DDL - Cuatro(4)

2.6K 256 6
                                    

"Lo takut?" Reyvan menyeringai, ia terus memajukan langkahnya kala sang gadis terus mundur fungsi menghindar.

Syakilla tiba-tiba berhenti mundur, ia menatap sinis Reyvan sembari menggeleng. Ia tidak takut, tentu saja.

"Gue takut? Gue bisa ngelaporin lo ke pihak berwajib, lo pikir gue bodoh?" tantang Syakilla.

"Iya lah, lo bodoh. Sebelum lo ngelaporin gue ke pihak berwajib, gue udah ngehabisin lo lebih dulu atau mungkin nyiksa lo perlahan."

Rey menyunggingkan senyumnya, dia puas melihat raut wajah Syakilla yang berubah seketika. "Ikut gue!"

"Kemana?"

"Banyak tanya."

Syakilla mendesah, gadis itu terpaksa mengikuti Reyvan dari belakang. Ia mendapati banyak sekali anak kecil berkeliaran di kampung itu, tapi tidak ada satupun orang tua di sana. Hanya anak kecil dan beberapa pria berpakaian selenge'an seperti Reyvan.

Saat sampai di gedung tua berbeda dari sebelumnya, Syakilla disuguhkan bau amis yang menyeruak di indra penciuman. Rasanya gadis itu ingin muntah saat itu juga.

"Lo mau ngapain, sih? Sumpah gue gak kuat sama baunya," cerca Syakilla yang tengah menutup hidungnya guna menghindari bau amis seperti aroma darah.

Rey berbalik menghadap Syakilla, dia menatap tajam gadis yang berada di hadapan-nya saat ini.

"Lo bisa diem? Berisik."

Belum sempat Syakilla akan menjawab, keduanya mendengar jeritan pilu seorang pria dari arah kamar di dalam gedung tua tersebut.

Rey tahu jika Syakilla penasaran, terlihat dari gadis itu yang kini mendekat ke arah suara tadi. Syakilla ingin membuka pintu, tapi ia ragu atau mungkin takut.

Hal itu membuat Rey terkekeh geli di dalam hati. Rey mengambil alih gagang pintu, dia membuka pintu dan menyeret Syakilla masuk ke dalam ruangan gelap itu.

Tubuh Syakilla menegang, ia terperanjat melihat seorang mahasiswa tengah duduk diikat dan beberapa jari tangan-nya sudah tidak ada di tempat.

"Lo tau dia siapa?" Syakilla menggeleng tidak tahu.

"Dia mahasiswa biasa yang ngedatengin dirinya ke sini sendiri. Minta tolong ke gue buat cabut nyawanya. Tapi gue bukan tuhan, gue bukan malaikat dan gue gak suka sama orang yang ngebuang nyawanya percuma."

Reyvan berjalan mengitari Abizar, nama cowok yang terikat tak berdaya tadi. "Lo tau kan kenapa gue ngelakuin ini bang? Lo masih mau mati?"

Abizar mengangguk cepat, ia sudah tidak sanggup menahan rasa sakitnya. Tidak menunggu waktu lama, Reyvan langsung mengambil belati dan menancapkannya tepat pada jantung Abizar.

"Maaf, gue salah ngebuang adek gue. Sampein ke dia kalau gue sayang sama dia. Gue sadar, dia anugerah dari tuhan untuk dijaga bukan dibuang. Gue harap ini bisa nembus dosa gue sama adek gue, Rey," ujar Abizar sebelum memejamkan matanya.

Reyvan menunduk, memejamkan matanya kuat. "Pulang!"

"Gue gak ngerti."

"Lo gak perlu ngerti, karena gue gak nyuruh lo untuk itu. Gue cuma nyuruh lo pulang sekarang. Dan lo udah tau siapa gue, jadi jangan macem-macem atau berani nyari masalah sama gue." Rey memberi isyarat kepada salah satu anak buahnya untuk mengantarkan Syakilla pulang.

Entah apa yang ada di otak bocah itu, tapi sepertinya ia sudah mulai ada rasa untuk Syakilla. Itu hanya asumsi saja, bukan faktanya.

Syakilla menurut untuk pulang meski banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya. Ia masih tidak mengerti dengan Reyvan. Pria itu sukses membuat Syakilla penasaran.

***

Please give me vote and comment♡

Drug Dealer LoveWhere stories live. Discover now