9. My Wife

166 12 0
                                    

"Nah, sekarang kalian bersiap untuk ikut sarapan di bawah. Urusan Chan kembali ke Korea nanti saya beri tahukan lagi," ujar Bu Ratih padaku.

"Dan jangan lupa, panggil saya Mamah, suami saya Papah, dan nenek Bella Omah," ujar Bu Ratih sambil mengusap pipiku lembut sembari tersenyum lebar.

"Ingat Mamah, ya, Chan, Dewi?" ujarnya pada Chan dan aku.

"Baik Mamah," ujar Chan sambil tersenyum simpul.

Aku mengangguk sambil tersenyum kecil, "Iya, Mah," Aku jadi rindu Ema.

Bu Ratih meninggalkanku dan Chan dari kamar.

"Dewi!" ujar Chan sambil menghadapku. Aku kembali melihatnya.

"Dewi, aku minta maaf. Aku selalu merepotkanmu. Bahkan setelah mendapatkan masalah yang begitu besar dan bertubi-tubi, tapi kamu masih memikirkan caranya agar aku bisa pulang," ujarnya dengan intonasi yang halus, bahkan tatapannya itu sangat tenang.

Dengan tatapan mata yang saling beradu satu sama lain, aku dan Chan malah terdiam bergeming.

Chan dan matanya itu ... Ya Tuhan, entahlah, tapi menurutku matanya itu memiliki daya tarik tersendiri.

"... Tapi aku akan membuatmu menyukaiku ,.."

Ya Tuhan, aku baru sadar. Dia pernah menantangku. Aku langsung membuang wajah agar tidak melihatnya.

Sadarlah Dewi! Dia orang asing dan hanya singgah sementara. Dia datang hanya untuk kamu tolong, bukan untuk kamu idolakan, apalagi kamu sukai. Jauhi pikiran itu.

"Aku tidak tahu, bagaimana caraku harus me--"

"Udah Chan. Aku cuma manusia yang lagi nolong manusia yang lainnya. Gak usah balas budi. Manusia itu saling tolong menolong, bukan balas membalas," ujarku tenang.

Chan tersenyum lebar, "Tapi tetap saja. Aku itu sudah membuatmu jengkel, kesal, dan emosi karena masalahku. Tapi kamu tetap menolongku, padahal kamu bukan penggemarku tapi kamu rela menolongku, bahkan melibihi penggemarku."

"Emang nolong kamu harus jadi penggemar kamu dulu, Chan? Nggak, 'kan? Jadi udah, gak usah dibahas. Aku ikhlas. Kecuali kalau kamu emang mau pikiran aku berubah dan biarin kamu terlantar di sini, di negara orang asing."

Chan semakin tersenyum lebar, sampai membuat lesung pipinya terlihat, "You my wife, good my wife," ujar Chan sambil memegangi wajahku dengan kedua tangannya.

"Chan, kamu ngomong apa, sih? Jangan suka ngomong bahasa asing gitu! Aku pusing, gak ngerti!" ujarku kesal sambil menurunkan tangannya.

"Aku bilang, kamu pasti akan menyukaiku dan susah melupakannya juga," ujarnya sembari melipat tangan di dada dengan senyum percaya diri.

Raut wajahku langsung berubah datar.

"Mandi sana! Bau!" ujar Chan sambil mendorongku menggunakan telunjuknya sambil tersenyum meledek.

"Waaahh ... Mulai songong ini bias!" ujarku jadi santai.

Chan menyeringit bingung. "Songong itu apa?"

Aku jadi tersenyum jahil. Aku punya ide, "Songong itu ganteng, Chan," ujarku sambil menahan senyum.

Kali-kali lah aku menipunya

"Sudah aku bilang kan. Kamu pasti akan menyukaiku," ujarnya dengan percaya diri. Membuatku yang sedari tadi menahan tawa langsung tertawa puas.

"Mengapa tertawa, Dewi?" tanyanya agak kesal juga heran.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang