10 : bertemu

1.3K 107 9
                                    

Kring...

Bel pulang berbunyi membuat seluruh siswa SMA Pancasila berebut untuk pulang duluan.

Berbeda dengan Lizy, ia memilih berjalan dengan santainya. Dengan kepala tertunduk ia terus berjalan hingga sampai di gerbang sekolah.

Sebuah motor berhenti di depan Lizy.
"Ayo Lizy aku antarkan pulang," ucap pemilik motor tersebut.

Lizy termenung dengan ajakan orang itu. Karena tak sabar, tanpa persetujuan Lizy, orang itu menarik paksa tangan Lizy hingga gadis itu terduduk di atas motornya.

"Apa yang kau lakukan Rey?" tanya Lizy sedikit tersentak.

Ya, orang itu adalah Rey.

"Mengantarmu pulang," jawab Rey dengan santainya.

"Tapi..."

"Sudahlah Lizy, biarkan aku yang mengantarmu pulang. Sekarang berpeganglah!" ucap Rey.

Lizy hanya bisa mengangguk, ia memegang bagian belakang motor Rey.

"Apa kau yakin berpegangan disitu?" tanya Rey.

Lizy kembali mengangguk.

"Baiklah."

Rey pun menjalankan motornya dengan sedikit kencang membuat Lizy memejamkan matanya.

Seketika Rey memberhentikan motornya secara mendadak, alhasil tubuh Lizy pun bertabrakan dengan punggung Rey.

"Aw!" ringis Lizy ketika kepalanya menyentuh helm milik Rey.

"Maaf," ucap Rey pelan.

"Kau? Kenapa berhenti mendadak?" tanya Lizy dengan tangan yang masih memegang kepalanya.

"Lampu merah," jawab Rey, kepalanya menunjuk ke arah lampu jalan yang memang berwarna merah.

Oh, rasanya ingin sekali Lizy membenturkan kepala Rey ke tiang lampu itu.

"Kau akan menyesal jika melakukannya Lizy," ucap Rey di balik helmnya.

Lizy tercekat, ia lupa jika orang di depannya ini bisa membaca pikiran orang. Oh, bodohnya dirimu Lizy!

Lampu berganti dengan warna hijau, Rey pun kembali melajukan motornya.

Setengah jam kemudian mereka pun telah sampai di kediaman rumah Lizy.

"Terimakasih Rey,"

"Oke, kalau begitu aku akan pulang. Sampai jumpa Lizy," Rey kembali melajukan motornya pergi dari rumah Lizy.

"Sampai jumpa Rey."

Lizy melangkah memasuki pagar rumahnya. Sebelum Lizy membuka pintu, ia melihat sebuah kotak berwarna merah di depan pintu.

Ingatan mengenai bangkai hewan kembali ternyiang di kepala Lizy. Ia trauma sekaligus takut jika hal itu terulang lagi. Sebenarnya Lizy tak mau membuka kotak merah itu, tapi karena tingkat penasarannya yang sudah tinggi, Lizy pun membukanya.

Lizy bernafas lega saat melihat isinya hanya secarik kertas bukan bangkai hewan lagi. Lizy mengambil kertas itu dan mulai membacanya.

Aku akan memberitahumu satu hal Lizy. Apa kau mau tahu? Jika iya pergilah ke Taman Asri tengah malam nanti. Jika kau beruntung, maka kau akan bertemu denganku:)
Jangan anggap remeh! Karena ini menyangkut para saudarimu;)

Salam sayang, Y.

"Saudariku? Sudah kuduga kalau semua ini ada hubungannya dengan peneror itu. Baiklah jika itu maunya, maka aku akan datang!" gumam Lizy disertai dengan senyum liciknya.

Entahlah, setelah adanya teror ini, Lizy merasa ada yang sedikit berubah dari cara bicaranya.

Tak mau ambil pusing, Lizy menyimpan kertas itu dan memasuki rumah dengan santainya. Tanpa ia sadari seseorang tengah menatapnya sambil tersenyum, senyum mengerikan tentunya.

***

Pukul 10 malam, Lizy mulai bersiap untuk pergi. Ia memang ingin sampai duluan agar bisa penemu peneror itu.

"Bi, aku akan pergi. Bibi tak usah menungguku karena mungkin aku akan pulang tengah malam. Kunci semua pintu, aku membawa kunci cadangan di saku jaketku," pesan Lizy kepada Bi Asih yang langsung mengangguk.

Setelah semuanya beres, Lizy pun melangkah pergi meninggalkan rumahnya. Sebenarnya ia ingin menelpon Rey, tapi karena sudah larut malam, Lizy takut jika mengganggu pria itu.

Pukul 10.30 Lizy telah sampai di Taman Asri, taman ini terlihat sepi dan menyeramkan. Aneh, biasanya taman ini ramai oleh muda-mudi, tapi kini satu orang pun tak terlihat di mata Lizy.

Lizy memilih duduk di salah satu kursi berwarna putih. Hening, tak ada suara apapun kecuali jam tangan Lizy yang berdetak.

Semilir angin menerpa wajah Lizy membuatnya ingin tertidur.

"Nggak! Aku nggak boleh tidur!" ucap Lizy pada dirinya sendiri.

Tapi nyatanya rasa kantuk lebih besar dari keingintahuan Lizy tentang peneror itu. Lizy pun terlelap dengan kepala yang bersandar pada kursi.

Jam terus berjalan, hingga tak terasa sudah pukul 12.00 yang artinya tengah malam. Seseorang berjalan dengan pelan ke arah Lizy.

"Sayang sekali, Nona kecil sedang tertidur," ucapnya yang nyaris seperti bisikan.

Orang tersebut meletakkan sebuah kotak yang ia bawa di samping tubuh Lizy.

"Semoga kau suka dengan hadiahku," ucap orang tersebut yang langsung pergi dari tempat itu.

Namun, di tengah jalan orang tersebut berhenti.

"Jika kau ingin mencariku, cari saja dihatimu!" Orang itu pun pergi, kali ini benar-benar pergi meninggalkan Lizy sendiri dengan sebuah kotak disampingnya.

Tbc.

Hai...👋
Gimana? Suka sama ceritanya?
Kalo suka jangan lupa kasih bintang dan commentnya..
Aku tunggu lo..

See you next time 💕

where are they? [COMPLETED]Where stories live. Discover now