2. DIMAS

24 5 2
                                    

Caffe Milano selalu tampak ramai, bahkan bertambah ramai saat weekend. Della menyendok La Fragola pesanannya dengan malas-malasan. Wajahnya tampak begitu merana seperti habis ditagih hutang oleh debt collector.
Selepas kepergian Mamih nya ke acara arisan, tanpa menunggu lama Della segera menghubungi sahabatnya_Dimas_dan mengajak untuk bertemu. Dirinya butuh teman bicara dan hanya Dimas lah orang yang bisa mengerti dirinya.
Kini, Dimas telah duduk berhadapan dengan nya, menatap Della dengan wajah nelangsa. Merasa kasihan dan tak tega.
"Jadi kali ini nyokap udah mulai main ancem ceritanya, Del?" Tanya Dimas halus, yang hanya dibalas anggukan lesu oleh Della. Gadis itu tampak kehilangan selera untuk bicara. Kepalanya terasa nyut-nyutan, seperti baru saja terbentur tembok baja.
Della sudah menceritakan semua unek-unek nya pada Dimas, dan berharap Ia mendapatkan solusi yang baik dari sahabat kecilnya itu.
"Nyokap ngancem mau jodohin lo sama anak temen arisan nya?"
Lagi-lagi hanya anggukan. Dimas menghela nafas.
"Terus?"
"Terus ya gue diem aja lah. Masa iya gue mau bantah, elo kayak nggak kenal mamih aja." Jawab Della sewot yang membuat Dimas tertawa. "Malah ketawa lagi. Gue lagi puyeng nih." Sergah Della kesal, sambil kembali menyendok La Fragolanya cepat.
Dimas terkikik dan hendak mengacak rambut sahabatnya itu karena gemas, namun dengan cepat, Della menepis tangan usil Dimas.
"Ini rambut udah cape-cape gue blow, jangan asal di acak-acak, nyet." Ketus Della sengit.
"Yaelah santai aja dong, Bu. Lagi sensi banget si." Ejek Dimas usil.
Della mendengus, "Ya jelas lah sensi, gimana nggak sensi coba, kalo misal nya elo lagi dikejar-kejar keluarga elo terkait jodoh. Mereka kira, emang gampang apa cari jodoh yang tepat. Bibit, bebet, bobot, itu kan perlu dipertimbangkan. Masa iya, gue nyari calon suami mau asal nyomot dipinggir jalan. Nggak mungkin, kan?" Oceh Della ber api-api. Dimas tersenyum.
"Elo udah coba jelasin belum sama ortu lo? Mungkin elo belum kasih penjelasan kali kenapa elo masih single sampai sekarang, maka nya mereka maksa elo sampai ngancem kaya gini." Tanya Dimas sambil menyesap matcha latte pesanannya.
"Gue udah nggak kurang-kurang kali njelasin sama keluarga gue, Dim. Tapi emang dasar mamih ngeyel, ya jadi nya gini. Maksa sambil ngancem." Mata Della tampak berkaca-kaca, membuat Dimas melirik Della kasihan.
"Udah jangan nangis. Gitu aja nangis lo, cengeng." Ejek Dimas, membuat Della cemberut.
"Nggak tau rasanya jadi gue si lo. Maka nya lo bisa ngomong gue cengeng." Sanggah Della, "Gue tuh cape, Dim. Urusan kantor aja udah buat pusing, ini ketambahan permintaan mamih gue lagi. Akhir tahun itu tinggal empat bulan, Dim. Dimana coba gue harus cari calon pendamping?" Della menggeram kesal.
Dimas lagi-lagi kembali terkikik, bukan karena Ia tak ber simpati dengan masalah Della, hanya saja melihat sahabat nya yang biasa jadi wonder woman itu tampak mellow hari ini, mau tak mau membuat Dimas geli sendiri.
"Ikutan aja take me out, Del. Siapa tau jodoh lo ada disana." Saran Dimas sesat, yang seketika mendapat hadiah jitakan dari Della.
"Kalo ngasih saran suka ngaco. Ikut take me out, dan membiarkan satu Indonesia tau kalo gue itu seorang jomblo gitu."
Dimas tersenyum, "Lah, kan emang jomblo kan."
"Dimaaaassss. Gue lagi galak nih, elo mau gue gigit?" Ancam Della sambil melotot ganas kearah Dimas.
"Haha, ampun girls." Dimas menggangkat tangannya tanda menyerah.
Untuk beberapa saat keduanya terdiam lama, mencoba berpikir dan mencari solusi bersama-sama.
"Deadline nyokap lo berati akhir tahun, kan?" Dimas tiba-tiba buka suara, memecah keheningan mereka beberapa saat lalu.
"He-eh."
Dimas mengganguk-angguk, tatapannya menerawang, seakan tengah berfikir keras.
"Mereka cuma minta elo bawa calon, kan. Bukan langsung mau dikawinin?"
Della tertawa mendengar kata-kata Dimas.
"Nikah, Dim. Bukan kawin." Koreksi Della.
"Alah, ujungnya juga sama."
Mau tak mau Della kembali tertawa.
"Cuma kenalan, kan?" Dimas menggulang pertanyaan nya.
"Iya. Kenapa? Elo udah ada solusi?" Tanya Della semangat.
"Ada si," ujar Dimas sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hah? Sumpah? Apa, apa? Coba gue mau tau." Desak Della penasaran.
"Ini si cuma saran gue, dan itu pun kalau elo nggak keberatan." Dimas berkata perlahan, membuat rasa penasaran Della semakin memuncak.
"Iya apa? Cepet deh ngomong, jangan buat gue penasaran."
Dimas menarik nafasnya, dan membuang nya keras. Dibuang nya pandangan kearah suasana Kafe yang ramai.
"Dim?" Tanya Della kesal.
"Gue siap bantuin elo, Del. Pura-pura jadi calon suami elo." Ucap Dimas kemudian yang membuat Della berteriak heboh, hingga membuat beberapa pengunjung kafe menatap risih kearah keduanya.
"What are you saying, Dim? Elo tuh ngasih solusi apa mau nambah masalah gue, si? Sumpah gagal paham gue." Della memegang keningnya dan menatap Dimas yang tampak santai namun serius dengan wajah shock.
"Ya abis nggak ada cara lain kan. Daripada elo dijodohin sama cowo yg bukan kehendak lo. Hayo, pilih mana? Lagian ini sementara, buat ngalihin fokus keluarga elo dulu aja." Jelas Dimas enteng.
"Ya tapi kan nggak dengan elo juga kan, Dim. Nyokap gue tuh tau elo udah ada calon,  ya masa tiba-tiba elo gue kenalin jadi pacar gue? Mana percaya keluarga gue , Dim." Della menghempaskan diri kesandaran kursi lemas. Otak nya menjadi buntu.
"Emang nyokap tau siapa calon gue? Nggak, kan? Orang nyokap gue aja belum tau siapa pacar gue, ya masa iya nyokap lo tahu. Mereka kan cuma tahu gue udah ada calon, tapi nggak tau calon gue yang mana. Ya udah, gue akuin aja elo sebagai calon gue. Beres, kan?" Dimas bicara seolah itu adalah masalah kecil yang tak perlu untuk dirisaukan.
"Tapi gimana sama hubungan lo dan Fallen coba?" Della menggingatkan tentang kekasih Dimas yang saat ini masih menempuh pendidikan desain nya di Paris.
"Urusan Fallen itu urusan gue, nanti gue yang akan jelasin sama dia. Sekarang yang penting urusan lo dulu. Lagipula ini kan sementara, dan Fallen juga baru balik ke Indo pertengahan tahun depan. Jadi bisa lah kita kondisi kan."
Della terdiam sejenak, ide Dimas memang cukup bagus, walaupun juga beresiko.
"Udah nggak usah banyakan mikir. Terima apa nggak nih usul gue?" Dimas bertanya.
Della menatap Dimas lamat-lamat.
"Emang elo siap menghadap keluarga besar gue?" Tanya Della lagi yang membuat Dimas tertawa kencang.
"Gue udah kenal elo dari jaman gue belum bisa jalan, Del. Saat kita masih sama-sama pakai popok. Nyokap lo ya nyokap gue, keluarga lo juga keluarga gue. Ya masa iya gue nggak berani ngadepin keluarga gue sendiri." Ejek Dimas, membuat Della meringis.
"Iya juga si." Della menggaguk. "Ya udah, jadi kapan nih niat rencana ini kita laksanakan?" Della mulai antusias, binar harapan mulai tampak di mata nya lagi.
"Ya secepatnya lah. Kalo bisa malem ini sekalian juga nggak apa-apa. Tinggal elo aja siap atau nggak ber-akting bareng gue nanti." Tantang Dimas sok. Della mencebikan bibirnya dan menonyor kepala Dimas kesal.
"Ngejek lo. Gue si ayo aja. Lagi pula ini demi masa depan gue. Gue nggak mau sampai salah memilih pasangan hidup coy. Apalagi sampai di jodohin gitu sama orang yang nggak gue kenal baik." Cerocos Della ber-api-api.
"So?"
"So, im ready for the drama." Jawab Della mantap.
"Deal?"
"Deal."

💐

Rumah keluarga Della tampak masih sepi saat Della dan Dimas sampai disana. Mobil kedua kakak nya yang tadi siang terparkir didepan gerbang sudah lenyap entah kemana, dan mobil kijang inova mamihnya pun belum nampak ada didalam garasi.
"Kayak nya mamih belum balik deh."
"Balik jam berapa emang? Coba lo tanya, di whatsapp aja." Dimas menjawab sambil disibuk dengan handphone nya. Bermain game seperti biasanya.
"Udah, katanya si bentar lagi. Tapi udah dari tadi." Rajuk Della sebal.
"Sabar kenapa si, jalanan Jakarta kan macet, apalagi weekend gini. Oh shit!" Della melirik Dimas, wajah pemuda itu tampak begitu serius menekan layar ponsel pintarnya dengan penuh semangat.
Della melengos dan memilih mengamati suasana komplek perumahannya yang tampak sepi sore itu. Hujan gerimis yang turun rintik dan lampu jalan yang sedikit redup membuat suasana disekitar rumah Della terasa menyeramkan.
"Ih gila, serem juga ya area rumah gue, sepi gini. Kok gue baru sadar ya. Hiii." Della bergidik ngeri, bulu kuduknya merinding. Jujur saja, walaupun Ia terkenal pemberani dan sering pulang malam sendirian, Della sebenarnya sangat penakut dengan setan. Ia benci segala hal yang berbau horror.
"Del?" Panggil Dimas pelan.
"Hm?" Della menoleh, "Aaa! DIMAS! Aw! Monyet lu ya!" Della berteriak marah, gadis itu terlonjak kaget hingga terjeduk kaca mobil saat Ia mendapati wajah Dimas berada tepat beberapa senti didepan wajahnya namun dengan kondisi hidung yang tersumpal tisu.
"Haha, dasar penakut." Ejek Dimas senang.
"Gue bukan takut, gue cuma kaget. Nggak usah fitnah lo." Elak Della gengsi. Dimas terkikik. Ia sudah menggenal Della hampir seumur hidupnya, dan Ia jelas tahu bahwa saat ini Della tengah ketakutan namun gengsi mengakui nya.
"Alah, bohong lo. Muka lo pucet gitu juga. Aaa... Della takut setan, ciye, ciye."
Della menarik kesal telinga Dimas hingga membuat Dimas menggaduh. Pemuda itu meringis saat kuping nya Della plintir tanpa ampun.
"A-ampun, Del. Aduh, sumpah sakit, Del." Pinta Dimas memelas. Della melepas kan tangannya dan tersenyum puas saat melihat telingga Dimas kini sudah mulai berubah warna menjadi merah.
"Aduh, gila, sakit banget, njir." Dimas menggusap telingga kirinya yang terasa panas, sambil menatap Della kesal.
"Sukurin, siapa suruh usil." Jawab Della santai sambil meraih ponselnya dengan senyuman puas, dibetulkannya letak duduk agar Ia bisa bersandar senyaman mungkin pada jok mobil. Dimas cemberut.
"Eeeh, itu nyokap lo pulang tuh." Seru Dimas girang, membuat Della seketika mendongak.
"Eee... Ketipu-ketipu, Della ketipu."
Lagi-lagi Della terperangkap jebakan Dimas.
"Dimassss!!! Lo tuh emang rese ya!!!"
Tanpa ampun Della mulai melayangkan cubitan-cubitan mautnya yang membuat Dimas kalang kabut dan kesulitan untuk menghindar.
Sore itu, sambil menunggu kedatangan orangtua Della, keduanya menghabiskan waktu didalam mobil dengan saling mengejek satu sama lain, kegiatan yang selalu mereka lakukan sejak dulu kala, dan bertahan hingga detik ini.

Typo?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DOUBLE  "D"Where stories live. Discover now