Part 10 : Winning the prophecy

874 61 7
                                    

Percy

      Setelah kembali ke hadapan Tyson, Grover, Annie and Maria. Aku menghela napas berat, inilah resikonya mencari sesuatu. Bolak-balik dan pergi ke tempat jauh untuk mencari sesuatu yang tidak pasti.
"How can i be so stupid", ucapku sambil memijit jidat. pusing sekali.
"What's the matter ?", tanya Tyson.
"Harusnya aku tidak perlu masuk ke Underworld dulu untuk mengingat tempat terakhir Kronos ditinggalkan", mendengar ucapanku, mereka terdiam.
"Maksudmu, peti Kronos masih ada di taman hiburan yang dihuni Cyclops raksasa itu ?", nice one, Annabeth.

     Ketika aku mengangguk, Grover mendesah lelah, "Ada-ada saja. Kalo begitu ayo cepat, we don't have a year to kill this beast", ajaknya. Kemudian kami mencari kapal yang bisa kami sewa atau apa. Tidak mungkin kami kembali untuk meminta Clarisse meminjamkan kami kapalnya. Atau bahkan aku harus menginjak mutiara ini saja ? tidak mungkin. Cuma tersisa 3, i need all of my crew.

     Akhirnya kami menemukan kapan nelayan yang bisa kami sewa dengan harga yang-lumayan-terjangkau. Navigasinya masih bagus dan ada nama 'Marina' di ujung kapal nelayan yang nampak tangguh ini (mungkin saja).

     Kapal pesiar mini  yang kulihat seperti milik Luke (hanya saja lebih..... berumur) terlihat gagah dengan goresan badan kapalnya. Kentara sekali kalau kapal ini telah melewati ombak yang besar besar.
"So, this is a boat that we will drive ?", tanya Annie yang telah berdiri di sisiku. Aku menggumam sambil mengangguk.

     Annabeth menggenggam tanganku yang dingin karena udara laut menjelang malam. Ketika aku menoleh untuk menatapnya, dia sudah duluan menatapku. Dan ketika aku tersenyum, Annie membalas senyumanku kemudian bersandar pada bahuku.

Ada yang aneh di sini. Dan entah mengapa aku merasa tidak enak.

****

Maria

      Aku kembali dari sebuah supermarket di dekat dermaga bersama Tyson dan Grover. Mereka banyak membeli corn dogs instan untuk bekal dijalan, sedangkan aku membeli banyak mie instan dan roti, juga air mineral.

      Ketika kami sampai di pinggir dermaga untuk memasukkan barang-barang ke dalam kapal. Aku melihat mereka.

     Ya, mereka yang sedang bersandar di bahu satu sama lain dengan tangan terpaut. Ada yang salah dengan hatiku. Bagaimana mungkin aku menyukai sepupuku sendiri ? baiklah, bahkan dewi Aprodhite menikah dengan siapa saja yang dia mau, tapi, ini tetap tidak wajar bagiku.

     Percy menoleh dan menangkap basah aku yang sedang menatap cemburu padanya (walaupun aku pura-pura biasa saja, pasti ketahuan kan) lalu ia berjalan mendekatiku untuk membantu memasukkan perbekalan. Hah, Percy memang terlalu peka.

     Kau pasti berpikiran tentang Annabeth. Apa dia curiga kalau aku menyukai pacarnya ? kurasa dia tidak menyadari kalau aku menyukai Percy. Tapi kurasa dia sempat cemburu padaku. Dan aku menyadarinya.

     Di malam hari ketika aku mabuk ? aku yakin dia pasti cemburu melihat Percy membantuku. Persetan lah.

     Kapal tangguh ini (katanya sih) mulai berlayar besok pagi. Sehingga kami bermalam di pinggir dermaga di dalam kapal. Kapal ini cukup nyaman, walaupun interiornya sudah lumayan tua, tapi tetap kokoh dan wangi kayu yang bercampur bau air laut.

     Aku menatap gelombang hitam keputihan dari pinggir kapal. Sambil meminum kopi hitam panasku. Udara dingin di pinggir laut ditambah secangkir kopi, tidak begitu buruk.
"Hei", sapa seseorang, ketika aku menoleh, aku tersenyum ramah. It's Tyson.
"Hei", balasku. kulihat Tyson juga membawa segelas cokelat panas atau apa. Jujur, aku suka melihatnya dengan wajah normal hasil semprotan mist perfume. Membuatnya terlihat manusiawi.

DemigodWhere stories live. Discover now