Tugas Selesai

31 0 0
                                    

Cherryl datang ke kantor seperti biasanya. Hari terakhirnya di kantor itu. Para fasilitator desa mulai berdatangan.

"Kenapa Ibu Cherryl masih sibuk bekerja?" tanya Pak Ndun dengan suara khasnya yang halus.

"Ibu kan sudah mengundurkan diri." Pak Ndun melihat Cherryl dengan heran.

"Ini data informasi untuk Yanti dan Pak Bino, biar bisa melanjutkan tugas di sini." Cherryl tersenyum melihat laki-laki berbadan besar yang berdiri di sebelahnya itu. Pak Ndun berpostur pendek dan gemuk tapi tutur katanya halus dan sopan.

Cherryl kembali melihat komputer setelah Pak Ndun keluar dari ruangan itu.

Tak lupa Cherryl memberitahu Yanti beberapa cara untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Baik, Ibu Cherryl." Yanti melihat ke monitor, memperhatikan arahan Cherryl.
"Saya yakin Yanti bisa meneruskan pekerjaan ini," pikir Cherryl. Setiap hari Yanti mengerjakan tugasnya dengan rajin.

Siangnya, mereka berkumpul di ruang aula. Galuh hadir juga di sana. Mereka makan bersama sebelum acara dimulai.

"Makan enak begini, jadi ingat istri di rumah," kata Pak Freddie. Cherryl tersenyum. Istri Pak Freddie, dokter Neni akan melahirkan tidak lama lagi.

Satu-persatu mereka menyampaikan pesan dan kesan kepada Cherryl. Semua hadir disana selain Pak Joko dan Pak Roy.

Persekutuan Rayon dari Gereja Lekioen, tempat Cherryl dan Galuh berbakti, akan diadakan di rumah Cherryl malam itu. Mama In dan Mama Bessie datang membantu. Mereka adalah tetangga Cherryl saat masih kost. Pak Veky sebagai penatua dari rayon amemimpin acara. Mereka berdoa untuk kepindahan Cherryl dan Galuh ke Jakarta.

Keesokan harinya perkumpulan yang diikuti Cherryl dan Galuh juga akan datang mengadakan perpisahan di rumah mereka.

Galuh dan Cherryl membeli beberapa ikat jagung untuk dibakar. Cherryl memasak mi goreng dibantu Mama In dan Mama Bessie.

Pak Sabam memberikan kenang-kenangan selembar kain tenunan khas pulau itu dengan sebuah tulisan yang dibordir ditengahnya. Pak David dan dokter Nancy hadir disana. Para bapak mengobrol di ruang depan sementara para ibu dan anak-anak berkumpul di ruang makan sembari membakar jagung.

"Ibu Cherryl nanti kerja apa di Jakarta?" Mama In mengipas-ngipas bara api.

"Saya jadi ibu rumah tangga saja seperti Mama In," jawab Cherryl.

Mereka tertawa.

Ical datang untuk melihat barang-barang mereka. Begitu juga Pak Doni, dan Yeni. Ical menukar barang-barang perabotan mereka dengan sejumlah uang.

Barang-barang mereka semua sudah dipak oleh Galuh dalam kardus besar. Pak Ndolu membantu menyediakan kardus-kardus besar itu. Barang-barang itu dibawa ke kantor.

"Nanti akan dikirimkan lewat ekspedisi, Ibu Cherryl."

"Terimakasih Pak Ndolu." Cherryl menandatangani kertas serah terima barang-barang itu.

Cuaca sangat buruk dan tidak bersahabat pada malam harinya. Angin muson barat bertiup sangat kencang di pulau itu. Hujan turun sangat lebat. Udara sangat dingin.

Keesokan paginya Cherryl keluar menuju Jalan Utomo. Dia mendengar desas-desus yang terjadi.

"Kapal tenggelam di Pukuafu," kata seorang laki-laki.

"Ratusan orang penumpang tewas. Hari ini tidak ada kapal untuk menyeberang."

Cherryl bertemu juga disitu dengan seorang anggota perkumpulan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 12, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta SejatiWhere stories live. Discover now