Obliged - 22 -

2.5K 368 75
                                    

•´•´•´•´•

"Maafkan Eomma.."

"Eomma, tak bisa menolong kalian.."

"Media baru saja mengumumkan..".

"..bahwa kau akan menikah dengan Shin Ah..".

Tangan yang dia genggam erat itu terlepas begitu saja. Marah sudah menyelimuti hatinya. Mencoba menyangkal bahwa Ibunya sedang bercanda. Tapi semuanya terlihat serius.
Semua kekecewaan jelas nampak di wajah keduanya. Jimin dan Seulgi.

Seulgi hanya bisa tersenyum samar menanggapi Jimin yang mencoba menyangkal dan meyakinkan dirinya bahwa semua itu takkan terjadi.

Sekuat apapun dia bertahan, dia takkan pernah bisa melaluinya. Walau jelas Jimin terus memperjuangkan dirinya. Sekalipun pria itu membantah tak ada jalan lain yang mampu membuatnya melewatinya.

"Kau tak perlu berjanji apapun lagi padaku"

"Kita memang tak ditakdirkan untuk bersama"

"Seul-"

"Park Jimin, aku tahu hari ini akan datang.."

"Sudah saatnya kau melepasku"

"Aku sudah mengikhlaskannya"

"Andwae!"

"Memang dari awal tempatku bukan disini.."

"Park Jimin.."

"Terima kasih.."

"Dan.."

"Selamat tinggal.."


"Seulgi!"

Park Jimin terbangun dari mimpinya. Keringat mengucur di seluruh tubuhnya, nafasnya tak beraturan. Dia mencoba mengingat mimpi buruk apa lagi yang datang di saat dia tidur. Pria itu mencoba menetralkan pikirannya, berpikir tentang apa yang sudah terjadi.

"Tidak, ini masih mimpi" ucapnya sambil menampar pipinya sendiri, berusaha menyangkal hal yang telah dia alami.

Hal yang dia takutkan selama ini sudah terjadi.

Sekali lagi dia menyangkal bahwa sekarang dia masih bermimpi.

Kakinya berjalan turun dari tempat tidur, mencoba mencari wanita itu. Mencarinya di segala tempat.

"Seul, jangan bercanda.." lirihnya sambil terus mencari.

"Seulgi!"

"Kang Seulgi!"

Tidak, Seulgi tidak ada dimanapun.

"Seulgi!!"

"Andwae!!"

"Seul-.."

"kenapa kau berteriak pagi-pagi begini!?!"

Tidak, dia bukan Seulgi. Melainkan Hansung, managernya. Tunggu, kenapa pria itu ada disini?

OBLIGED ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang