Alpha

3.4K 243 8
                                    

"Halo"

"..."

"Ya, aku juga hampir selesai"

"..."

"Minum? Sekarang? Ah, tentu saja"

"..."

"Ya, tak masalah. Di dekat stasiun kan?".

"..."

"Hm, aku baru selesai kerja, jadi sampai bertemu nanti"

"..."

"Ya, sampai nanti".

Pria dengan surai hitam legam, sorot mata tajam, dan penampilan acak-acakan khas bangun tidur itu menghembuskan nafas kasar setelah panggilan terputus. Ia mengusak rambutnya kasar sebelum menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dalam.

Dia Mark Lee (27) .

Pria pengangguran yang sedang frustasi mencari pekerjaan. Entah sudah berapa kali ia datang melamar kerja, dan sebanyak itu pula ia mendapat penolakan. Yang sialnya selalu gagal dalam sesi interview.

Sebenarnya sebelum ia menjadi pengangguran seperti sekarang, Mark pernah bekerja di salah satu perusahaan besar di Seoul selama 3 bulan lamanya.

Ya, hanya 3 bulan.

Sebelum Mark memutuskan untuk resign dari sana, karna ada masalah yang terus menerus mengusiknya.

Mark mematikan bara api rokoknya di sebuah asbak stainless steel yang terlihat sudah usang. Dengan cepat ia beranjak dari tepi kasur dan mulai membersihkan diri. Yah, setidaknya ia harus terlihat good looking ketika bertemu dengan teman-temannya.

Well, tidak ada seorangpun yang tahu kalau ia hanyalah pria menyedihkan yang sedang frustasi mencari pekerjaan, kecuali kakanya.

Tidak ada yang boleh tau,

terutama teman-temannya.

­­­­­­___

"Tuan Mark Lee!".

"Ya pak!".

"Anda berhenti dari pekerjaan saat baru tiga bulan bekerja?" dengan angkuhnya pria separuh abad itu meneliti Mark dari atas sampai bawah. Tidak membiarkan fokusnya hilang barang seujung kuku pun.

Menyilangkan tangan di depan dada, dengan sorot mata tidak bersahabat. "Apa yang terjadi?"tanyanya.

Mark berdehem sebentar, menghilangkan rasa gugup yang melingkupi akibat di tatap sedemikian intensnya. "Itu karna saya tidak cocok dengan pekerjaan sebelumnya" ucapnya tanpa ragu, "Saya merasa bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih cocok dengan kompetensi dan keahlian saya".

Pria yang diketahui sebagai HRD itu menyeringai, seperti mendapat mangsa empuk yang siap di lenyapkan kapan saja, "Anda menyadari itu masih 3 bulan kan?".

Peluh mulai menetes dari tengkuknya. Mark mengepalkan kedua tangannya erat diatas paha, tak henti merapalkan doa di dalam hatinya. "Iya pak, tapi membuat keputusan itu tidaklah mudah. Banyak aspek yang harus di fikirkan matang-matang sebelum saya berani mengambil keputusan sebesar ini. Lagipu-".

"Salah satu kriteria karyawan yang baik adalah setia pada perusahaan" menutup map yang di ketahui berisi data-data milik Mark dan menatapnya tajam, "Tapi maaf tuan Mark Lee, kami belum melihat kriteria tersebut dalam diri anda".

.

.

.

"Mark!".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 29, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Re-LifeWhere stories live. Discover now