Serasi

14 0 0
                                    

Biru telah menjadi jingga, unggas bersayap beramai ramai terbang pulang menuju sarang di waktu senja.

Waktu menunjukkan pukul empat sore, waktunya aku buka kedai.
Merapikan kursi, melakukan kalibrasi, lalu ku seduh kopiku sendiri.

Aku telah siap melayani para peminum maupun penikmat kopi. Baik para peminum kopi non sugar atau peminum kopi yang manis, tidak masalah bagiku, ini tentang selera seseorang, kita tidak bisa memaksakannya. Rasa itu subjektif, selera setiap orang berbeda dan selera gak ada sekolahnya.
Yang penting kopiku diminum habis. Itu saja sudah membuatku senang

Namun ada satu makhluk bersayap yang tidak pulang, dia memilih singgah untuk melepas lelah.

"Selamat sore" ucapku kepada yang masuk melalui pintu yang tepat berhadapan dengan bar
"Sore" balas sapaanku sambil tersenyum lalu melihat menu

"Es kopi susu nya satu"
"Oke, di tunggu sebentar ya"

Untuk kedua kalinya dia datang ke kedaiku, untuk kedua kalinya kami bertemu.
Masih sama, masih dengan perasaan senang yang sama.

"Ini kopinya silahkan di nikmati" ucapku sambul meletakkan minumannya di meja

"Iya terimakasih" balasnya dengan tersenyum melihatku sambil menyibakkan rambutnya dengan tangan kiri.

Waw sepertinya soreku punya senang yang berlebihan.
Langitnya ikut tersipu, begitu cerah, begitu merah.

Kembali aku masuk ke dalam bar setelah
menghantarkan minumannya.
Membuat beberapa orderan yang telah di tempelkan kasirku di sebelah mesin kopi.

Sambil merapikan gelas dan membersihkan meja bar, dari dalam bar sesekali aku perhatikan dia.
Iya mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. Lalu di letakkan di atas meja. Belum iya baca. Terlihat iya mengehela napas dan mengaduk aduk kopi nya sembari menikmati lagu folk yang kami putar.

Sesekali iya mengecek hpnya. Lalu meletakkanya lagi di sebelah buku.

Kedaiku belum ramai pengunjung. Masih punya waktu untuk sedikit bersantai.
Aku keluar dari bar dan menghampirinya
Ini biasa aku lakukan ketika melihat pelanggan yang datang sendirian.

"Sendirian aja ?" Tanyaku
"Iya ni, tapi sebentar lagi temenku datang kok" jawabnya sembari melihat ke arah hpnya
"Oh lagi nunggu temen. Oke, enjoy your coffee"
Aku tidak kembali masuk ke dalam bar, aku duduk di depan kedai.
Depan kedaiku terbuat dari kaca, sehingga jika ada pelanggan yang masuk dari pintu samping aku bisa mengetahuinya.

Aku membakar sebatang rokok sambil kunikmati sore yang cerah ini. Seperi biasa sore hari jalanan ini ramai orang lalu lalang, ada yang mencari jajanan ada yang pulang dari kerja. Tak jarang juga kusapa baik teman maupun pelanggan yang melintas di depan kedaiku.

Tidak lama berselang, seorang pria berkacamata datang menggunakan motor. Iya parkir tepat di depan kedai, lalu melepaskan helm dan berjalan melewati belakangku menuju ruangan yang berada di sebelah ruangan bar.

Rokokku belum habis, aku beranjak dari kursi untuk mengambil kopiku di dalam.
Sambil berjalan menuju bar, aku menolah ke arah kiri, ke arah ruangan yang berada di sebelah ruangan bar. karena ruangan bar dan ruangan sebelahnya di batasi oleh kaca, aku bisa melihat para pelanggan yang duduk disana.

Termasuk pria yang baru datang tadi.
Pria itu duduk berhadapan dengan si wanita yang aku belum tau namanya. Mungkin ini teman yang di maksud ketika aku bertanya apakah dia hanya sendirian.

Terjadi perbincangan di antara mereka yang aku tidak dapat aku dengar karena berbeda ruangan dan meja mereka sedikit jauh dari tempatku berdiri.

Aku lihat situasi tidak santai. Si pria duduk tegak dengan tangan kanan di atas meja dan tangan kirinya menompang di paha. Sesekali si wanita mencoba untuk tetap terlihat santai. Dengan tangan kanan yang masih memainkan sedotan, dan tangan kiri yang ditekuk kedalam di atas meja dengan raut wajah yang datar. Terlihat wajah si pria yang seperti menahan amarahnya.

Sekitar 30 menit mereka berbincang.
Si pria menghempaskan kedua tangannya ke atas dan ada gerakan dari mulutnya, mungkin iya mengatakan sesuatu. lalu si pria beranjak pergi.

Si wanita hanya diam sembari melirik si pria yang pergi meninggalkannya.
Karena kepo dan memperhatikan mereka aku sampai lupa akan kopi dan rokokku.
Setelah ku ambil kopi aku keluar dan menghisap kembali rokokku.
Sambil meminum kopi, ku coba untuk melihat ke arahnya.

Ia menarik napas dalam-dalam sambil menutup matanya, lalu menghela. Ia rapikan buku di atas meja lalu memasukkannya ke dalam tas begitu juga dengan hpnya.
Berselang 10 menit ia pun bangkit dari kursinya menuju bar.

"Ada tambahan ?" Tanyaku
"Enggak, saya mau bayar" jawabnya dengan senyum dan raut wajah yang lelah sambil merogoh tasnya untuk mengambil dompet
"Oh udah selesai ngopinya. 18 ribu mbak"
Ia memberikan uang 20 ribu. Lalu aku memberikan kembalian dan bill kepadanya. Ia masukkan uang kembalian ke dalam box tip.

"Thank you ya" ucapku
Iya tersenyum lalu membalikkan badan menuju pintu keluar.

Selepas dia pergi. Aku memikirkannya. Aku penasaran dengan apa yang terjadi tadi. Apakah pria itu adalah pacarnya ?
Hmm bodoh sekali si pria kalau sampai meninggalkan cewe secantik itu (Pikirku).
Semoga besok dia kembali lagi (Harapku)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

4000 kmWhere stories live. Discover now