2

78.4K 2.7K 42
                                    


"Ias Putri Rahayu, sangat ke-jawa-an. Umur 7 tahun, dia bahkan baru masuk sekolah dasar dan sudah mengalami ini. Kenapa saya belum melihat orang tua nya di sini?" Gilang bertanya, mata nya menoleh pada Nanda yang berdiri di samping nya.

"Mereka datang dua jam lagi,"

"Ini sudah lima jam setelah kamu menelepon mereka kan?" Gilang menaikkan sebelah alis nya heran.

"Ayah gue ada keperluan di Jepang dan bunda gue nggak suka di tinggal, jadi dia ikut sama ayah. Mereka langsung memesan tiket setelah gue bilang adik gue kecelakaan"

"Adik mu baik baik saja, kondisi nya sudah membaik walaupun dia belum membuka mata nya. Tanda vital nya semakin membaik, kamu hanya perlu menunggu saja" Nanda mengangguk, mendongak menatap Gilang yang masih membaca data milik adik nya.

"Kamu terlalu banyak tau mengenai medis, mahasiwi jurusan medis?" Gilang bertanya, mengembalikan data kepada perawat di depan nya dan berjalan ke ruangan Ias.

Baju nya yang tadi penuh darah kini sudah berganti dengan kaos kedodoran warna putih yang bagian depan nya dia masukkan ke dalam celana nya.

"Gue masih SMA" Nanda menjawab, mengikuti Gilang dan berjalan di samping nya.

"Cita cita dokter?"

"Gue nggak seberani itu bertanggung jawab sama nyawa nya orang lain"

"Perawat?"

"No,"

"Kamu anggota PMR?"

"Yap," Gilang menghentikan langkah nya, menatap Nanda yang berada di depan nya dan berbalik menghadap nya.

"Really? Bukan nya PMR nggak bahas tentang aliran darah?"

"Gue anak IPA"

"Bagaimana dengan pneumothorax?"

"Film, gue suka nonton film medis" Gilang hanya mengangguk, kembali berjalan dan membuka pintu ruangan Ias.

"Makasih," Nanda bergumam pelan, mengambil ponsel dan charge untuk mengisi daya ponsel nya di sana. Tadi dia menggunakan telepon milik rumah sakit saat menghubungi orang tua nya.

"Sama sama," Gilang menjawab dengan gumaman pelan.

"Dokter umur nya berapa?"

"Kenapa tanya?"

"Dokter keliatan masih muda,"

Gilang tertawa pelan, "Jangan suka sama saya"

Gilang duduk di sova, Nanda yang melihat nya ikut duduk di samping nya.

"Dokter umur nya berapa?" Nanda kembali bertanya.

"23 tahun"

"Masih baru ya di sini?"

"Udah dua tahun"

"Kuliah nya berapa tahun?"

"Empat tahun"

"Lah, trus lulus SMA nya?"

"Saya lulus SMA umur 18 tahun, kuliah 3 tahun tapi saya sudah bekerja di RS sini, abis selesai kuliah saya langsung kerja di sini" Nanda hanya menganggukkan kepala nya saat Gilang menjelaskan.

"Makasih," Nanda bergumam lagi, tapi kini dia menatap mata Gilang.

"Saya kan udah bilang sama sama,"

"Tetep aja makasih," Gilang hanya mengangguk.

"Umur gue masih 18 tahun loh, jadi dokter lebih tua 5 tahun dari gue"

"Wajar sih, kamu kan emang masih SMA" Gilang menyahut santai gurauan Nanda. Gilang sesekali bertukar pesan dengan ibu nya melalui ponsel nya.

"Om, kenapa-"

"Jangan panggil saya om, saya nggak setua itu" Gilang menyahut cepat, sedikit enggan saat ada yang memanggil nya 'om' saat dia bahkan tidak setua itu.

"Ya udah," Nanda diam selama beberapa menit, tidak melanjutkan apa yang ingin dia tanyakan tadi.

"Mau tanya apa tadi?" Gilang bertanya, menyenderkan punggung nya dengan kepala menoleh ke samping menatap Nanda.

"Kenapa dokter kaku banget? Biasanya orang makai 'gue-lo' tapi dokter pakai nya 'saya-kamu'" Nanda kembali bertanya, menyilangkan kaki nya dan menghadap Gilang. Gilang yang melihat pergerakan Nanda melemparkan bantal sova pelan ke pangkuan Nanda, Nanda yang mengerti maksudnya hanya menurut saja.

"Kamu keluarga dari salah satu pasien di rumah sakit ini, saya hanya menggunakan bahasa formal saja" Gilang menjelaskan.

***

Mata nya menatap jam yang melingkar di tangan kiri nya, masih kurang tiga puluh menit lagi sebelum orang tua Nanda datang. Gilang harus menjelaskan keadaan pasien kepada orang tua Nanda, Ryan -dokter yang mengoperasi Ias- beralasan tidak bisa lama di rumah sakit karna dia harus segera pulang ke rumah sebelum kakak nya kembali mengamuk.

Gilang hanya bermain game di ponsel nya dan sesekali melihat Nanda yang sudah tidur dengan posisi duduk bersila, menyandarkan tubuh nya di sova.

Panggilan masuk mengejutkan Gilang saat sedang bermain game dan reflek Gilang menolak panggilan nya. Dia keluar dari aplikasi game nya, kembali menelepon ibu yang tadi sempat dia tolak panggilan nya.

"Halo,bu?"

"..."

"aku masih di rumah sakit bu, mungkin sejam lagi aku baru bisa pulang"

"..."

"Ada pasien dadakan tadi,"

"..."

Gilang tertawa pelan, "Bilang saja ibu ingin aku bawakan martabak telur di tempat biasa"

"..."

"Iya, nanti aku bawakan buat ibu"

"..."

Gilang tertawa sebelum menutup panggilan nya, mengabaikan Nanda yang sudah terbangun dan melihat interaksi Gilang dengan ibu nya.

"Om ganteng kalau ketawa lepas,"
Gilang menoleh, menatap Nanda yang masih tetap dengan wajah tidur nya, mata nya sesekali terpejam lama dan kembali terbuka.

"Saya diem juga udah ganteng," Gilang tersenyum. Mata nya menatap pintu yang terbuka, pasangan paruh baya ada di depan pintu, mata mereka sedikit berkaca kaca saat melihat anak bungsu mereka yang masih terbaring lemas di tempat tidur.

Gilang menghampiri mereka dan menuntun mereka menuju tempat informasi. Dia meminta data pasien pada perawat dan membacakan nya pada orang tua Nanda. Mengatakan jika pasien mengalami beberapa kendala dalam pengoperasian nya dan mengatakan jika sekarang dia baik baik saja.

Gilang berpamitan kembali ke ruangan, menyadari jika ponsel nya tertinggal di sana dan meninggalkan orang tua Nanda mengurus administrasi nya terlebih dahulu.

Nanda menoleh pada Gilang yang baru saja membuka pintu ruangan, ingin mengatakan sesuatu tapi lidah nya terasa kelu.

"Ponsel saya ketinggalan" Gilang berucap, mendekat dan mengambil ponsel nya. Nanda hanya mengangguk canggung.

"Ya sudah, saya pulang dulu" Gilang berdiri, hendak meraih gagang pintu tapi dia urungkan, dia berbalik menghadap Nanda yang masih duduk di sova.

"Nama kamu siapa?" Gilang bertanya.
Nanda yang tadi nya menyender dengan mata tertutup kini menegakkan punggung nya sambil tertawa pelan.

"Bukan nya udah terlalu terlambat nanya nama gue?" Nanda menatap Gilang jenaka, Gilang yang mendengar nya tersenyum kecil.

"Nama kamu siapa?" Gilang bertanya lagi.

"Gue Gira Nanda Triandra"






(20/12/2018. 00:08)

Limerence [PINDAH KE DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang