Lonely

2.2K 132 0
                                    

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Danny masuk ke kamar, di depan cermin dia merapikan letak dasinya. Seperti pagi kemarin, pagi ini pun masih sama. Kediaman Ameera tidak dipedulikan oleh Danny.

" Sore nanti aku pulang terlambat, aku mau menemani ibu makan malam." Tutur Danny dengan suara datar.

Hati Ameera tercabik, Dia rasakan ketentraman dirinya mulai terancam. Ibu mertuanya akan terus menguasai cinta anaknya. Danny akan berbagi waktu antara Ameera dan ibunya.

" Aku akan menunggumu pulang. Aku pun ingin ditemani makan." Suara Ameera getir.

" Makanlah duluan ..jangan tahan rasa lapar, nanti sakit." Sahut Danny perhatian. Meredakan rasa marah di hati Ameera. Dia ingin memahami rasa kasih anak kepada ibunya. Ameera selalu menghargai itu.

Ameera mengantar Danny ke halaman. Sebelum masuk ke mobil Danny mengecup kening istrinya. Ameera menatap kosong hingga mobil yang dikendarai Danny menghilang ditikungan.

Dengan langkah gontai Ameera kembali masuk ke kamar. Rasa sepi yang biasanya tak terasa. Kini seakan menyergapnya. Seketika gairah kerjanya hilang.

Bayangan kelabu ketika diawal pernikahan sungguh menorehkan luka. Kala itu Dia harus tinggal serumah dengan Ibu mertuanya. Masa itu adalah penjara hati bagi dirinya. Beratus kali Dia harus menekan emosi dan menenggang rasa. Hanya karena cinta yang begitu besar pada Danny. Ameera seolah dituntut menaruh penghargaan yang tinggi pada Ibu mertuanya itu. Dia melalui hari hari dengan bergelimang kepahitan.

Terlebih ketika Ayah mertuanya di vonis sakit jantung. Dengan penuh perhatian semua anggota keluarga selalu mengingatkan kedisiplinan makan, olahraga demi kesehatannya.

Diantara menantu, barangkali hanya Ameera saja yang tidak terlalu cerewet kepada Ayah. Padahal bukannya Dia tidak peduli atau tidak perhatian. Sialnya, Ibu mertuanya menganggap Dia tidak memiliki perhatian pada Ayah.

Berkali kali Ameera harus menelan rasa getir atas tudingan itu dengan rasa luka. Hatinya sakit. Namun Dia selalu tersenyum. Menyembunyikan nyeri karena rasa cintanya pada Danny. Dia menekan derita akibat menahan segala kedengkian Ibu mertua. Apalagi bila berkaitan dengan Nyla, anak semata wayang Danny.  Ameera harus semakin kuat dan tegar menghadapinya.

Ameera memang bukan Ibu kandungnya tapi Dia menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Ibu seolah tidak ingin Nyla terlalu dekat dengannya. Selalu saja ada alasan ibu untuk meminta Nyla menginap di rumahnya. Tentu saja Ameera membolehkan karena Dia sadar Nyla bukan darah dagingnya, tapi sikap Nyla selalu membuat Ameera marah. Gadis kecil itu seolah diajari untuk membencinya. Dia selalu lebih judes dan omongannya ketus setiap pulang dari rumah eyangnya.

" Baju Nyla baru ya..?" Tanya Ameera saat itu, ketika Nyla baru kembali dari rumah eyangnya.

Ameera memeluknya dengan rasa rindu setelah 2 minggu Nyla diajak berkeliling oleh Eyangnya ke rumah anak anaknya yang lain di luar kota.

" Iya dong..Eyang yang belikan. Eyang baik..sekali. Kata Eyang baju Nyla sudah jelek jelek. Mama sih pelit, tidak mau belikan Nyla baju baru." Ucap Nyla mengherankan.

Kata kata pelit itu seolah melukai telinganya. Ameera menatapnya bimbang, kerinduannya selama 2 minggu yang dipendamnya sirna. Sesaat Dia merasa cemas. Mengertikah anak anak usia 4 tahun akan makna kata pelit itu, batin Ameera menangis. Entah pengertian apa yang telah ditanamkan Eyangnya.

Ameera merasa begitu panas. Bingung apa yang harus dilakukan. Akhirnya Ameera memeluk erat Nyla sambil menangis. Apakah ibu mertuanya sengaja meracuni pikiran Nyla agar membencinya lalu berkomplot untuk menjatuhkannya.

Ameera merasa sendiri. Jika pun Dia bercerita pada Danny, Dia pasti tidak akan mendengarkan.  Air mata Ameera mengalir deras. Mengingat semua masalah yang mendera. Sudah berjalan 2 tahun lebih tapi tidak ada perubahan dari sikap Ibu mertuanya.Dia merasa benci dengan hidupnya. Yah.....Dia merasa sendirian.

Mother in law (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن