BAB 8 : Mungkin Jatuh Cinta

8.1K 173 57
                                    


Cahaya kuning dari lampu-lampu jalan sangat pas dengan suasana hening diantara Mika dan Sara yang sejak awal memang membisu. Meskipun tampak sendu sebab mereka berjalan satu-satu, namun alunan musik yang didengar Sara melalui headset di salah satu telinganya membuat suasana ini terasa lebih baik. Suasana romantis terasa, meskipun dibangun hanya dari pihak Sara seorang.

Ditatap Sara tubuh tegap dan bahu lebar suaminya itu. Sara tersenyum sepanjang jalan. Memandang bagian belakang kemeja Mika yang sedikit kusut saja bisa membuat Sara tersipu malu. Diam-diam tanpa diketahui Mika, Sara mememotret punggung Mika itu dan menjadikannya wallpaper handphonenya.

Malam itu tempat parkir sangat sepi. Ada dua mobil berwarna silver dan hijau kehitaman yang keluar dari tempat parkir. Di bagian depan hanya ada beberapa sepeda motor yang masih terparkir. Ketika hendak berbelok menuju area mobil mereka diparkirkan, sebuah sepeda motor menghampiri Sara dan Mika.

Tyo melompat turun dari sepeda motor yang dibawa Oval. "Pinjem Mika bentar ya, Ra,"ucapnya sambil membuka helmnya.

"Ada yang mau didiskusiin sebentar nih, Mik," kata Oval.

Mika melirik jam tangannya, kemudian menoleh kearah Sara. Raut wajah dan pikiran Mika masih sulit ditebak Sara, pun dengan tatapan Mika saat ini. Sara yang terdiam sesaat kemudian mengangguk pelan, lalu tersenyum. "Aku tunggu disana ya," tunjuk Sara pada bangku kayu dibawah pohon.Sementara Mika, Oval dan Tyo berbincang diatas motor yang terparkir.

Sara duduk sambil memainkan handphonenya. Diketikkannya alamat website favoritenya untuk membaca novel online. Terkadang Sara memang lebih suka membaca novel online daripada komik online. Imajinasi menjadi lebih bebas ketika berhadapan dengan rangkaian kata pada sebuah cerita.

Sara sudah membaca cerita terbaru yang diterbitkan dari tiga cerita yang sedang diikutinya, mungkin sudah lima bab yang dibacanya. Namun dilihatnya Mika, Oval, dan Tyo yang belum juga selesai berbicara.

Sebenarnya Sara belum makan malam, roti yang tadi ditawarkan Rina belum sempat dimakannya. Tapi kemudian Sara memutuskan untuk kembali membaca cerita yang lain sambil menunggu Mika. Namun karena khawatir sebab perutnya mulai terasa tidak enak, akhirnya Sara membuka bungukusan roti dari dalam tasnya dan melahapnya perlahan.

Sara terkaget mendengar helaan napas dari samping bangkunya. Dilihatnya Mika sedang metapnya diam. "Baru makan!?"

"Ke... kenapa?" tanya Sara takut-takut. Mulutnya masih penuh oleh roti. Mika tak menjawab. Ia mengeluarkan botol air minum dari dalam tasnya dan meletakkannya disamping Sara.

"Makasih ya," ucap Sara setelah menelan semua rotinya. Mika hanya diam sambil berjalan menuju mobil. Buru-buru Sara mengejar Mika sambil membawa botol air minum itu. Saat hendak memasuki mobil, seseorang memanggil Mika dari kejauhan.

"Masuk mobil duluan aja," ucap Mika kemudian berlalu menghampiri orang yang memanggilnya.

Setelah memasang seatbelt, Sara meminum air minum yang diberikan Mika tadi. Kemudian menyimpannya disamping tempat duduknya. "Kamu udah makan malam belum?" tanya Sara pada dirinya sendiri. Ia berlatih mencoba membuka percakapan untuk nanti ketika ia bersama Mika di mobil. Kikuk memang, tapi hanya itu pertanyaan termudah yang bisa ia pikirkan.

Tok tok tok. Sara menoleh karena kaca disampingnya diketuk. Terlihat seorang wanita dengan senyum lebar sedang memberikannya kode dengan jari telunjuknya untuk menurunkan jendela. "Kamu keberatan kalau aku duduk di depan?"

Sara yang bingung dengan alur percakapan ini menoleh kepada Mika yang baru saja membuka pintu kemudi. Namun Mika hanya duduk tenang dibalik kemudi sambil memasang seat belt, tak memberikan penjelasan apapun seolah tak ada masalah. Sara kembali menoleh bingung pada Whina, wanita yang mengetuk jendela mobilnya tadi.

Malaikat Tanpa HatiWhere stories live. Discover now