Invisble Wealth

66 1 0
                                    


"Dimana?"

"Didasar danau itu, ada empat pusaka yang tersusun, tujuan kita disini adalah untuk pusaka terakhir, dimana pusaka itu bisa terangkat jika ketiga pusaka sebelumnya sudah terangkat. Semua pusaka ini sangat berguna untuk kita, tapi fokuskan pikiran kalian pada pusaka terakhir. Ingat! Pusaka terakhir,"

Mulut sudah komat-kamit membaca begitu banyak mantra untuk mendapatkan pusaka yang diinginkan. Tujuan utamanya memiliki pusaka itu agar memperkuat ilmu yang dimiliki dan masih banyak khasiat lainnya.

Hal yang memang tidak logis untuk dimasukan kedalam nalar secara mentah-mentah. Hal-hal yang sangat tidak mungkin bisa dijelaskan dengan rumus matematika bahkan rumus kimia sekalipun.

Harta yang tak kasat mata, harta yang sengaja ditimbun oleh leluhur, hingga menjadi rumah untuk para makhluk astral setempat.

Hidup dizaman yang penuh teknologi, dimana manusia berusaha agar bisa memecahkan segala hal oleh akal logika. Bahkan berpendapat gila sekalipun, seperti mendeskripsikan bentuk Tuhan itu seperti apa, atau yang sederhana, bagaimana bentuk asli dari bumi yang sama-sama ditapaki manusia setiap hari. Bagi manusia yang terlalu menjunjung akal logika, mungkin saja tidak akan percaya dengan hal seperti hantu, atau hal yang tak kasat mata lainnya.

"Kau boleh mendeskripsikan apapun semaumu, tapi kau tidak bisa memecahkan masalah gaib dengan rumus-rumusmu,"

Percaya atau tidak, Leluhur manusia menyimpan berjuta-juta harta yang tidak pernah terlihat oleh mata manusia. Mereka ada, mereka menunggu, mereka menjaga. Akan ada kosekunsinya, kala semua harta itu, direnggut oleh manusia saat ini.

Jika harta mereka hanya dikubur tanpa ada ajian-ajian tertentu, betapa kacaunya sebuah negara jika mengetahui itu semua. Mungkin saja, air yang mulanya jernih akan terlihat merah, bak darah, bisa juga daging yang disantap bukanlah daging sapi atau kambing, melainkan daging manusia itu sendiri. Mengingat betapa rakusnya manusia zaman milenial ini.

Mungkin saja, tepat di kakimu, terdapat harta karun yang bernilai miliyaran rupiah.


                                                                       ----------------------


"Kamu hanya perlu berusaha untuk menjadi dirimu kaya raya, bukan mencari harta yang justru tidak jelas keberadaannya".

Ya! Itulah ucapan yang sering dikatakan oleh mendiang ayahandaku. Beliau adalah orang yang cukup terpandang di desa tempat tinggalku. Jarot, nama mendiang ayahku.

Tanah Lereng, begitulah masyarakat menyebut nama desaku, entah dari mana asal usul nama itu, yang jelas orang terdahulu memiliki arti mengapa desaku bernama Tanah Lereng. Desa yang terletak jauh dari peradaban kota, satu-satunya kota besar yang dekat dengan desaku adalah kota Padang. Pun harus menempuh jarak yang sangat jauh.

Desaku terletak di kaki gunung terbesar di pulau Sumatera. Gunung Kerinci. Di kecamatan yang tentu saja adalah ladang teh terbesar di Indonesia.

Sudahlah! Itu hanya basa-basi untuk memulai ceritaku saja.

Kesengsaraanku dimulai beberapa tahun yang lalu, saat bocah se-usiaku memikirkan untuk melanjutkan pendidikan kemana, lantas aku harus memikirkan untuk mencari pekerjaan kemana? Usiaku saat ini sudah menginjak 22 tahun, itu artinya, suara-suara itu mulai bermunculan sejak umurku menginjak usia 17 tahun.

Suara-suara yang mengisyaratkan sesuatu kepadaku, atau irama-irama tanpa nyawa yang setiap malam selalu bersenandung ditelingaku. Awal suara itu aku dengar begitu menakutkan, lama kelamaan, itu seperti suara penghantar tidur bagiku. Bagaimana tidak! suara perempuan yang merdu dengan khas irama jawa itu membuatku semakin tenang dan terlelap dalam tidur. Meskipun aku tahu, itu irama tanpa nyawa. Mungkin kalian menganggapku berhalusinasi, tapi tenanglah, suatu hari nanti kalian akan merasakan hal yang sama sepertiku kala kalian melakukan apa yang aku ceritakan.

Sudah lama aku bercerita tentang diriku, tapi tidak satupun diantara kalian yang bertanya, siapa namaku. Dasar manusia! Sekali melihat hal yang menyenangkan, kalian lupa siapa dibalik panggung penderitaan.

Baiklah! Namaku Martasha Putri Jarat. Kalian boleh panggil aku Marta. Akan kuceritakan semua kisahku pada tulisan ini, aku harap kalian akan memahami semua rintihan dan tangisanku, dan mendengarkan setiap nyanyianku. Oh! Betapa bodohnya aku, ini-kan tulisan bukan ­tape recorder.

Selesaikan ceritaku, atau aku yang akan menceritakannya kepada kalian, seperti sang ibu menceritakan dongeng sebelum tidur. 


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Semoga senang

Ingat! aku masih ada dilayar kacamu!

Bye!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Irama Tanpa NyawaWhere stories live. Discover now