TENTH : BOLOS

73.9K 2.7K 0
                                    

Suara berisik membuat Kaleesha mau tidak mau ikut bersembunyi. Jika saja ia tidak terjebak pada kerumunan orang demo, mungkin Kaleesha tidak akan terlambat seperti hari ini. Gerbang Cakrawala sudah tertutup rapat dan sudah dijaga oleh guru piket.

Satu-satunya jalan hanya melompat melewati area yang mungkin saja Jaegar dan teman-temannya ada di sana saat ini. Kaleesha tidak ingin melintasi area itu karena ada beberapa hal yang membuatnya enggan, salah satunya Kaleon.

Laki-laki itu semakin gencar mendekatkan diri. Kaleesha bukan tidak senang, ia hanya bingung harus memberikan tanggapan seperti apa. Memang selama ini Kaleesha akan bersikap biasa saja seperti saudara yang tidak memiliki masalah apapun, hanya saja ia menekan dirinya untuk menahan dirinya setiap berhubungan dengan Mahawira.

"Ngapain di situ?" Kaleesha menoleh. Paja, laki-laki itu berdiri tidak jauh dari tempatnya berada. "Telat?"

"Kelihatannya?"

Paja tertawa kecil. Ia menangkap luau Kaleesha yang mencari jalan masuk. "Lewat belakang aja." Saran Paja.

"Ya, kalau lo mau lewat sini juga boleh, tapi besar kemungkinan kalau lo akan hormat bendera atau mungkin lo akan duduk di ruangan BP."

Kaleesha membenarkan ucapan Paja dalam diam. Ia malas jika harus berdiri dibawah terik mentari atau mungkin mendengarkan ocehan Andin.

"Lo bolos juga?" tanya Kaleesha.

"Gak berniat, cuma malas aja di dalam." Balas Paja. Kedua tangannya di masukan ke dalam saku celananya, kemudian melirik sekilas lalu menarik tangan Kaleesha dengan cepat untuk bersembunyi. "Jangan berisik." Bisik Paja lagi.

Benar saja, Andin keluar gerbang tepat pada saat itu. Jika saja Paja tidak menariknya dibalik pohon besar, Kaleesha sudah pasti tertangkap.

"Mau ke mana?" bisik Kaleesha begitu Paja kembali menariknya.

Seperti biasa, Paja tidak menjawabnya. Mungkin karena berteman dengan Jaegar, menjadikan laki-laki ini tidak banyak bicara.

"Sorry, gak bermaksud ngacuhin lo. Tapi kalau gue jawab lo, bisa ketahuan." Jelas Paja. Ia mengajak Kaleesha untuk kembali ke warung yang malas Kaleesha datangi.

"Lho, Ja. Kok balik?" tanya Sri.

"Kan, emang mau bolos hari ini, Bu."

"Ini yang kemarin sama Egar waktu itu, 'kan?" ucap Sri. Wanita dengan daster oranye sebagai iconic andalan memperhatikan detail muka Kaleesha. "Kok sama kamu, Le?"

"Gak isok masuk, arek'e, Bu. Telat pisan."

Sri menggeleng, kemudian melanjutkan kegiatannya menyapu. Kaleesha menoleh, sedikit mendekatkan diri lebih dekat dengan Paja. "Apa artinya, Ja? Gue gak terlalu ngerti Bahasa Jawa."

"Lo cantik katanya."

Kaleesha mengernyit tidak terima. "Jangan bohong."

"Kok bohong? Perlu gue tanyain ulang?"

"JANGAN." Sergah Kaleesha cepat. "Lo gak lagi bohongin gue, 'kan? Aneh aja, Ja."

"Aneh apanya?"

"Masa lo ngomong sepanjang itu artinya cuma segitu doang?"

Paja tertawa.

"Kan, bohong ya?"

"Enggak, Kalee. Ngapain juga gue bohong? Lo emang cantik. Semua orang juga setuju sama apa yang gue omongin, siapa coba yang ngomong lo gak cantik?"

"Mulut lo ya, benar-benar."

Paja memutar tubuhnya, menghadap sepenuhnya ke arah Kaleesha. "Sekarang gue tanya, siapa yang bilang lo gak cantik?"

REBELLION Where stories live. Discover now