DUA BELAS

3K 162 1
                                    

Malam itu udara terasa dingin hingga menusuk ke tulang sumsum. Angin bertiup kencang hingga membuat dahan pohon bergerak menimbulkan suara yang khas. Maliq berdiri dengan tegap dibalik kaca jendela ruang kerjanya dengan telapak tangan yang terselip di saku celananya.

"Jeremy atur pertemuanku dengan Mr. Shane. Tua bangka itu mulai membuatku muak. Bawa semua anak buahmu seperti biasanya." perintah Maliq dengan penuh amarah.

Maliq berubah menjadi sangat menyeramkan jika ada seseorang yang mengusik ketenangannya. Tak ada yang tahu jika dibalik sikap dingin Maliq, ia adalah seorang mafia yang menjual senjata secara illegal. Baik klien bisnis atau polisi sekalipun, tak ada yang bisa mengendus pekerjaan gelapnya. Maliq terlalu pintar untuk menyembunyikan sisi gelapnya hingga tak ada satu orangpun yang curiga, kecuali sesama  pengusaha di dunia hitam.

Siapa yang tak kenal dengan Maliq, pengusaha yang melebarkan sayapnya ke bidang pertambangan itu adalah pemasok bahan baku Forex, perusahaan milik pemerintah Inggris yang bertugas membuat senjata untuk keperluan militer mereka.
Tak ada yang menyangka jika timah yang ia berikan pada Forex merupakan kedok untuk menutupi bisnis gelap mereka, memproduksi senjata secara illegal.

Muda, tampan, kaya, berkharisma namun sangat dingin. Begitulah kata yang dapat menggambarkan sosok Maliq. Ia dikenal dengan tangan dinginnya saat menjalankan usahanya. Pertambangan minyak dan timah, 10 cabang hotel ditambah dengan bisnis property lainnya mengharuskan Maliq tegas agar kerajaan bisnis yang dibangun sang ayah tidak hancur begitu saja.

Bisa dibilang hidupnya berubah kelam setelah kedua orang tuanya meninggal. Sejak saat itu banyak orang-orang yang ingin mengambil alih perusahaan ayahnya yang dibangun dari nol. Mau tidak mau Maliq harus bisa melindungi perusahaan ayahnya dengan cara apapun.

Perkenalannya dengan dunia hitam yang membesarkan namanya merupakan kejadian ketidaksengajaan. Saat berusia 17 tahun, Maliq hampir saja dibunuh oleh orang jahat yang menginginkan perusahaan sang ayah. Pertemuannya dengan uncle Tom yang tak lain adalah sahabat ayahnya memaksanya berubah menjadi dingin agar semua lawannya bergetar saat mendengar namanya.

Uncle Tom adalah seorang mafia penjual senjata illegal yang sangat berpengaruh. Dialah yang mengajari Maliq untuk bisa bertahan demi melindungi apa yang ia miliki. Semenjak uncle Tom meninggal secara otomatis posisi ketua dilimpahkan pada Maliq sesuai perintah uncle Tom sebelum meninggal.

Maliq's POV

Malam ini Mr. Shane mengajak Maliq bertemu di tepian Sungai Thames. Dia pikir dengan bertemu ditempat terbuka akan membuatnya tidak berani bertindak.
"Kau salah besar tua bangka!" rutuknya dalam hati.

"Nampaknya kita tidak perlu berlama-lama. Katakan siapa yang ingin membocorkan bisnisku?" kata Maliq sambil mencekram kerah Mr.Shane.

Segerombolan anak buah Mr.Shane tidak tinggal diam melihat tuannya diperlakukan seperti itu, mereka menodongkan senjata ke arah Maliq yang hanya di kawal 4 anak buahnya.
"Lepaskan tanganmu dari kerah bajuku anak ingusan!" gertak Mr.Shane.

Maliq tak bergeming dengan ancaman lelaki itu, dia bahkan mengeluarkan pistol yang sedari tadi bersembunyi dibalik jas hitamnya.

"Diam kau tua bangka, kau bodoh jika menganggapku lemah," kata Maliq sambil menodongkan pistolnya ke kepala lawannya.

Pun anak buah Mr.Shane tidak bisa berkutik. Mereka sadar jika mereka telah dikepung saat melihat laser merah bertebaran dimana-mana. Artinya anak buah Jeremy yang sedari tadi tengah menyamar sebagai warga sipil berhasil mengecoh mereka.  Mr. Shane baru sadar jika keramaian yang ia lihat disekitarnya bukanlah warga sipil biasa, melainkan adalah anak buah Maliq.

"Katakan yang sebenarnya atau ...."

Sreettt

Maliq mengeluarkan sebuah foto anak perempuan berusia 7 tahun dari balik kantong jasnya.

"Atau dia akan menemui ibunya di surga" bisik Maliq yang disertai sebuah seringai di sudut bibirnya.

Jeng jeng jeng jeng

Backsound film horor itu membayang-bayangi Mr.Shane raut wajahnya yang terkejut. "Bagaimana dia bisa menemukan Mikhaela? Aku sudah menyembunyikannya dengan sangat rapat!" pikir Mr.Shane.

Tak mau menjadikan anaknya sebagai korban, Mr.Shane meminta belas kasihan dari Maliq untuk melepaskan putrinya.

"Maafkan aku Maliq, jangan sakiti putriku, dia tidak tahu apa-apa. Aaaku hanya menjalankan perintahnya," Ucap Mr.Shane bergetar.

"Who?" Tanya Maliq sambil memicingkan mata.

"Aku tidak pernah bertemu dengannya, aku hanya berhubungan lewat telepon. Dia membayarku cash dengan melempar plastic yang berisi uang pada penjaga pintuku. Dia hanya memberikan inisial nama RK. Aku berkata jujur Maliq, aku tidak berbohong. Sekarang kembalikan emasku dan jangan sakiti putriku" kata Mr.Shane.

Maliq melepaskan cengkramannya lalu menghempaskan tubuh lelaki tua itu ke tanah. Namun beberapa detik kemudian, Maliq membalikkan tubuhnya dengan cepat dan ....

Dor

Dor

Dor

Tiga buah peluru telah bersarang di tubuh lelaki itu.

"Aku memang tidak menyakiti anak-anak tapi aku tidak pernah mengatakan jika aku akan mengembalikan milikmu. Itu adalah hukuman pada orang yang berani menyentuh milikku!" bisik Maliq sebelum Mr.Shane menghembuskan nafas terakhirnya.

"Jeremy bereskan secepatnya" perintah Maliq sembari mengelap tangannya dengan saputangan.

Beberapa menit kemudian mayat Mr.Shane dan anak buahnya sudah tak terlihat, begitu pula dengan bercak darahnya. Semua anak buah Jeremy bubar dan berpura-pura kembali menjadi warga biasa seperti sebelumnya.

Disisi lain, terlihat Alena dan kedua sahabatnya sedang menikmati indahnya suasana malam hari ini di pinggiran sungai Thames.

"Stop Al ... aaaaa ..... Aaaal" teriak Amanda sembari berlari.

"Ab! you are childish!" pekik Amanda.

"Oohh come on girls, sudah lama kita tidak tertawa lepas seperti ini" timpal Alena.

Terdengar suara teriakan gadis tak jauh dari Maliq berdiri. Maliq melihat ketiga gadis itu saling berkejar-kejaran layaknya anak kecil. Sipaapun yang melihat pasti akan merasa iri dengan kebahagian mereka. Ketiga gadis itu tertawa dengan lepas seakan tak ada beban dipundaknya.

Maliq memicingkan matanya untuk memperjelas pandangannya.
"Apa yang sedang mereka lakukan disini? Tidak mungkin mereka melihat pada yang ku lakukan!" Gumam Maliq dalam hati.

Bola mata Maliq membulat kala melihat wanita yang ia kenal ada di tempat ini. Alena berlarian kesana kemari bersama kedua sahabatnya dengan cerianya. Wajah Alena terlihat sangat bahagia dengan senyum yang membuat Maliq tak dapat melepaskan pandangannya.

Sejenak, Maliq merasakan hatinya yang gersang bagai tersiram air, sejuk dan menyegarkan. Ia bertanya dalam hati, kapan terakhir dia tertawa seperti yang Alena lakukan saat ini? Mungkin 1 tahun yang lalu? 3 tahun yang lalu? atau belasan tahun yang lalu?

Senyum Maliq tiba-tiba memudar saat mengingat kata-kata penolakan yang Alena lontarkan malam itu. Sebuah penolakan yang membuat hati Maliq terbakar karena sampai dengan saat ini belum ada satu orangpun yang berani menolaknya dengan kasar seperti yang Alena lakukan.
"Alena, I want you!"

.

.

.

.

Post - 25 Desember 2018.
Revisi - 15 Juni 2019.

Diusahain update tiap hari. semangat semangat.

Next----->>>>

Assalamualaikum My Beloved (Revisi)Where stories live. Discover now