My Heartbeat (4)

1.9K 195 79
                                    

Deven adalah seorang kekasih idaman. Ia tampan, pandai, tekun, memiliki suara emas, pun piawai dalam bermusik. Dengan kepribadian yang menarik dan karakter yang begitu khas, membuatnya menjadi sosok yang tidak mudah dilupakan bagi siapa pun yang mengenalnya. Dan, tentu saja.. menjadi kekasihnya membuatku merasa begitu berbangga.

Kata Deven, seharusnya ia yang berbangga akanku. Ia selalu menujukkan kasih sayangnya padaku di hadapan setiap orang. Dengan cara yang menawan, tidak berlebihan. Kedewasaannya dalam bersikap dan mengayomiku, membuatku semakin menyayanginya. Dia sangat memperhatikanku.

Diluar sana, orang-orang banyak beranggapan bahwa Deven terlalu banyak guyon dan slenge-an, aku lebih kalem dan tidak banyak tingkah. Padahal, Deven-lah yang lebih banyak berperan dalam menasehati dan memberi solusi. Dia yang lebih dewasa untuk segala tindakan. Dan aku-lah yang lebih banyak ceroboh, juga kekanakan. Untuk ukuran seorang pendamping hidup, Deven adalah seseorang yang sangat ideal. Bahkan nyaris sempurna. Tentu saja melewatkannya adalah suatu kesalahan. Dan aku tidak ingin melakukan kesalahan itu.

Sayangnya, itu dulu. Jauh sebelum masa menyedihkan datang. Sebelum hubungan kami ditentang. Sebelum dunia menyuguhkan kekejaman.

Deven sangat mencintai musik. Dan bermusik sudah begitu mendarah daging dalam dirinya. Sebenarnya aku pun begitu. Tetapi keinginan kedua orang tuaku agar aku bisa melanjutkan sekolah dan kuliah hingga bisa menjadi dokter seperti yang mereka inginkan adalah sesuatu yang tak bisa aku tentang. Bagi kedua orang tuaku, menjadi seorang musisi/penyanyi bukanlah suatu hal yang menjanjikan. Mereka begitu sangsi akan masa depan yang suram. Aku.. harus mengikuti keinginan mereka. Meski sekolah di kedokteran dan pada akhirnya menjadi salah satu dokter yang begitu dipuji dan disegani adalah hal yang cukup menyenangkan, namun aku begitu merindukan bernyanyi. Merindukan dunia dimana aku bisa bersenandung dengan bebas. Dan.. memiliki Deven.

Ketika aku mulai memasuki kuliah kedokteran dan Deven tetap dengan komitmennya untuk bermusik dan melanjutkan kuliah musik, kedua orang tuaku sangat mengecam hubungan kami. Sebagai seseorang yang tumbuh di keluarga yang hampir semua bertitel dokter, tak ada yang bisa memandang profesi musisi atau penyanyi dengan positif. Kalau pun bukan dokter, keluargaku yang lain minimal dengan pendidikan magister dari bidang yang cukup dipandang. Dan sejujurnya, ini memberatkanku.

Memulai hubungan sejak SMA, sampai aku dan Deven lulus sekolah, hingga mulai memasuki kuliah, dengan sangat terpaksa kami harus backstreet, untuk meminimalisir cuitan kedua orang tuaku. Meski sebenarnya, kedua orang tuaku tahu bahwa aku dan Deven masih berlanjut. Sampai pada saat aku mulai kerja klinik (aka coass), aku benar-benar diminta untuk mengakhiri hubungan kami. Pernyataan pahit dari kedua orang tuaku adalah.. mereka tidak ingin aku hidup dengan seorang pasangan yang memiliki masa depan tidak jelas. Ya, setidak jelas itulah Deven bagi mereka.

Aku dan Deven sempat gagal beberapa kali untuk menyudahi hubungan kami, sampai pada suatu saat hadirlah masalah yang lebih besar. Deven yang saat itu namanya mulai naik daun setelah menyelesaikan kuliah musiknya, ia mendapat skandal yang menyebutkan bahwa ia memalsukan catatan medis dengan menyuap seorang dokter untuk bekerja sama dengannya. Kegarangan orang tuaku yang mengetahui pemberitaan itu semakin menjadi-jadi. Deven semakin dianggap tidak menghargai dan menggampangkan profesi seorang dokter. Kami pun putus, dengan keadaan yang sangat memilukan. Aku.. meninggalkan Deven dengan terpaksa, saat namanya sedang wara-wiri dalam kejaran wartawan dan penyelidikan. Aku.. meninggalkan Deven dalam masa sulitnya. Untuk waktu yang sangat lama.. aku tak bisa memaafkan diriku sendiri.

3 bulan berselang setelah kami berpisah, pemberitaan tentang Deven bertemu titik cerah. Sempat down, nama Deven kembali bersinar setelah namanya terbukti bersih dari segala dugaan. Seseorang lainnya telah ditangkap karena terbukti membuat fitnah dan mencemarkan nama baiknya. Aku menangis lega saat mendengar kabar itu. Selama 3 bulan itu pulalah, aku berperang dengan depresi yang hanya bisa ku simpan sendiri. Sayangnya, meski mengetahui Deven terbukti tidak bersalah, orang tua-ku tetap teguh untuk membuatku tidak kembali pada Deven.

My HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang