Terungkapnya Rahasia Mama (hal 73-80)

2K 57 5
                                    

Pagi ini, terasa berat untuk membuka mata. Tapi karena takut terlambat ke sekolah, aku segera menyambar handuk dan mandi. Segar sekali air pada pagi ini.
Selesai mandi, aku berpakaian seragam. Kemudian, aku mengambil tas dan turun untuk sarapan bersama mama. Di meja makan, sudah ada nasi goreng dengan sosis, telur, roti berselai kacang dam stroberi, donat kecil rasa almond, brownies pelangi, dan segelas susu cokelat hangat.
        Aku mengambil nasi goreng dan brownies pelangi saja. Tentunya susu cokelat hangat kesukaanku. Di meja makan, aku hanya diam. Mama juga terlihat menunduk sedih serta gelisah. Mama hanya makan roti dan minum segelas susu cokelat hangat, lalu mengambil sedikit donat dan brownies. Kemudian, mama memasuki kamar, menutupnya, dan mengunci pintunya. Ahu hanya menghela napas.
Tak lama, mama keluar kamar sambil menutup pintu dan menguncinya. Donat dan brownies sudah tidak ada lagi di piring mama. Aku malas bertanya karena jawaban mama pasti, "Kepo, deh!" atau semacamnya.
Mama menghampiriku seraya menyodorkan dua lembar uang dua ribu rupiah. Aku menerimannya tanpa kata dan menyimpannya di kantung saku.
Selesai sarapan, aku memakai kaus kaki dan sepatuku, lalu mencium punggung tangan mama. Sahabat-sahabatku sudah datang menjemputku. Aku pergi bersama sahabat-sahabatku menuju sekolah.
"Hai! Clue huruf keduannya, boleh?" tanyaku memohon.
"Tidak boleh!" jawab sahabat-sahabatku bersamaan.
"Tak boleeeh ...!" tambah Katy mengikuti bahasa malaysia.
Aku terdiam menunduk.
Kami sampai di sekolah dan meletakkan tas di bangku masing-masing. Kemudian, aku kembali menemui sahabat-sahabatku. Kami kembali berkumpul.
"Hai! Bagaimana, sih, caranya mengungkap rahasia mamaku itu? Ayolah! Katanya kalian mau membantuku," rengekku manja.
"Aduuh ... kamu tanya siapa, gitu, tentang tempat yang ada di kamar dan berhubungan dengan huruf L. Kalau sudah mendapat jawaban, tulis di sini!" kata Cherry sambil menyodorkan buku tipis berwarna pink.
Aku mengambilnya dan mengambil pulpenku. Kemudian bertanya kepada siapa pun yang akan lewat. Aku bertanya kepada adik kelas yang pertama lewat di depanku.
"Dik, kakak mau tanya, ya. Tempat yang berhubungan dengan huruf L di sebuah kamar itu apa, ya?" tanyaku.
Adik kelas itu tersenyum sinis dan hampir tertawa terpingkal-pingkal. Ingat, hampir!
"Maksudnya benda, kali! Masa, sih, kelas tiga engga tahu jawabnya dari pertanyaan begitu. Itu, kan, mudah. Kalah sama aku yang masih kelas satu. Malas aku menjawabnya. Lebih baik, aku bermain!" jawab adik kelas itu sambil meninggalkanku.
"Huh! Ditanya begitu saja, jawabannya .... arrggghhhh ...!" kataku emosi. Kemudian aku berpikir sejenak.
"Mungkin benda. Kalau benda, bisa jadi, sih, cuma ... apa, ya?" kataku bingung. "Apakah 'laci meja'? Oh, tentu! Mungkin mereka menyingkatnya jadi huruf L saja!" kataku.
Aku membuka tutup pulpenku dan menulis sesuatu di kertas. Mau tahu isinya? Ini dia ....

Itu jawabanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu jawabanku.
        Kemudian, aku mencari tahu lagi rahasia keduannya. Aku mencari tahu dari adik kelas dua. Sepertinya, aku menemukan adik kelas yang baik dan ramah.
"Dik, kakak boleh tanya? Sesuatu yang dari huruf B itu apa, ya?" tanyaku ramah.
"Oooh ... Kakak kelas tiga, ya? Namaku, Kella," jawab adik kelas itu. Ternyata benar, dia memang anak yang ramah.
"Hmmm ... mungkin 'bantal'?" jawab Kella.
"Hmmm ... terima kasih, ya, Dik! Oh, ya, nama kakak, Anita Claudya Anista. Panggil saja, kak Anita. Bye!" kataku sambil melambaikan tangan. Kella membalasnya.
Aku kembali menulisnya. Aku kembali mencari anak yang bisa ditanya. Kali ini yang sebaya denganku. Aku bertemu dengan Dhea. Dia terkenal anak yang ramah.
"Hai Dhea! Aku mau tanya, dong! Benda yang suka ada dikamar seorang istri yang kehilangan suaminnya dan berasal dari huruf FA itu apa, ya?" tanyaku sopan. Dhea tersenyum.
"Mungkin, 'foto kenangan'? Atau 'fas'? Tidak mungkin! Fas itu dari huruf V. Bukan F. Ya, sudah, Anita. Aku hanya bisa menjawab itu, 'foto kenangan'. Kalau A-nya, aku engga bisa. Sorry. Eh, aku pergi dulu, yaa! Bye!" jawab Dhea sambil pergi bersama sahabatnya, Clarie. Aku mencari orang lagi. Kudapat, Hommy! Dia gadis kecil yang tomboi dan pintar.
"Hommy! Aku mau tanya, dong! Benda yang suka ada dikamar seorang istri yang kehilangan suaminnya dan berasal dari huruf FA itu, apa, ya?" tanyaku kepada Hommy yang lagi menyendiri.
"Hmmm ... foto kenangan? Atau foto ayah?" jawab Hommy setelah berpikir.
"Mungkin. Masuk akal juga," kataku singkat. "Terima kasih, ya, Hommy. Aku pergi dulu. Bye!"
"Baiklah. Bye!" jawab Hommy.
"Hm, 'Foto ayah'. Bisa jadi. Ataukah, 'foto ayahmu'? Ide yang bagus," kataku.
Aku segera menuliskannya di tempat "Rahasia Ketiga". Setelah itu, aku mencari-cari lagi jawabanya " Rahasia Keempat". Tiba-tiba ...
          KRIIING ....!
       Bel tanda pelajaran dimulai. Yaaah ...., keluhku dalam hati.
Akhirnya aku menutup buku milik Cherry dan menyimpan pulpenku, lalu duduk. Angel menyiapkan kami di depan kelas.
Bu Adelia telah datang lebih awal. Tiba-tiba saja, Bu Adelia memintaku dan Cherry ke depan kelas, saat selesai membaca doa. Aku dan Cherry pun kedepan kelas. Bu Adelia tersenyum melihatku dan Cherry bertatapan.
"Nah, kalian itu sudah tercatat sebagai Dokter Kecil," kata Bu Adelia pelan. Aku dan Cherry terkejut.
"Serius?" tanya Cherry.
"Ya! Tapi, ekstrakulikuler kalian sudah tidak ada lagi," jawab Bu Adelia.
Cherry menunduk sedih.
"Sudahlah, Cherry. Tak apa. Yang penting, kamu sudah tercatat sebagai Dokter Kecil," hiburku.
"Aku sudah mendapat tiga jawaban dari rahasia mamaku, lho!" bisikku ke telinga Cherry pelan.
"Oh, ya?" tanya Cherry kurang percaya. Aku mengangguk sambil tersenyum.
Aku dan Cherry kembali duduk di tempat masing-masing. Setelah itu, pelajaran pun dimulai.

SELAMAT MEMBACA!


Rahasia Mama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang