#1 Rumah Sakit Lagi?

34 1 0
                                    

Seperti biasa, selesai kegiatan organisasi yang mengharuskan menginap atau memelukan tenaga besar seperti Makrab atau Hiking, Kara akan berakhir di rumah sakit antara Mag nya yang kumat atau Asma nya yang kumat. Sedihnya ia selalu berakhir di ranjang UGD seorang diri karena pacarnya sedang diluar, bersama yang lain.

Kara baru selesai di pasangkan infus, kali ini diagnosanya adalah Mag karena seperti biasa gadis itu akan lupa makan dan asyik dengan sekitar ditambah ada sedikit insiden ketika Kara akan turun dari pondok yang jadi tempat mereka menginap, ia terpeleset dan kakinya keseleo.

"Kar, pindah ke kamar rawat ya. Kakak telfonin Aldam setelah kamu istirahat" Kara menatap dokter yang meriksanya, kakak tingkatnya yang sedang koas. Dulu mereka sempat satu organisasi dan cukup dekat.

"Gak papa Kak. Gak usah diburu-buru" Ucap Kara. Lalu Ara membantunya untuk pindah ke kursi roda dan kemudian mereka pergi ke ruang rawat Kara.

Kamar 605, tempat yang tidak asing bagi Kara, karena tiga bulan lalu ia dirawat disini juga karena asma nya kambuh setelah mengikuti acara di kampusnya. "Kamu kakak tingal gapapa? Nanti ada suster yang anter makanan, kamu makan dulu ya baru minum obat. Kalau Aldam belum dateng, telfon kakak" ucap Ara setelah Kara istirahat di atas tempat tidurnya.

"Iya Kak. Terimakasih banyak. Dan maaf Kara selalu nyusahin kakak" Ara mengelus rambut Kara tersenyum.

"gapapa sayang, kakak tinggal dulu" Kara tersenyum menatap punggun Ara yang perlahan hilang dibalik pintu kamar rawatnya. Ara sangat menyayanginya, karena wanita itu pernah bilang bahwa Kara sangat mirip dengan adiknya yang meninggal 8 tahun lalu. Berhubung Kara merupakan anak satu-satunya maka dengan seang hati ia menganggap Ara adiknya.

Kara rasa obatnya mulai bereaksi, matanya perlahan memberat. Tapi baru ia akan menutup matanya pintu ruang rawatnya terbuka dan menampilakn seorang laki-laki yang sangat ia cintai dengan keringat yang memenuhi wajah lelaki itu. Aldam Andrean, kekasihnya sejak 3 tahun lalu.

"Hey. Kenapa gak telfon aku aja. Kamu gapapa?" nada khawatir jelas ada di cara bicara Aldam sekarang.

"Kalian lagi dinner ulang tahun dia kan? Lagian udah gapapa kok, kebetulan tadi Kak Ara yang jaga" ucap Kara.

"Sayang, ini urgent loh. Please jangan kaya gini lagi ya. Ini udah ke-tiga kalinya kamu masuk RS tanpa aku tau" Kara hanya mengangguk sebagai jawaban. Sungguh, Kara hanya ingin Aldam menghabiskan waktu dengan Sheila sebagaimana mestinya tanpa ia ganggu.

"Dianter siapa ke sini?" Nah ini, Kara tidak tau harus menjawab apa ketika Aldam bertanya akan hal ini. Biasanya ia akan menjawab diantar Kinan, temannya tapi sekarang Kinan sedang berada di Batam.

"naik taxi" kahirnya Kara hanya menjawab begitu. Sebenarnya ia diantar kesini setelah pingsan oleh Reza, orang yang paling Aldam benci. Karena sejak awal kuliah dulu, Reza selalu berusaha merebut Kara dari Aldam.

"Kara"

"kenapa Al?"

"aku sayang kamu. Sakitnya udahan ya" Kara tersenyum lembut ketika melihat mata Aldam yang ia sukai. Lagi Kara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"istirahat, nanti kalau makanan datang aku bangunin" Aldam mencium kening Kara dan membenarkan selimut Kara. Mengelus rambut gadis itu hingga ia tertidur dibantu pengaruh obat yang diberikan di UGD tadi.

Aldam mengambil kursi didekatnya dan menggenggam tangan gadisnya. Seandainya ia bisa mengambil sikap, mungkin tidak akan ada cerita cinta segitiga ini. Aldam tau dia brengsek tapi ia benar-benar tidak bisa menginggalkan keduanya, baik Kara maupun Shey. Dan entah bagaimana Aldam tak pernah mengerti mengapa kedua gadis itu mau di duakan. Terlebih Kara, setelah tau siapa wanita yang akan dijodohkan dengannya, Kara membuat jadwal dirinya untuk bersama siapa setiap harinya. Kara lah yang membuat perjanjian dalam cinta segitiga ini. Tapi Kara jugalah yang membuat Aldam benar-benar menjadi lelaki paling brengsek dengan sikap gadis itu.

Kara dan Shey, mereka teman sebangku selama 3 tahun ketika SMP. Tidak pernah berantem ataupuan salah faham. Dua – duanya gadis yang baik dan pengertian. Bahkan ketika mengetahui mereka mencintai lelaki yang sama, keduanya tidak bertengkar dan malah mencari solusi. Aldam hanya menerima, karena seujujurnya ia tidak tau siapa yang harus ia pilih.

"Aku masih disini, Kara" kalimat yang selalu Kara ingin dengan di setiap malam sebelum tidur ketika mereka tengah telfonan. Sungguh Aldam menyayangi Kara, tapi ia juga menyayangi Sheila.

Adam dan Sheila dijodohkan karena memang kedua orang tua mereka bersahabat. Alasan yang klasik yang masih terjadi di tahun 2019 ini. Aldam ingin menolak, tapi kondisi papanya memaksanya untuk menerima. Perlahan perasaan itu muncul juga. Sheila dan Kara berbeda. Sheila terlalu perhatian bahkan ke hal terkecil tentang dirinya sedangkan Kara lebih suka berada pada dunianya sendiri. Itu yang membuat Aldam juga menyayangi Sheila.

"Aku awalnya akan nyuruh kamu buat milih dia atau aku sekarang, Al. Tapi kayanya kamu belum bisa. Jadi aku nunggu kamu siap untuk milih" Kara mengembalikan cincin yang dibelikan Aldam kemarin malam. "Sampai kamu bisa milih, aku gamau pakai cincin ini. Tapi tenang aku tetap pacar kamu. Kamu masih disini kan sama aku?" Lanjutnya.

Itu kalimat yang Kara ucapkan setelah seminggu ia mengetahui tentang kabarnya dan Sheila. Aldam sudah siap jika Kara harus ergi karena kenyataannya kesehatan papanya jauh lebih penting.

"Kamu mulai menikmati peranmu. Sampai nanti kita harus pisah, janji ya? Kamu ada buat aku, selalu nyanyiin aku kalo malem dan selalu ucapin kalimat kalo kamu masih disini, di hatinya aku. Bisa kan Al?"

Itu kalimat yang Kara ucapkan ketika Papanya masuk ICU karena kelelahan bekerja dan harus dirawat intensif. Kara mendengar permintaan Papanya ketika ia tengah bertelfon dengan Kara malam itu.

"Papa mau kamu segegra putusin dia, Dam. Gak baik punya 2 hati. Kalau Mamamu tau dia pasti kecewa karena anak laki-laki kebanggaannya memainkan hati wanita. Lagipula Papa lihat kamu juga menyayangi Shey bukan?"

Malam itu Aldam hanya duduk diam di balkon rumah sakit tempat Papanya dirawat setelah 4 jam berada di ICU.

Dan sudah lima bulan artinya sebentar lagi ia akan ditunangkan dengan Sheila secara sah dihadapan khalayak umum dan kemudian mereka akan menikah. Yang artinya, ia harus meninggalkan Kara. Aldam mengambil tangan Kara yang terbebas dari selang infus. "Aku sayang kamu, Aldam masih disini buat Kara" lirihnya.

Ara melihat itu semua dari balik jendela kaca pintu rawat. Ia berniat masuk untuk memberikan hal cek darah Kara, namun niatnya ia urungkan ketika mengetahui Aldam sudah disana. Ara menghela nafas panjang. Ia tau Kara tidak pernah baik-baik saja tapi Ara tidak bisa melakukan apapun.

Ara memang bukan kakak kandung Kara, tapi Ara benar-benar menyayangi Kara tanpa alasan.

"Kakak gatau gimana kamu bisa sekuat ini, Kar. Kakak sayang kamu" Ara memperbaiki penampilannya karena sempat menitikan air mata tadi sebelum ia memutuskan untuk masuk.

Mashed Up.Where stories live. Discover now