01

21 5 1
                                    

Tangan kecilku tak mampu menahan laju darah yang terus saja mengalir, namun sedikit berhasil menghalaunya agar tidak menjelajah jauh ke mata si perempuan bercadar, yang saat ini terus saja melafazkan nama Allah.

"Tahan ya mbak, sebentar lagi mobilnya datang. Teman saya sedang mengambilnya," ucapku dengan suara parau.

"Terimakasih Ukhti, terimakasih," jawabnya lemah, dan kemudian dia kembali menyebut dan mengagungkan nama Rabbnya.

Rasanya waktu bergerak dengan sangat lambat, tidak seperti biasa. Aku kembali terisak, kenapa sesakit ini ketika melihat cucuran darah itu? Seolah akulah yang merasakannya.

Tak kupedulikan suara-suara teriakan yang sedang mencaci maki dan menghakimi si Pelempar batu, yang kuinginkan adalah kedatangan mobil yang akan membawa perempuan itu ke rumah sakit. Namun, ketidakpedulianku sepertinya berbanding terbalik dengan perempuan bercadar yang saat ini terlihat begitu menyedihkan. Tiba-tiba saja dia melepaskan rangkulanku, lalu berjalan cepat setengah berlari menghampiri kerumunan.

"Bawa ke kantor polisi saja, penjarakan dia!"

"Iya, bawa saja, biar meringkuk ke dalam penjara!" Suara-suara penuh kemarahan itu saling bersautan.

Dengan sedikit bingung dan masih dengan cucuran air mata, aku mengikuti langkah perempuan itu. Apa yang akan dia lakukan? Apakah dia juga ingin melepaskan kemarahannya dengan memaki dan berteriak, seperti yang lainnya.

"Demi Allah, aku memaafkannya!" teriak sang perempuan bercadar, yang sontak berhasil membungkam semua orang, termasuk sosok itu ... Sosok yang telah berhasil merobek pelipisnya. "Biarkan beliau pergi, aku memaafkannya, ikhlas karena Allah, tolong jangan menyakitinya, dia sudah renta jangan biarkan dia di penjara, biarkan dia pulang ke rumahnya dengan aman."

Aku ikut membatu, rasa kagumku semakin membuncah. Dia, sambil meringis menahan sakit berlari hanya untuk melindungi seseorang yang telah menyakitinya.

"Kumohon, biarkan dia pergi," suaranya terdengar semakin rendah, gemetar, hingga akhirnya perempuan luar biasa itu tumbang, terjatuh lemas.

***
Tbc

Muslimah ✔Where stories live. Discover now