Sakit

60 10 0
                                    

Sudah dua hari terlewati semenjak hari keberangkatan Alfa ke Aussie. Selama itu pula aku hanya mengurung diriku di kamar. Tanpa mau ke mana pun, dan tak mau melakukan apapun selain menangis. Isi notifku penuh, dan sebagian besar dari Alfa, tapi aku tak peduli.

Ayah, bunda, Aul, Sam, Asa, mama Elis, bahkan om Rama, mereka sudah mencoba untuk membujukku agar mau keluar, tapi percuma saja, karena aku tidak ingin keluar. Begini saja terus, mengurung diri di kamar sampai nanti Alfa pulang.

Mungkin kalian menganggapku childish, tapi, ya, aku memang seperti itu adanya. Tapi coba kalian bayangkan kalau kalian jadi aku..

Setiap hari aku selalu ditemani Alfa, ke manapun. Setiap kali aku butuh bantuan, dia selalu siap dua puluh empat jam untuk membantuku. Dia yang bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku. Tapi sekarang tiba-tiba dia pergi ke tempat yang jauh dan pada waktu yang lama, apa yang kalian rasakan? Kosong.

Tok tok tok

Kali ini siapa lagi???

“Ya, ini gue, Sam.”

Sam, akhir-akhir ini dia memang sering mengunjungi rumahku. Dia sedang masa pendekatan dengan Azalea, sepupuku, tapi lewat bunda. Aneh, bukan?

“Kalau kedatangan lo ke sini Cuma buat nyuruh gue makan, percuma Sam, mending lo pulang lagi aja. Gue lagi nggak napsu makan.” Kataku.

“Kata siapa?? Pede lo akut, Ya. Gue ke sini Cuma mau ngasih tau lo, kalau gue tadi bawa satu drigen susu murni kesukaan lo. Tapi katanya lo lagi ga napsu makan apa-apa, ya? Ya udah, daripada mubadzir, mendingan gue bawa pulang lagi aja.”

Apa kata Sam tadi??? Susu murni??? Serius???

Aku langsung bangkit dan berlari menuju pintu. Rupanya saat kubuka pintu, wajah Sam yang sedang nyengir lebar lah yang aku lihat pertama kali.

“Di mana susu murninya???” Tanyaku to the point.

“Udah habis dibagiin ternyata, nanti deh gue beliin lagi, ya??”

Aku tau Sam berbohong. Tidak ada susu murni satu drigen yang dia bawa. Dia hanya ingin aku membukakan pintu. Itu saja.

“Gue kutuk lo jadi sambal ijo juga loh, Sam!”

Aku hendak menutup pintu, tetapi Sam menahannya. Sial!

***

“Anjir, Ya.. ini kamar perawan apa kamar di panti jompo, sih? Bau asem banget gila!”

“Suruh siapa main masuk-masuk sembarangan?!”

Sam kini memang sedang berada di dalam kamarku. Setelah sempat cekcok tadi di pintu, dia langsung menerobos masuk ke kamarku begitu saja. Bukankah tingkahnya sangat menyebalkan?

Jika Asa yang bertindak semenyebalkan itu sih sudah biasa, tetapi ini Sam. Bayangkan saja..

“Gue ada bad news buat lo,” katanya setelah memilih duduk di jendela kamarku yang memang sengaja aku biarkan terbuka.

“Gue nggak punya daya buat dengerin berita, apalagi berita buruk.” Kataku cuek.

“Ini tentang tunangan lo.”

Aku langsung fokus pada kalimat yang selanjutnya akan Sam katakan.

“Dia sakit.”

Dua kata, tetapi mampu membuat mataku membulat sempurna.

“Kok bisa?!?!” teriakku.

“Bisa lah! Dan itu gara-gara lo.”

“Kok gara-gara gue?!”

SHATTERED Where stories live. Discover now