tidak percaya dengan penuturan dad tentang makhluk itu. Dad bahkan memintaku untuk mengenali diriku, sebelum makhluk itu kembali menguasai kegelapan, atau bahkan bisa saja menguasai kami semua, dan seluruh mortal, maksudku manusia di dunia.

Menurut dad, Lucifer yang ia sebut sebagai 'Tuan' itu pernah berkuasa di kegelapan. Ia dan mom bahkan pernah berada dalam penguasaannya karena ketidaktahuan mereka tentang kejahatan. Dad juga bercerita tentang akhir hayat kakekku yang Vampire itu. Semua penuturan dad membuat jiwaku bergetar. Ternyata kerumitan dunia baru ini jauh lebih rumit dari rumus matematika Mr. Rodriguez. Ini bukan soal yang harus dicari hasilnya lagi, tapi ini soal hidup dan mati.

Aku meminta dad untuk meninggalkanku sendiri di pinggiran sungai Manzanares. Semilir angin menyapu kulit wajahku. Kusimpan kedua tanganku di saku mantel. Kuisi paru-paruku dengan udara dingin yang membuat karbon dioksida-ku menjadi uap.

Tentang Lucifer, penuturan dad tampak masuk akal bagiku. Hanya tingkat kepercayaanku teramat tipis. Aku masih yakin diriku manusia biasa. Tapi, mengapa dad dan mom tampak berbeda di monumen Columbus? Pusing kepalaku dibuatnya. Semua informasi baru ini berputar-putar di kepalaku membentuk satu poros aneh menyerupai obat nyamuk bakar.

Netraku menangkap visual tidak biasa di sungai Manzanares. Tapi, aku masih berada di tempatku dengan tenang. Meski pusaran air yang tadinya kecil itu semakin besar, makin besar, dan sangat besar. Hingga bagian tengah pusaran itu tampak seperti lubang hitam. Seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dariku menunjuk-nunjuk pusaran itu. Membuatku meyakini penglihatanku, bukan ilusi optik yang diakibatkan oleh perputaran otak.

Aku merasa ada yang tidak beres di sini. Benar saja, dari lubang hitam di tengah pusaran air itu melompat dua orang pria. Lompatan yang tidak biasa. Kupikir dari jalan setapak ini ke permukaan air saja sudah tidak kurang dari tiga meter, apalagi mereka tampak berasal dari dasar sungai, dalam kondisi tidak basah.

Dua orang pria itu mendarat tepat di hadapan perempuan yang tadi menunjuk pusaran air. Kulihat ke sekitar, tidak ada orang lain di sini selain aku dan mereka. Detik berikutnya, mulut salah seorang pria tersebut tersemat di kedua sisi leher perempuan bermantel lembayung itu. Cairan merah kental pun tak ayal menetes di leher mantel si perempuan diiringi lengking kesakitan yang mengiris jiwa lelakiku.

Aku tahu, dua pria di sana bukanlah manusia. Aku ingin menyelamatkan nyawa perempuan di itu. Tapi, dua lawan satu, yang benar saja? Lagi pula ... bagaimana caranya?

Seharusnya ada dad atau mom di sini. Untuk menyelamatkan perempuan itu. Bahkan, sekarang untuk menyelamatkanku karena retina merah pria pertama yang menggigit leher perempuan itu menangkap keberadaanku. Seketika ia menyerahkan si perempuan kepada temannya yang berambut pirang, temannya pun menggigit sisi leher yang lain dan menandaskan sisa cairan merah di tubuh si perempuan hingga tubuh perempuan itu terkulai lemas. Sementara lelaki dengan retina dan rambut merah itu melangkah perlahan ke arahku.

Kurasa udara di pinggir sungai Manzanares ini lebih dingin dari beberapa detik yang lalu. Sorot mata merah itu tidak lepas dari diriku yang tengah menghitung kecepatan berlariku dan peluang kesia-siaan tindakan itu. Sepertinya peluang kesia-siaan itu terlampau besar, membuatku enggan melakukan percobaan berlari. Kalaupun akhir hayatku harus berakhir seperti perempuan tadi, setidaknya aku tidak perlu merasakan pacuan adrenalin berlebih sebelum meregang nyawa. Kubiarkan saja ia menggigitku di bagian mana pun yang disukainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] MATA NILA: Relic Of LuciferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang