bonus - bangs

933 140 9
                                    

Duduk di antara orang - orang yang sudah bersahabat dengannya sejak SMP membuat Renjun sedikit bernostalgia dengan masa - masa sekolahnya. Apalagi mereka tidak bisa berkumpul dengan leluasa karena mereka terakhir kali bertemu di pernikahan salah satu di antara mereka.

"Ah, Na Jaemin. Selalu aja telat." gerutu Renjun saat mengecek jam di handphone-nya lalu meletakkannya di meja makan restoran tempat mereka berkumpul.

"Pasti kesiangan." sahut Jeno.

"Terus siap - siapnya juga lama." timpal Mark.

Renjun menghela nafas, mengiyakan pernyataan teman - temannya.

"Loh, Jun, ini kan siapa itu namanya. Itu lho temen lo yang sakit itu, kan? Aduh siapa sih lupa namanya."

Renjun melirik Haechan yang sedang memandang layar handphone-nya. Sepertinya Haechan sedang menanyakan siapa yang ada di lockscreen-nya.

"Oh, iya. Emma."

"Nah iya itu maksud gue. Emma. Pangling, abisnya dia ponian di situ. Perasaan dulu engga deh?"

Renjun dapat melihat Haechan yang menyodorkan ekspresi bingung pada Jeno dan Mark yang sedang memelototinya. Sesekali ia juga dapat merasakan entah Jeno atau Mark yang duduk di hadapan mereka menendang kaki Haechan di bawah meja.

"Apasih?" bisik Haechan.

"Udah gausah dibahas." bisik Mark balik.

"Please, gue masih kedengeran." ucap Renjun.

Mark menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Sorry. Gue ngga mau bikin lo jadi keinget - inget sama Emma."

Haechan yang sudah paham maksud Mark dan Jeno langsung menghadap Renjun dengan perasaan bersalah.

"Ya ampun, Jun, maaf. Gue ngga bermaksud."

"Santai lah. Ngga perlu lo tanyain pun juga gue tetep keinget terus sama Emma kok. Bukan berarti gue masih sedih lho ya, gue cuma ngga bisa lupain dia aja. Ngga akan pernah."

Lagipula Renjun tahu Haechan mungkin hanya benar - benar penasaran dengan penampilan Emma seperti yang ada di lockscreen-nya. Pikirannya jadi terbawa pada waktu itu.

Waktu di mana Emma pertama kalinya mempunyai poni.

.

.

.

"Eh, Jun. Liat deh."

Emma menyodorkan handphone-nya pada Renjun. Di layarnya terpampang sebuah video tutorial tentang bagaimana cara memotong poni.

Renjun masih di kamar Emma setelah teman - temannya pulang tadi sore. Khusus hari ini Renjun menemani Emma walaupun matahari sudah terbenam. Hitung - hitung sambil menemani Emma untuk menunggu orang tuanya datang.

"Lucu ngga sih?" tanya Emma.

Renjun memandang Emma dan layar handphone-nya bergantian, "Apanya?"

Emma memutar bola matanya, "Nih baca judulnya."

"'Turorial on How to Cut your Bangs like Korean Girl'. Hah? Terus apanya yang lucu?"

Sumpah, Renjun tidak paham. Bahkan ia sempat mengira Emma hendak menunjukkannya video lucu, tapi malah video tutorial memotong poni?

"Ya ini poninya lah. Lucu kan?"

"Lucu - lucu aja sih."

"Aku mau juga."

"Pengen jadi lucu? Apa pengen jadi 'Korean Girl'?" ledek Renjun.

vivant • huang renjun ✔️Where stories live. Discover now