BAB I

13 0 0
                                    

Belanda, Iceland. Rotterdam, straumsvik. North sea, atlantik. Summer, winter.

Menjadi pengukur seberapa besar perasaanku pada masa lalu. Dan Indonesia menjadi sumber dari hati yang pilu. Memikirkan seseorang yang telah pergi, dengan perasaan yang telah mati, dan melupakan kenangan yang telah menjadi prasasti .

Ketika kita masih bersama kau mengatakan sesuatu padaku

"Jika kita sudah tidak lagi bisa bersama, langkah kita sudah tidak lagi seirama, aku ingin kau peluk untuk yang terakhir kalinya, sebelum semuanya benar-benar sirna"

Masihkah berlaku kata itu ?

Patutkah aku menuntut ucapanmu ?

Masih bolehkah aku melakukannya ?

Aku ingin!

Aku ingin melakukan nya dan tidak melepaskanmu !

Namun, aku rasa aku tidak pantas menuntutnya. Bahkan, aku sendiri mengingkari janjiku untuk akan terus berada di sebelahmu.

Aku melepasmu, aku membuatmu terhampas. Aku membuat luka, aku meninggalkan duka. Parah, tak berdarah.

Kau menangis, meratap, memohon maaf atas segala kesalahanmu. Mengapa kau lakukan itu ? aku yang melepasmu !

Aku pergi, aku pergi untuk mengetahui seberapa pentingnya aku untukmu, seberapa berartinya aku dalam hidupmu. Aku pikir aku akan melihat usahamu menarik kembali hatiku seperti aku dulu yang pernah mengambil hatimu.
Tapi ternyata aku tidak melihatnya, yang aku dapatkan adalah kemarahanmu yang luar biasa.

Pergi adalah cara terbaik untuk mengetahui seberapa berartinya kita dalam hidup seseorang. Kenapa kau tidak mengerti ? kenapa kau tidak memikirkan itu ?! aku mengujimu !

Atau, aku yang tidak memikirkan terlebih dahulu bahwa kau tidak akan berpikir seperti itu ?

Aku yang terlalu kritis atau kamu yang apatis ?
Sepertinya kita yang begitu egois.
Kamu egois pada awal, aku yang egois di akhir.
Aku yang di awal berjuang berlebihan, kamu yang di akhir mempertahankan mati-matian.

4000 kmWhere stories live. Discover now