Part 8

6K 341 12
                                    

#CINTA_DI_LANGIT_ALEPPO (Kisah cinta Teroris dan Densus 88)
Genre : Romance suspend
#PART_8
#Kegundahan_hati
Oleh : isrina Sumia

https://web.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/2207526025975943/
_____

Mulut Sayyidah mencercau mengeluhkan nasib yang menimpanya. Sepucuk surat di tangan baru saja Eru berikan padanya untu ia tandatangani. Sebuah perjanjian pernikahan yang tak pernah ia harapkan. Sayyidah mungkin sudah sah dalam agama jika ingin menikah lagi. Toh Amir tak pernah memberikan kabar juga nafkah padanya dua tahun belakangan namun hak pisah itu pun sendiri hanya berada di tangannya. Cinta Sayyidah begitu besar terhadap Amir, lelaki yang sudah banyak berjuang untuk diri juga keluarganya.

“Sudah kamu tanda tangani?” tanya Eru yang baru saja keluar dari kamarnya. Seraya mengancingkan kemeja ia berjalan seraya menatap ke arah cermin yang jaraknya tak jauh dari tempat Sayyidah duduk.

Sayyidah diam, menyebalkan melihat sikap Eru yang terkadang baik namun terlihat licik. Begitu lancangnya ia mememaksa menikah padanya. Saat sebuah keadaan mendesak, saat nalar tak mampu berpikir.

“Sayyidah!” sapanya mendekat, tangan satu ia sandarkan di meja dan satunya disandarkan di kursi tempat Sayyidah duduk.

“Kamu harus menulis di sini, kapan kamu akan mengantarkanku ke Aleppo!”

“Segera! Aku seorang prajurit Sayyidah. Ucapanku bisa kamu pegang.”

Sepasang netra menatap mata Eru yang jaraknya kini hanya 20 cm dari wajahnya. Eru terlihat serius, wewangian maskulin begitu menusuk penciuman Sayyidah, pagi itu Eru terlihat rapi dengan kemeja merah marun dan celana berwarna hitam. Kulitnya yang berwarna putih terlihat menyembul keluar.

Berat Sayyidah menandatangani. Eru tersenyum, ia ambil ponsel di sakunya.

“Sayyidah!”

“Cekrek!”

“Untuk apa foto itu!” rutuk Sayyidah seraya menggapai ponsel di tangan Eru.

“Kamu akan aman di sini, ini ambillah!” Sebuah ponsel diberikan Eru untuknya.

“Apa ini?”

“Aku akan menghubungimu lewat ponsel itu dan hanya dengan ponsel itu kamu bisa berkomunikasi. Dengar Sayyidah aku berniat membantumu, aku harap tidak ada yang kamu sembunyikan.”

Sayyidah  melengos, ia diam mengikuti aturan Eru. Sementara Eru melangkah menjauh meninggalkan Sayyidah kemudian pergi dengan mobil yang sudah ia panaskan sebelumnya.

***
Malam yang hening, setelah membantu Marta. Sayyidah hanya terdiam di kursi kamarnya seraya membaca mushaf quran yang tersimpan rapi di rak kamarnya. Beberapa buku tersusun rapi di dalam rak, mulai buku ilmiah, agama ataupun fiksi. Keluarga Eru sepertinnya memiliki hobi yang sama dengannya. Ketukan pintu terdengar tak lama terbuka, Marta datang membawa  secangkir kopi di atas baki di tangan. Wanita paru baya itu tersenyum, senyumannya begitu manis untuk wanita seusianya. Wanita keturunan tionghoa dan beragama islam. Cantik, putih, sedikit sipit persis seperti Eru.

“Shadaqallahul Adzim!” Shadaqallahul Adzim!” seru Sayyidah mengakhiri bacaannya. Membalas senyuman Marta dan berdiri menyambut baki di tangannya.

“Mariam … merdu dan lancar sekali kamu membaca Quran, Nak. Sudah lama saya belajar, tapi tak bisa sebagus itu.”

“Ini karena terbiasa bu,” jawab Sayyidah tersenyum.

“Lima tahun lalu saya masuk islam, Eru lah yang mengajak Ibu. Awalnya kami berkeyakinan budha, namun ternyata agama islam lebih indah dari itu.”

Cinta Di Langit AleppoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora