HTBU [6]

17.4K 3.7K 328
                                    

Tasha sudah keluar rumah sakit sejak tiga hari yang lalu dan Tasha sudah sehat seperti sedia kala cuma ia masih dilarang oleh dokter untuk makan pedas dan asam, dokter juga berpesan untuk Tasha lebih rileks sedikit karena kata dokter pikiran juga bisa membuat asam lambung naik.

"Pusing deh gue si Romli sama Neneng asik banget nonton TV sampai itu air mendidih mereka ga sadar." protes bang Hans yang baru saja kembali dari pantry untuk membuat kopi.

"Nonton apa sih?" tanya gue yang penasaran.

"Itu loh Katakan Putus- mereka berdua nonton kayak seru banget gitu makanya gue tadi ikutan nonton ternyata seru walau gue tau itu cuma settingan."

Aku mencari tau program TV katakan putus itu siapa tau memang bisa membantu. Namun baru membaca beberapa artikel aku langsung mengurungkan niat.

Tidak mungkin aku mempermalukan keluargaku dan keluarga Tasha dengan ikut acara Katakan Putus.

"Dar, kapan married?" tanya bang Hans tiba-tiba yang membuat gue menatap dia dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Emang lo ga mau nikah? Udah ada calon ngapain nunggu nanti malah diambil orang lain."

"Belom lah bang masih muda kita." elak gue padahal sebenarnya gue ingin mengatakan sejujurnya kepada bang Hans.

"Masih muda atau udah ga nyaman?" gue menatap bang Hans yang juga sedang menatap dia.

"Tuhkan- dia atau lo nih?" gue menghela napas dan memutuskan untuk bercerita pada bang Hans.

"Perasaan gue udah mulai hilang aja bang. Gue udah ngerasa ga nyaman." jujur gue.

"Bicara sama cewek lo kalau lo diem terus nanti urusan makin panjang."

"Gue belom bisa membicarakan ini sama dia- gue ga tega mutusin dia."

"Semakin lo bersikap kayak gini malah makin sakit hati cewek lo." gue terdiam.

"Semoga permasalahan hati lo cepet selesai ya. Intinya jangan gegabah." bang Hans kembali larut dalam pekerjaannya sedangkan gue malah terlarut dalam pikiran gue sendiri.

"Nih," gue melihat ke benda yang bang Hansol letakkan di meja gue.

"Semoga membantu," ujarnya.

Gue mengambil buku tipis yang berjudul How to Break Up. Gue membuka halaman pertama dan membaca judul bab pertama.

Memberikan jarak pada pasangan.

Gue membaca bab pertama dengan cepat lalu memahami maksud dari bab pertama itu. Sepertinya gue akan mengikuti cara ini memberi jarak pada Tasha agar dia mengerti situasi yang sedang gue alami.

By the way, bang Hansol punya buku ginian untuk apa? Dia punya pacar juga engga.

Jam lima tepat gue membereskan semua barang dan mematikan laptop. Gue sudah terlanjur menerima tawaran Tasha untuk makan bersama jadi ya mungkin hari ini misi pertama gue akan dilaksanakan.

Gue menjemput Tasha di kantornya dan gue ga menduga jika Jeffry menemani Tasha hingga gue jemput. Gue membuka kaca mobil dan melambaikan tangan pada Jeffry sambil mengucapkan terima kasih.

"Makan geprek yuk," ajak Tasha ketika mobil yang gue kendarai sudah keluar dari area kantornya.

"Kamu baru sembuh," ujar gue.

"Aku ga makan level 8 deh- level 6 kok makannya." ujar Tasha. Tasha ini emang susah banget dibilangin apa lagi menyangkut makanan.

Siapapun yang bakal jadi pasangan Tasha setelah gue putus dengan dia berbahagialah engkau karena Tasha tidak akan pernah menjawab 'Gatau' atau 'Terserah' ketika ditanya mau makan apa. Tasha juga jarang memberikan kode untuk dibelikan ini itu. Antara ia bilang langsung tapi ini jarang terjadi sih atau ketika ia bilang, ia langsung beli.

Tasha juga bukan tipe cewek yang suka tarik-ulur soal makanan contohnya. Jika gue menawarkan sesuatu pada Tasha jawaban ia itu pasti antara iya dan tidak. Ga ada tuh yang awalnya nolak kemudian mau. Ga ada itu di kamus Tasha. Tasha juga bukan cewek yang harus dikasih kabar setiap jam menit detik ku hanya ingin berdua. Jadi kayak lagu sm*sh.

Gue ini bener-bener ga enak hati kalau harus mutusin Tasha kayak anak abege labil yang bisa putus hanya dengan chat ataupun telepon karena hubungan gue awalnya memang serius jadi ga semudah itu untuk mengakhirinya. Gue gamau Tasha tersakiti tapi gue sebenarnya udah menyakiti Tasha.

"Ah tai," umpat gue karena gue menyadari sesuatu.

"Kenapa?" tanya Tasha.

"Lupa cuci gelas bekas kopi." elak gue yang membuat Tasha memanggut lalu kembali sibuk menatap jalanan. Sepertinya Tasha sedang ada pikiran. Gue akan menunggu waktu yang tepat sampai Tasha mau bicara.

Gue baru ingat jika hari ulang tahun Tasha itu tanggal 11 april dan hari jadi gue 12 april.

"Daryl mau kado apa?" gue cukup terkejut mendengar pertanyaan Tasha.

"Kado?" tanya gue balik.

"Minggu depan kamu ulang tahun.." ujarnya lalu terkekeh mungkin karena ia melihat tampang gue yang kaget karena lupa dengan ulang tahun sendiri.

"Terserah kamu mau kasih kado apa. I'm fine with anything and you know that." ujar gue.

"Baiklah kalau begitu,"

How to Break Up

"Daryl, ngelawak dong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Daryl, ngelawak dong."

"Aku? Ngelawak?"

"Iya, i need jokes."

"Okay, knock-knock!"

"Who's there?"

"Hands!"

"What hands?"

"Handsome man!"

"Yaudah dikit lagi lucu kok Dar. Semangat ya!"

To be continue

Sad ending or or or or Happy nih?

How to Break Up -DoyoungWhere stories live. Discover now