Unwanted Wife || 11

15.3K 721 11
                                    

Pagi pagi sekali Alda sudah berada di kampus, tepatnya taman kampus. Ia sengaja menghindari Vino. Hatinya masih sakit, Ia tak bisa berbuat banyak. Disini Ia yang salah, karena hadir dalam hidup Vino. Andai saja dulu Ia tak bertemu pak Angga, mungkin hidupnya tak akan serumit ini. Tapi Alda mencoba tegar menghadapi semua ini, ini adalah jalan hidupnya.

Alda melirik jam di pergelangan tangan kirinya, tak terasa Ia sudah satu jam lebih duduk di sini. Alda beranjak dari taman dan berjalan menuju kelasnya, Ia mendapati Melda dan Arka di kelas dengan beberapa temannya yang bercengkrama ria.

"Hai Mel, hai Ar" sapa Alda dengan duduk di bangkunya.

"Hai Al" balas Melda dengan tersenyum, Melda menatap wajah temannya yang lesu.

"Kamu kenapa Al, kok gak semangat gitu?" tanya Melda pada Alda.

Alda menoleh pada Melda dan tersenyum tipis. "Aku gak papa kok Mel, cuma capek aja." jawab Alda meyakinkan temannya.

"Pasti karena kelompok kemarin kan? harusnya kita kerjainnya dengan santai aja, gak ngebut kaya kemarin" Arka melihat wajah lelah Alda.

"Bukan karena itu Ar, kamu tau kan kalau aku ini seorang mahasiswi plus ibu rumah tangga. Jadi kerjaan aku bukan hanya tugas kampus, tapi rumah jadi tanggung jawabku sekarang" jawab Alda.

Alda keluar dari kelasnya, selesi sudah pelajaran pagi ini. Ia berjalan dengan gontai menyusuri koridor kampus. Ia akan kerumah ibunya, ia kangen pada ibunya. Ingin sekali ia bercerita padanya, tapi Alda berpikir dua kali. Ini adalah masalah rumah tangga, jadi sebisa mungkin Ia sendiri yang akan menyelesaikannya.

"Assalamualaikum" ucap Alda seraya mengetuk pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam" sahutan Alma dari dalam.

Alma melihat Alda yang datang, Ia langsung memeluk putrinya ini. "Alda anak ibu" ucap Alma.

"Ibu, Alda kangen sama Ibu." ucap Alda dengan membalas pelukan Alma dengan erat.

Alma melepaskan pelukannya dan mengajak anaknya masuk kedalam.

"Kamu sendiri nak?" tanya Alma, dan diangguki oleh Alda.
"Kamu bahagia nak?" tanya Alma lagi dengan menatap Alda.

"Bahagia bu" jawab Alda dengan senyuman, sungguh Ia tak berniat membohonginya.

"Alhamdulillah" ucap Alma menatap putrinya dengan senyum tipisnya.

***
Hari ini Vino tak berangkat kerja, Ia lebih memilih diam di rumah sembari menunggu Alda pulang. Ia khawatir dengan wanita yang berstatuskan istrinya, entah kenapa Ia bisa sekhawatir ini dengan Alda.

'ceklek'

Alda mendorong pintu utama lalu masuk ke dalam, Ia melihat Vino yang sedang duduk menatap buku di tangannya. Ia tak sadar akan kehadiran Alda.

"Mas?" ucap Alda pelan.

Vino menoleh pada Alda, wanita yang seharian ini Ia tunggu. "Kamu dari mana aja?" tanya Vino lembut, entah dorongan dari mana Vino bisa berbicara selembut ini pada wanita yang dibencinya.

"Em, maaf mas tadi aku gak sempat minta izin kamu. Aku sepulang kuliah pergi kerumah ibu" jawab Alda menatap Vino, ada apa dengan pria itu.

Vino mengangguk samar, "Siap-siaplah, kita akan pergi" ucap Vino menginterupsi Alda.

Alda menautkan kedua alisnya, apakah telinganya tak salah dengar? "Iya, aku siap-siap dulu" ucap Alda seraya beranjak dari sana dan menuju kamarnya. Alda tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Alda sudah siap dengan dress warna pink dengan panjang selutut. Ia tersenyum tipis, ini adalah hadiah dari adik iparnya. Alda menggerai rambutnya yang sebahu dan memoleskan lipstik secara tipis.

Alda menuruni tangga untuk menghampiri suaminya yang sudah siap.

"Mas?" ucap Alda di tangga terakhir.

Vino menolehkan kepalanya, Ia menatap takjub Alda. Alda sangat cantik dengan dress warna pink yang menyatu di kulit putihnya.

Alda yang merasa di perhatikan oleh Vino hanya menunduk, adakah yang salah dengan pakaiannya?

"Gak cocok ya mas?" Alda meneliti pakainannya sendiri.

"Cantik" lirih Vino yang madoh bisa di dengar Alda.

"Ayo berangkat" ucap Vino kemudian.

Alda masuk kedalam mobil Vino, hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua.  Alda hanya melihat kearah samping tanpa berniat mengajak bicara suaminya yang fokus dengan menyetir.

Ingin rasanya Vino mencairkan suasana, namun Ia merasa gengsi. Berselang 30 menit kemudian, mobil Vino sudah terparkir di area mall yang terbesar di kota ini.

Vino menggenggam jemari Alda, Ia membawanya ke salah satu cafe yang ada di sana. Alda merasa gugup saat tangannya di gandeng oleh Vino, ternyata di balik sikap kasarnya selama ini, Ia menyimpan seribu cara bersikap romantis padanya. Semoga ini tak sesaat, semoga akan selalu seperti ini.

"Kamu mau pesen apa?" tanya Vino dengan membolak-balikkan buku menu di tangannya.

"Samain aja kaya kamu mas" jawab Alda tersenyum.

"Ok"

Sembari menunggu makanan datang, Vino mulai mengajak bicara Alda.

"Kenapa kamu masih bertahan sama aku Al? setelah apa yang sudah kuperbuat dengan mu?" Vino bertanya dengan menatap lekat mata wanita di depannya.

Alda menghembuskan napasnya sebelum menjawab, apakah Vino tak tau apa yang membuatnya bertahan dengannya?

"Aku cinta sama kamu mas. Aku tau, mungkin sulit bagimu menerima semua ini. Aku pun sama, tapi semakin hari aku menemukan kenyaman ini, meskipun kamu selalu memperlakukanku dengan buruk. Aku mencoba ikhlas, tak ada pengorbanan yang sia-sia bukan?" jawab Alda panjang, Vino tertegun dengan jawaban Alda di kalimat pertama.

"Maafin aku Al, jujur aku tidak mencintaimu. Aku mencintai Princess hingga sekarang. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu" ucap Vino yang membuat hati Alda nyeri seketika, susah payah ia menahan air matanya agar tak jatuh membasahi pipinya.

Alda tersenyum manis, tapi dibalik itu Ia miris medengar ucapan Vino. "Tak apa mas, aku paham dengan ini semua. Aku yang salah, aku hadir di kehidupanmu dan mbak Princess." ucap Alda tersenyum.

"Bisakah kita menjadi teman?" tanya Vino lembut.

"Kenapa tidak mas" jawab Alda, Ia ingin menjadi teman hidup suaminya hingga maut yang memisahakan.

"Terima kasih Al" ucap Vino yang diangguki oleh Alda.

Mereka menikmati makanannya dengan diam, mereka nampak serius dengan makanan di depannya.

Setelah menyelesaikan makannya, kini Vino menggiring Alda di sebuah outlet yang menjajakan ponsel terbarunya. Alda mengernyitkan dahinya, untuk apa kesini? batinnya.

"Mbak, bisa lihat ponsel keluaran terbaruny"? tanya Vino pada karyawati di depannya.

Karyawati itu mengeluarkan contoh ponsel dari etalase dan menjelaskan masing-masing spesifikasi dari ponsel tersebut.

"Ambil yang ini mbak, sekalian pasang dengan nomor baru" ucap Vino menunjuk ponsel pilihannya.

"Baik pak, silahkan ambil barangnya di kasir" ucap Karyawati itu.

Setelah membayar ponsel itu, mereka menuju parkiran untuk pulang. Setelah kurang lebih 30 menit, akhirnya mobil Vino sudah berada tepat di garasi rumahnya.

Vino senantiasa menggandeng Alda, entah mendapat dorongan dari mana ia melakukan hal ini. Berbeda dengan Alda, hati wanita itu justru merasa tak bisa di kondisikan, berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ini ponsel buat kamu" ucap Vino yang membuat Alda terperangah.

"Tapi mas, ponselku masih bagus kok" Alda merasa tak enak akan pemberian suaminya itu.

"Tak ada penolakan Al, kamu harus terima" tegas Vino.

















Assalamualaikum semua.....
Jangan lupa untuk Vote dan comen nya ya...:)

Bangkalan, Madura.
23 Desember 2018 - 18.04 WIB.

Unwanted Wife (Tamat)Where stories live. Discover now