Part 4 : I'm Impressed

37 2 0
                                    

Kayaknya gue cuma mikirin hal yang ngga berguna,sama sekali. Dia kan cuma cowo yang telat masuk sekolah,terus gue tegur dia,abis itu udah ngga ada kelanjutannya lagi.

Tapi,kenapa gue ngerasa ada yang beda aja gitu pas ketemu dia?

Oke,mari kita lalui suasana pagi yang cukup kacau seperti saat upacara tadi. Seperti biasa setelah selesai tugas,gue sama Zeta langsung menuju ruang OSIS untuk menaruh buku piket siswa.

"Bagaimana laporan hari ini? Ada berapa siswa yang terlambat?"

"Hanya ada satu siswa pak,namanya Abiyan Denandra kelas 11-2" lapor Nasya kepada Pak Roy.

"Ohh,maksudnya pacar lo,Nas?" Tanya Zeta tiba-tiba.

"Ih udah gue bilang,dia bukan pacar gue. Kita aja baru ketemu tadi,baru kenal"

"Oh baguslah,kayaknya lo ngga bakal bisa dapetin dia,soalnya kali ini gue yang bakal maju duluan"

Kenapa dia bilang gitu sih,padahal jelas-jelas gue gasuka sama dia,tapi kenapa jadi bingung gini...

"Maksud lo apa sih,Zet? Lo suka sama dia? Gue ngga masalah kok,karena gue emang ngga suka sama dia"

"Lo yakin? Awas,jangan cemburu ya"

"Gue duluan,Zet" Nasya langsung keluar dari ruang OSIS,karena dia sudah capek dengerin omongan yang ngga jelas dari Zeta.

"Masih ada 10 menit lagi waktu istirahat. Oh iya,gue kan mau nempel mading,mending sekarang aja,deh". Nasya langsung menuju kelasnya yang kebetulan ada di lantai satu,jadi tidak perlu naik/turun tangga.

Fyi,Nasya suka sekali menulis,makanya dia join ekskul mading di sekolahnya. Dia senang kalau bisa menyalurkan idenya menjadi bentuk tulisan,tentunya bukan sekedar tulisan,tetapi harus menginspirasi banyak orang.

Sesampainya di kelas,Nasya mengambil 2 buah puisi yang sudah dibuatnya,dan paku kecil warna-warni. Puisi itu sudah dihiasnya juga. Nasya memang siswi terniat kalau masalah menulis...

"Ah,tinggal 5 menit lagi. Sempat ngga ya? Gue harus cepet-cepet nih"

Di depan mading,dengan cepat Nasya mengeluarkan tools nya,kemudian bersiap untuk memasang puisi nya di mading.

Aduh..

Tiba-tiba,Nasya menabrak seseorang. Kayanya sih dia yang ngga liat jalan,jadinya nabrak deh.

Cowo itu langsung bangun,ternyata dia Denan. Seketika feeling gue langsung ngga enak.

"Eh,kalau jalan lihat-lihat,dong! Kan jadinya nabrak"

"Kok jadi lo yang marah,jelas-jelas tadi lo yang ngasal aja jalannya jadi nabrak gue"

"Pokoknya lo yang salah", ujar Denan tetap pada pilihannya yang kesannya sih,nuduh..

"Aduh terserah lo,deh. Gue lagi ngga mau bahas hal yang gak penting"

"Oh gitu,kalau ketemu sama gue,menurut lu itu hal yang penting apa bukan?"

Yah keceplosan.. ada apa sih sama lo,Nan.

"Kalau itu sih,sama sekali ngga penting"

"Yakin?"

Ah,ternyata puisi Nasya diambil sama si kunyuk satu itu,entah maksudnya apa.

"Kalau lo mau puisi lo balik,lo mesti janji satu hal sama gue"

Jahat sekali,dia mainnya ngancam..

"Apa yang lo mau?"

"Kalau gue maunya lo,gimana?"

"Baru kenal udah kurang ajar, ya"

"Jadi,mau gue buang aja nih,puisinya?"

Nasya tidak menjawab,mood nya sudah hancur karena Denan. Dia langsung merapikan peralatannya,kemudian langsung menuju kelasnya,meninggalkan Denan begitu saja.

"Jawab,dong. Payah,nih"

"Buang aja,toh gue bisa buat lagi. Inget ya,gue ngga bakal mau sama lo. Inget itu" ujarnya dengan suara keras dan langsung berlari.

Gue bakal bikin lo suka sama gue,Nas.







RuntuhWhere stories live. Discover now