Fallen Petals

3.2K 753 29
                                    

"If the last petal fall, i would kill myself

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"If the last petal fall, i would kill myself."

•••

Tujuh belas dari dua puluh kelopak bunga Krisan putih yang kamu berikan sudah gugur. Layaknya orang yang kehilangan akal, setiap malamnya, Doyoung akan meraih plester luka dan merekatkan kelopak layu yang sudah jatuh kembali di tempatnya. Namun tentu saja, usahanya sia-sia. Kelopak itu tetap saja akan jatuh dan membuat Doyoung mengerang kesal hingga ingin menangis.

Jantungnya bagai diremuk kala bunga itu tidak lagi mengeluarkan serbuk ajaibnya seperti saat pertama kali kamu memberikannya pada Doyoung. Terhitung sudah satu minggu kamu pergi, menghilang dari pamdangannya tanpa jejak seakan terbawa hembus angin musim dingin yang juga turut menghilang diganti hangat sinar mentari musim semi. Doyoung akui, dia benci musim semi.

Walau tidak lagi menangis seperti beberapa hari sebelumnya, pemuda Kim itu kian menutup diri dari lingkungan. Bagai beruang yang tengah berhibernasi, Doyoung tidak pernah beranjak se-inci pun keluar dari rumahnya. Dia akan menghabiskan waktu di dalam kamar, memandangi hutan sampai waktu makan malam tiba dan jatuh tertidur dengan mendekap tangkai bunga krisan yang layu.

"Doyoung? Sedang sibuk?"

Ah, pemuda itu hampir lupa. Kamu sudah mengabulkan keinginan—yang sejujurnya dia sesali—untuk membuatnya berkumpul dengan Ayah dan Ibunya. Kedua orangtua Doyoung datang kemarin lusa, mengunjungi anak semata wayangnya. Entah darimana mereka mendapat alamat Doyoung dan mengetahui bahwa pemuda itu tinggal di dekat hutan, Doyoung tidak peduli.

Tidak mendengar adanya jawaban, wanita paruh baya tersebut melangkah lebih jauh guna memasuki kamar sang putra. Memperhatikan bagaimana lemahnya bahu tegap itu sekarang, layaknya tumbuhan yang layu. Doyoung duduk membelakangi pintu, menghadap ke jendela yang mengarah langsung ke hutan. Pemuda itu masih memutar ingatan tentang betapa cantiknya dirimu saat menari dengan bebas di tengah pepohonan bersama Grace dan kunang-kunang. Doyoung mencintai setiap detiknya, setiap gerakan yang kamu ciptakan, bahkan dia rela membeku demi bisa bersamamu sepanjang malamnya.

Tangan wanita itu mendarat dengan lembut di bahu Doyoung, mengusap, sesekali meremasnya lembut. Menghantarkan sebuah perasaan hangat yang samar di hati sang pemuda Kim. Ada perasaan rindu yang membludak seketika, bongkahan puzzle yang selama ini hilang kini menemukan tempatnya kala sang Ibu memeluk erat bahu putranya. Doyoung menitikkan air mata, tanpa terisak. Dia senang, namun jiwanya masih terasa kosong.

"Sudah seminggu," ujar beliau pelan. "Keluarlah, Ibu membuat kue kering dan pie labu. Kesukaanmu."

Doyoung masih diam, membiarkan sang Ibu mengecupi kepalanya dengan sayang. Pemuda itu memejamkan matanya, pelukan sang Ibu sama hangatnya dengan pelukanmu. Dan dia merindukannya.

[Season Series] | Sparkling Winter - Doyoung VersionWhere stories live. Discover now