Party

121 7 0
                                    

Motor gue berhenti di depan pekarangan yang tak terlalu luas, tapi sangat indah dan cantik dengan bunga yang berbagai macam warna menghiasi pekarangan itu. Setalah gue mengirim pesan pada klaudia, tak lama pintu depan terdengar akan dibuka. Segera gue memasukan hp ke saku. Ketika surainya terlihat, mendadak mata ini tak bisa berkedip. Bahkan mulut gue terkena stroke, menganga. Jantung gue berpacu begitu cepat. Benarkah yang kini berada dihadapan gue ini klaudia, bukan bidadari yang kehilangan selendangnya? Dia tampak manis dengan dres bermotif bunga berwarna peach, rambutnya tergerai sepunggung tampak berkilau bagai iklan shampo. Bahkan bibirnya ia beri lipstik yang senada dengan dres nya. Klaudia yang ditatap seperti itu mendadak tersipu, ia berdehem.

"Jadi gak?"

"Ah...iy...iya" gue menggaruk tengkuk, dan segera menyalakan motor.

***

Suasana pesta tampak meriah dilihat dari luar, para pria dan wanita berlomba untuk menjadi yang terkeren. Gue memarkirkan motor, merasa bersalah dengan klaudia. Kenapa gue bawa motor beginian, klaudia kan pake dres jadi dia agak kesusahan. Walau gue berbaik hati untuk meminjamkan jas, menutupi roknya.

"Wah kayaknya rame banget..." klaudia berdecak kagum.

"Klaudia...bentar" dengan ragu-ragu kedua tangan gue merapihkan rambutnya yang berantakan. "Dah..."

Klaudia menatap gue, pipinya agak memerah. Sepertinya dia menahan napasnya.

"Hei...lo bisa mati"

"Hah..."

Gue tak menjawab, gue langsung meraih tangan klaudia dan menggenggamnya. Menarik dia untuk masuk, gue tersenyum. Meninggalkan akal rasional gue di rumah, tak peduli dengan apa yang klaudia pikirkan. Biarakn malam ini gue memilikinya untuk sesaat.

Acara dilaksanakan di dalam aula, masih setengah jam lagi acara dimulai tapi isi aula sudah penuh. Berbanding terbalik dengan hari sekolah, setengah jam bel akan berbunyi sekolah masih lowong. Gue mengeratkan genggaman, takut klaudia tertinggal diantara banyaknya kerumunan.

"Kita cari remon dulu" gue sedikit berteriak karena suara yang tenggelam dalam alunan musik yang sangat kencang. Klaudia hanya mengangguk, bersyukurnya gue dia tak berusaha melepas genggaman tangan ini.

Setelah gue dan klaudia muter-muter akhirnya ketemu juga. Remon sedang duduk sendirian. Tumben, mana cewek yang katanya mau dia bawa.

"Mon..."

Remon melihat gue dan klaudia yang berjalan kearahnya. Ia tersenyum pada gue, senyum yang banyak arti.

"Mana cewek lo?" gue celingak-celinguk, mencari sosok yang sekiranya cewek remon.

"Gak ada" ia berkata santai sambil menyenderkan punggungnya.

"Maksud lo?"

"Ya gue gak bareng cewek, sialannya mereka kalo gue butuh gak pada ada"

"Emang cewek lo ada berapa?" kaludia yang sedari tadi diam pun membuka suara penasaran dengan penggunaan kata 'mereka'.

"Segudang" gue berbisik ditelinga klaudia. Kaludia menatap gue, terkejut. "Jangan heran...cowok jaman sekarang emang modelnya kaya gitu" lanjut gue.

"Lo juga model yang begitu?"

"Sembarangan...gue tuh tipe yang setia, kalo udah suka sama satu cewek gak bakal bisa berpaling" gue menatap ke dalam mata klaudia yang teduh, ia terdiam. Ayolah klaudia...baca tatapan gue.

"Dunia terasa milik berdua~~~"

Sialan...remon merusak suasana. Suara sumbangya menyadarkan gue dan klaudia dari dunia kami. Untung masih ada klaudia, kalo enggak udah abis lo mon sama gue.

"Dewa, gue cari anak kelas dulu. Ntar kalo lombanya udah mulai gue kesini lagi"

"Ok"

Selepas klaudia pergi, gue membabi buta menghajar remon yang tertawa terbahak-bahak. Kami tak memperdulikan anak-anak lain yang memperhatikan kelakuan kami.

Tak lama chim datang dan ikut bergabung dengan kami, walau wajahnya tak bisa dikatakan baik. Ia langsung duduk dan menyenderkan punggungnya pada kursi.

"Kenapan lo?" remon bertanya lebih dulu.

"Apa masih mikirin guru privat lo? Secantik apa sih dia? Sampe buat lo kaya gini" gue menggeser posisi duduk dekat chim.

"Bukan masalah secantik apa dia, tapi gue udah terlalu nyama sama dia. Gue gak rela kalo dia sama cowok lain" chim menjelaskan sambil tangannya kemana-mana, persisi seperti orang yang sedang mempresentasikan hasil tugasnya.

"Nah itu mah namanya perasaan nyaman sesaat" segera remon menyimpulkan tanpa dipikir terlebih dahulu.

"Buat lo itu hal biasa, tapi buat kita itu hal yang sulit" gue membela chim yang senasib dengan gue.

"Iya dah...terserah kalian, karna gue gak pusing-pusing mikirin cewek"

"Sekarang guru itu lagi dimana? Kenapa gak lo ajak?" gue menatap chim.

"Dia lagi kuliah, gak bisa katanya" jawab chim lemah.

"Oh...ternyata masih muda, gue kira udah umur tiga puluhan" remon terkejut setelah itu ia terkekeh.

Obrolan kami mengalir begitu saja, sambil menunggu acara dimulai.

"Mon...mon...wati noh" gue menunjuk ke arah gadis yang baru datang. Remon menoleh, beberapa saat ia terdiam. Mungkin terkesima dengan penampilan wati yang tak biasa. Biasanya ia berpenampilan tomboy, jalannya saja seperti preman. Walau wajahnya cantik, tapi penampilannya jauh dari kata feminim. Tapi malam ini ia berubah delapan puluh lima derajat, sampai membuat remon tak berkedip.

"Oy...SADAR TONG..." tiba-tiba chim berteriak, remon terhenyak. Gue dan chim tertawa terbahak, baru ini kami melihat remon seterkejut itu. Apakah wati membuat dunianya teralihkan?

"Samperin gih, ajak dia. Kan lo sendirian" gue melirik wati yang masih celingak-celinguk entah mencari siapa.

"Gue? Ajakin nenek sihir, o...ogah" dengan sinisnya remon berucap, walau matanya curi-curi melihat wati.

"Gak usah banyak gengsi lo, mata playboy lo dah keliatan pengen deketin wati" chim menggoda remon.

"Eh...si wati adalah pengecualian" remon masih kekeuh. "Udah sana lo cari pasangan, noh banyak cewek nganggur" remon menunjuk segerombolan cewek yang sedang berkumpul.

"Gak, gue mau gabung sama tim futsal" chim beranjak.

"Dih mainnya sama cowok" remon tak henti mengganggu si chim.

"Berisik lo, lo juga sama gak bawa pasangan" gue berujar.

"Sombong lo, mentang-mentang bawa klaudia. Tapi hati-hati, lo lepas klaudia dengan penampilan cantiknya sama aja ngasih makan binatang buas" remon menyeringai "malam ini banyak cowok yang berpenampilan keren, yakin lo dia gak bakal kepincut"  remon menaikan turunkan alisnya.

Dengan kesal gue beranjak dan pergi untuk mencari klaudia. Lo sukses mon, gue udah kemakan omongan lo.

Sementara gue pergi remon sudah terbahak dikursi, ia berhasil mengerjai gue. Membuat gue bagai kekasih yang mencari wanitanya takut dia diambil orang lain.





Bersambung...

Vote & coment... 🤗💜

Cowok Idaman (√)Where stories live. Discover now