ELEVENTH : SAUDARA TAK SEDARAH

72.2K 2.7K 5
                                    

"Sorry ya, jadi neduh dulu. Gue gak pernah bawa mantel." Ucap Paja. Tangan laki-laki itu berada tepat di atas kepala Kaleesha, menghalangi air hujan secara tidak langsung.

Hujan benar-benar mengguyur stasiun kota. Tidak terlalu deras namun jika diterjang, tetap akan basah.

"Gapapa, Ja. Santai aja. Gue gak masalah kok hujan-hujan, gue justru yang gak enak sama lo, Paja."

"Kenapa gak enak?"

"Ya, gara-gara ini jadi hujan-hujan, menghambat waktu lo istirahat."

Paja mengangguk setuju. "Kalau gak enak, berarti bisa jalan lagi biar enak."

"Bisa aja lo buaya." Jawab Kaleesha sambil tertawa. Gadis itu mengangkat telapak tangannya, merasakan tetesan air hujan. "Ayo hujan-hujan, Ja?"

Paja kembali tersenyum. Ia menyambut tangan Kaleesha, berlari dibawah hujan menuju motornya.

"Gue antar lo pulang." Ucap Paja lagi.

Kaleesha mengangguk. Ia membiarkan Paja melakukan apapun. Ia juga merasa senang atas semua yang Paja lakukan, sedikit mengobati rasa rindunya terhadap Kasaga.

Kaleesha juga sedikit memberikan rasa percaya pada Paja bahwa ia adalah orang yang bisa dijadikan tempat untuk bercerita.

Motor Paja memasuki area rehabilitasi. Dalam diam, laki-laki itu terkejut. Kenapa Kaleesha menunjuk arah ke mari? Paja ingin bertanya tapi ia mengurungkan niatnya, ia tidak ingin membuat Kaleesha kembali bersikap seperti orang asing, ia sudah sejauh ini untuk dekat dengan gadis itu.

"Makasih ya, Ja. Jadi basah deh lo, sekarang." Ucap Kaleesha begitu ia turun. Gadis itu berdiri pada paviliun minimalis dengan nuansa putih gading. "Jangan kaget, gue emang tinggal di sini. Kapan-kapan lo boleh mampir, gak sekarang. Basah kuyup, kalau gak langsung pulang bisa masuk angin."

"Angin doang gak akan bikin tumbang." Kaleesha memukul pelan lengan laki-laki itu, mengundang tawa dari Paja.

"Lho!? Alee? Kok hujan-hujan."

Kaleesha dan Paja menoleh. Di sana, di balik pintu paviliun Kaleesha ada Nazeera dan juga Saga. "Masuk ayo, nanti masuk angin." Ucap Nazeera.

Kaleesha melirik kembali ke arah Paja. "Masuk aja, Kal. Gue mau pulang juga."

Kaleesha mengangguk, kemudian berjalan masuk. Gadis itu langsung mandi dan disuguhi oleh tatapan kedua temannya yang secara mendadak datang.

"Cie, diantar pulang sama cowok cie." Ledek Nazeera.

"Ngapain ke sini?"

"Emang gak boleh?" tanya Nazeera lagi.

"Naje kangen katanya, makanya ke sini." Jawab Saga.

Kaleesha tau ada yang disembunyikan oleh kedua temannya itu. "To-the-point aja. Kenapa?"

"Apanya?" tanya Nazeera.

"Jangan coba-coba bohongin gue, kasih tau aja ada apa? Gue masih bermurah hati untuk itu. Daripada gue tau dari orang lain dan lo semua pasti tau apa yang akan terjadi setelahnya, lebih baik kasih tau aja."

Ucapan Kaleesha memang sangat tenang, tapi Nazeera dan Saga tau bahwa setiap kata yang keluar adalah bentuk peringatan. Kaleesha selalu bisa mendapatkan informasi entah dari mana meskipun mereka berusaha menutupi itu.

"Apa deh? Lo kenapa sih?"

"Lo berdua yang kenapa?"

Saga menarik napasnya sejenak. Ia tau sangat sulit untuk mengelabuhi Kaleesha. Gadis itu jelas bisa melihat kejanggalan yang sedang terjadi. Saga jelas tidak akan mengatakan bahwa Arsenio dibebaskan dari penjara dan kembali mengacak-acak dengan membawa nama Alcatraz dan Issac sedang mencoba mengurus itu tanpa melibatkan Kaleesha.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REBELLION Where stories live. Discover now