Don't touch her.

589 33 3
                                    

"Kau harus membayar hutang2 ayahmu!!!" Beni menarik rambut gadis itu dengan kasar dan melemparnya kekasur kecil yang ada diruangan ini.

"Apa yang kau lakukan?! Kumohon jangan!! aku janji akan membayar hutang Papa kepadamu, lepaskan aku!!" Diana berusaha melawan tangan kekar yang memegangi kedua tangannya itu. 

"Aku takkan membiarkan kau lari!!" Beni berusaha menahan Diana yang terus memberontak, dan hampir saja ia berhasil mendekatkan wajahnya dengan gadis itu, tapi dengan cepat diana menghindar.

PLAK!'

"DIAMLAH ATAU KAU AKAN BERNASIB SAMA SEPERTI AYAHMU!!!" Diana merasakan sakit yang luar biasa pada pipinya. Tapi dengan tenaga yang tersisa Diana berusaha meminta bantuan.

"Tolongg!!! aku mohon!! tolong aku!!! siapa saja... kumohon tolong aku!!!" Kini Diana hanya berharap bahwa ada seseorang yang akan menolongnya.

"Huh!! percuma kau berteriak!? takkan ada yang menolongmu?!" Dengan kasar ia menarik Diana kembali sebelum ia berhasil keluar.

Ceklek!' 

"Siapa kau?huh! berani sekali kau masuk kesini?!" Melihat seseorang masuk, Beni melangkahkan kakinya menuju orang yang masih berdiri dibalik pintu.

BRUUK!'

Dengan kasar pria itu mendorong tepat saat Beni berdiri dibelakang pintu sebelum ia membuka pintu itu.

"Sial!! Berani sekali kau,huh!!?" Ia benar2 kesal karna seseorang telah berani melakukan itu padanya. 

Pria itupun masuk kedalam, ia melihat kearah gadis kecil yang ketakutan dan memeluk lututnya. Sungguh itu membuatnya sangat marah, kini tatapannya menuju dimana Beni berdiri dengan tatapan yang mampu membuat orang merinding.

"Kau cukup berani." Pria itu berjalan mendekati Beni yang terdiam ditempat seperti terkena hipnotis. Entah kenapa saat Pria itu semakin dekat, Beni benar2 ketakutan setengah mati.

"Sampai mana kau menyentuhnya?!huh?!" Dengan tatapan yang intens pria itu mengunci setiap gerakan yang akan dilakukan oleh Beni. 

"JAWAB!! Apa kau ingin aku membunuhmu?Huh?!" Masih dengan tatapan yang intens tapi menyimpan begitu banyak amarah didalamnya, itu membuat Beni merinding.

"A..kkuu tak sempat menyentuhnya." Beni menjawab dengan gugup dan mengalihkan pandangannya.

"Huh?! Kau fikir aku percaya?!" Kini Pria itu mencekam dagu Beni dengan erat benar2 erat, bahkan Beni kesusahan untuk bernafas.

DBUK?!

Dengan kuat pria itu memukul Beni, bahkan tak hanya sekali ia memukulnya berkali2. Jika Joe tidak datang mungkin Beni sudah mati sejak tadi.

"Kenan!?Tenanglah?!" Joe menahan tangan pria itu yang masih ingin sekali memukul Beni hingga tewas. Tapi ia tersadar bahwa gadis itu masih ada disana dan sedang ketakutan, ia pun berdiri merapikan jasnya lalu mendekati gadis yang sejak tadi masih memeluk lututnya.

"Berdirilah!? Aku akan membawamu pulang!" Walau terlihat tulus, tapi ia berbicara dengan nada yang dingin. Perlahan Diana melihat kearah sumber suara itu, dan yaah ia masih ingat bahwa ia pernah bertemu dengannya dipesta perusahaan milik om Adam.

"Siapa kau?!" Diana bertanya pada pria yang masih berdiri dihadapannya itu.

"Kau akan segera tau, sekarang ayo pulang." Pria itu memegang tangan Diana dan membawanya keluar, tapi sebelum itu ia berbicara sebentar dengan tangan kanannya itu.

"Aku belum selesai dengannya, bawa dia!!? dan yaa lepaskan pria yang bergelantungan itu, segera lunasi hutang2nya." Setelah mengatakan itu ia pun pergi dari club untuk mengantar Diana ketempat keluarga Adanam.

"Bawa dia, jangan sampai ada yang melihat, mengerti!?." Joe memerintahkan anak buahnya untuk segera membawanya, dan mereka pun pergi dari tempat itu.

~~~

Disepanjang jalan, dalam mobil itu mereka berdua sibuk dengan khayalan masing2. Sampai akhirnya Diana memecahkan suasana itu.

"Terima kasih karna sudah menolongku." Diana menatap sebentar kearah pria yang sedang fokus menyetir itu. Tak ada jawaban darinya, ia hanya fokus menyetir bahkan tak menoleh kearahnya.

"Sudah sampai, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini." Diana terdiam sesaat, sebelum keluar dari mobil ia menatap pria itu sekali lagi, lalu keluar. Dengan cepat mobil itu sudah pergi dan diana pun kembali berjalan kerumah Cerry yang hanya tinggal beberapa langkah saja.

...

Setelah sampai didepan hotel penginapan, ia pun keluar dari mobilnya dan segera menuju ruangannya.

"Dimana dia!?" Kenan bertanya pada Joe yang berdiri menunggunya didepan pintu hotel.

"Ada diruanganmu." Kenan pun bergegas menuju ruangannya.

Ceklek!'

Beni yang terbaring tak berdaya dilantai itu takut ketika melihat pria yang memukulnya hingga babak belur berjalan kearahnya.

"Yang tadi hanya permulaan." Kenan membisikkan itu pada Beni, seketika ia merinding dan membayangkan bagaimana nasibnya sekarang.

"Mana tangan kotormu?Huh?!" Mendengar itu Beni menyembunyikan tangannya, itu tak membuat Kenan kehilangan akal. Ia melepaskan ikat pinggang yang melilit dicelananya tadi.

CTAK!'

Kenan menyembat tangan yang Beni sembunyikan dibalik badannya.

CTAK!'

Beni meringis merasakan perih ditangannya.

"Ku bilang ulurkan tanganmu kedepan!?" Kenan mencengkram Dagu Beni dengan kuat dan akhirnya pria malang itu pun mengulurkan tangannya.

CTAK!' CTAK!' CTAK!'

Kenan benar2 menyembatnya dengan kuat bahkan tangan itu sudah mengalirkan darah segar sejak tadi.

"Kau berani menyentuhnya bukan?!Huh?!" Melihat Beni yang meringis kesakitan tak membuat Kenan iba sedikit pun. Beni hanya bisa pasrah, bagaimana tidak ruangan ini sudah dipenuhi Anak buahnya yang siap menembaknya kapan saja jika ia mencoba melakukan hal yang tidak2.

"Tangan kotormu ini, sungguh membuat aku muak melihatnya." Kenan mengambil sebuah pisau tajam yang ada diruangan itu.

"Akan kubuat kau menyesal karna perbuatanmu." Perlahan kenan menyayat tangan Beni berkali2, menyayatnya hingga kulit pun tak tampak lagi ditangan itu. Beni kesakitan tapi pria itu benar2 kejam bahkan ia senang melihat raut wajah kesakitan itu.

"Bagaimana rasanya?Huh?!" Masih dengan menyayat tangan itu bahkan menusuk2nya, setelah puas melakukannya Kenan pun berdiri dan menyuruh mereka untuk segera membunuhnya.

"Bunuh dia." Dengan sigap salah satu dari mereka menembak kepala Beni.

Dorrr.!!

Sungguh pria yang malang.

"Buang mayatnya jauh2." Kenan duduk dikursinya dan menatap Beni untuk yang terakhir kalinya.

'Kau berani menyentuhnya, berarti kau berani menerima resikonya.' 

Darkness in my life (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang