🥀20. Role Player

2.7K 397 213
                                    

Jiseo masih terdiam sembari menyangga dagunya diatas meja dalam kelas. Ia juga nampak menaikan sebelah kakinya keatas kursi. Disampingnya, terlihat Jungkook yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Jiseo, ia menatap gadisnya dengan bola mata yang lebar seindah bulan dimalam hari. Jungkook sebenarnya sebal, anak itu tak suka diacuhkan. Ia lantas mencari perhatian dengan mengusakkan kepalanya di leher Jiseo. Gadis Kim itu menoleh kaget sebelum akhirnya kembali melamun.

"Hey ...,"

Jungkook menyentuh dagu Jiseo, memaksa netranya bertemu dengan rubi berkilauan milik Jungkook.

"Aku tidak pernah rela kau menatap objek lain selain aku." ujar Jungkook.

Jiseo menurunkan kakinya, memposisikan dirinya menghadap Jungkook lalu memegang pipinya yang dingin, "Kau tau, senyum mengerikanmu beberapa hari lalu yang sekarang mengganggu pikiranku," jawab Jiseo.

Jungkook tersenyum tipis, ia menyentuh tangan Jiseo lalu seolah menghirupnya. Mengusapkan tangan lembut itu berkali-kali sebelum akhirnya ia bergelayut manja pada wanita yang telah membuatnya jatuh untuk kesekian kali, "Kau mau apa?" tanya Jungkook.

"Penjelasan?" Jiseo nampak ragu mengatakan itu karena ia yakin bahwa Jungkook pun belum sanggup menjelaskannya.

"Tiduri aku dan kau akan mendapatkannya," goda Jungkook.

Jiseo berdecih, ia lantas menarik tangannya dari belenggu tangan dingin Jungkook, "Bisakah kau tidak mengatakan itu saat aku sedang serius?" Jiseo sedikit kesal.

Jungkook hanya menatap Jiseo. Ia suka ekspresi Jiseo saat sebal seperti ini, "Noona, You look prettier when you're angry. I really like that," ia menyibakkan baby hair Jiseo ke belakang telinga.

Jiseo mendengus kasar, melipat kedua tangannya didepan dada kemudian menatap Jungkook lebih serius.

"Aku tidak yakin dengan hal itu, tanyakan saja pada Dewa atau pada seorang malaikat pencabut nyawa, karena mereka-lah yang mengetahui kebenaran reingkarnasi," jawab Jungkook sembari mengusap kening Jiseo dengan ibu jarinya setelah meletakkan telapak tangannya diatas kepala Jiseo.

"Jadi, apakah aku harus mati dulu?"

"Kau tau, aku tidak ingin melihat kematian untuk kedua kalinya didepan mataku," kata Jungkook.

Lagi-lagi Jiseo tidak menjawab apapun, hanya berkedip lembut seraya memperhatikan Jungkook yang seakan benar-benar takut kehilangannya.

"Jadi berhentilah membicarakan mati dan masa depan, aku tidak mau." titahnya.

Jungkook mengambil tangan Jiseo, mencium hangatnya darah yang mengalir dibawah jaringan kulitnya. Jungkook sangat suka itu terlebih ketika ia memasukan beberapa jari Jiseo kedalam mulutnya kemudian merobek dengan giginya yang seolah terasah. Darah mengalir keluar dan Jungkook menghisapnya dalam-dalam sebelum akhirnya ia melepaskannya. Mengambil plester didalam saku letter jacket hitamnya kemudian menempelkan pada luka yang ada ditangan Jiseo.

"Mau ku temani ke kantin?" tanya Jungkook.

Jiseo mengangguk, mengambil ransel lalu beranjak sebelum Jungkook mengambil alih ransel hitam tersebut dari gendongannya kemudian menggandeng tangannya dan pergi ke kantin.

"Noona duduk disini saja." Jungkook menyeret kursi agar Jiseo bisa duduk sementara ia mengantre membeli sandwich dan minuman untuk Jiseo.

Jiseo menurut, ia lantas mengeluarkan kertas dan pensil untuk menggambar. Namun tak lama, ia melihat sebuah sandwich tuna dan sekaleng minuman jeruk bersoda diatas meja.

"Hoseok-ah?"

"Ah, benar kau. Aku pikir orang lain," Hoseok mengusap tengkuknya malu, "makanlah," pintanya sembari menunjuk makanan diatas meja dengan dagunya.

검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]Where stories live. Discover now