Twins 1 - Astronomi Girl

50.5K 3.1K 117
                                    

Jakarta, 2019

"Oke. Jadi, peristiwa langit mana yang paling gue suka di tahun 2018 ini?"

"Super blue blood moon? Bisa. Oposisi Jupiter? Tentu. Gerhana bulan total? Pasti. Hujan meteor geminid? Ah itu yang paling gue suka."

Airin bergumam sendiri di depan MacBook-nya. Gadis dengan warna rambut sedikit kecoklatan itu mengerutkan keningnya, lalu detik selanjutnya ia menjentikan jari.

"Nah, kan lupa! Segitiga kosmis Bulan-Venus-Pleiades, juga jadi favorit gue nih."

Airin Tri Tamia. Gadis itu adalah seorang Astrophile. Sebuah syndrom untuk orang-orang yang menyukai astronomi.

Airin menyukai dunia astronomi semenjak ia kecil. Bahkan kamar gadis itu sengaja dipasang walpaper ruang angkasa, delapan planet tata surya lengkap dengan satelitnya. Langit kamar Airin dilukis menjadi galaksi bimasakti. Di sudut kamarnya ada lemari khusus untuk peralatan mengamati langit, seperti teleskop, kamera, tripod, hingga senter khusus tersimpan rapi disana.

Airin menutup MacBook-nya, lalu gadis itu melangkah keluar kamar. Kamar Airin berhadapan dengan kamar saudaranya, Aryan. Melihat kamar Aryan sedikit terbuka, membuat Airin tersenyum nakal.

Gadis itu memasuki kamar Aryan. Dengan langkah hati-hati Airin mengambil jam weker yang tersimpan di nakas, lalu mengaturnya agar berbunyi dua menit lagi dengan volume yang full. Airin melirik Aryan, memastikan cowok itu benar-benar tertidur.

Airin kemudian mengambil ponsel Aryan. Melakukan hal yang sama seperti pada jam weker tadi. Dan kembali meletakan ponsel itu di samping saudara kembarnya yang tertidur pulas.

Dengan langkah hati-hati ia kembali keluar kamar, lalu menutup pintu.

Airin berlari ke arah bawah. Gadis itu tersenyum saat melihat seseorang disana. "Tante."

Ranti tersenyum lalu memeluk keponakannya itu. "Hai, Rin. Baru bangun? Ayo sarapan, tante udah masak buat kalian."

"Aku udah bangun dari pagi kok, tante," balas Airin sambil duduk di kursi makan lalu mengambil nasi dan lauk pauk yang disediakan tantenya.

"Aryan mana?" tanya Ranti.

Bagi Ranti, Airin dan Aryan adalah anak-anaknya. Karena dari bayi, Ranti lah yang mengurus mereka. Membesarkan mereka penuh kasih sayang.

Beberapa menit kemudian, yang di tanyakan datang. Ia sudah memakai seragam, ransel hitam ada di pundaknya. Wajah cowok itu terlihat kesal, sudah pasti karena ulah kembarannya.

"Ah, panjang umur," ucap Ranti ketika melihat Aryan menuruni tangga. "Makan, Yan. Mumpung masih anget!"

Aryan mengangguk ke arah Ranti lalu ia menatap saudara kembarnya.

"Sialan lo!" omel Aryan sambik menjitak kepala Airin.

"Ih apaan sih! Sakit tauk!"

"Usil ya lo! Kebangetan. Sakit nih kuping gue gara-gara alarm sialan itu!" Aryan masih saja mengomel karena keusilan saudara kembarnya itu.

Airin tertawa, "Uluh! Mana yang sakit, mana? Sini gue tampol lagi biar makin sakit."

Aryan mendengus, lalu menghampiri Ranti. "Tan, berangkat dulu," pamitnya.

Airin mendengus sambil mengacungkan sendok pada Aryan. "Gak mandi ya lo!"

Aryan tidak membalas. Ia hanya mengacungkan jari tengahnya pada Airin sambil berlalu.

Airin mendengus lalu berdiri, gadis itu mengambil tasnya diatas meja. "Aku juga berangkat ya, Tan."

"Kalian kan sekarang satu sekolah, kenapa gak berangkat bareng?" tanya Ranti.

Cakrawala [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon