10.| Derita dalam Pengharapan

2.1K 87 1
                                    

Saat taman Layla tumbuh bermekaran di musim semi,

Majnun terdiam di sana, menderita.

Bagaimana Layla dapat tersenyum dan bersenda gurau,

Tatkala ia menguji cinta Majnun?

Di taman, pepohonan tertutup oleh bunga-bunga yang bermekaran, sementara mawar-mawar kuning dan tulip-tulip merah bergerakgerak bagaikan bendera ditiup angin. Mawar liar menyirami daun-daunnya di air mancur, sementara bunga iris menaikkan tombaknya denganpenuh percaya diri. Dan pada cabang pohon teratas, di atas burung perkutut, duduklah burung bulbul, bersenandung lagu cinta.

Layla datang ke taman itu bersama teman-temannya untuk menikmati nyanyian burung-burung dan juga untuk bermain-main diantara bunga-bunga, bagaikan gadis-gadis cantik yang menikmati keindahan taman firdaus.

Ia hanya ingin, setelah permainan usai, untuk duduk dan berkeluh kesah, seperti mereka-mereka yang hatinya terluka oleh cinta. Ia ingin berbicara dengan si burung bulbul, bercerita kepadanya tentang rahasia serta pikiran terdalamnya. Dan mungkin saja angin akan menyampaikan salam dari satu-satunya orang yang ia cintai dan tangisi……..

Tentu saja tak seorang pun dari teman-temannya mengetahui apa yang dirasakan serta dipikirkan oleh Layla. Selama beberapa saat mereka bermain di antara bunga mawar, namun kemudian, ketika mereka semua duduk untuk berisitirahat di sudut terpencil taman, Layla terus
berjalan dan memilih untuk duduk di bawah pohon yang jauh dari teman-temannya. Di sanalah ia menumpahkan segala kesedihannya. “Kekasihku tercinta,” keluhnya, “apakah memang benar kita ditakdirkan untuk bersama? Betapa mulianya dirimu dan betapa bernafsunya
hatimu! Betapa aku sedih setiap kali memikirkan bahwa dulu hati kita pernah bertaut, kini belati tajam memisahkan hati kita. Andai saja kau bisa berjalan melewati gerbang dan masuk ke taman ini, maka, cintaku, hati kita pasti akan kembali bersatu."

Tiba-tiba saja, sebuah suara membuyarkan impiannya. Seseorang berjalan melewati taman itu dengan mendendangkan sebuah sajak. Tentu saja sosok yang lewat itu adalah orang yang tak dikenalnya, namun Layla sangat mengenal sajak Majnun. Si orang asing itu menyanyikan:

Saat taman Layla tumbuh bermekaran di musim semi,

Majnun terdiam di sana, menderita.

Bagaimana Layla dapat tersenyum dan bersenda gurau,

Tatkala ia menguji cinta Majnun?

Ketika Layla mendengar kata-kata itu, ia mulai menangis, tangisannya begitu keras hingga bahkan hati yang begitu tangguh pun akan merasa iba kepadanya. Layla tak tahu bahwa ia sedang diperhatikan oleh salah seorang temannya yang menyadari ketiadaannya. Ia mengikuti Layla lalu bersembunyi di balik semak-semak bunga mawar dan melihat semuanya: permohonan Layla yang berapi-api, keterkejutannya mendengar sajak yang dinyanyikan oleh si orang asing serta tangisannya.

Di siang harinya, sang teman menemui ibu Layla dan menceritakan apa yang telah dilihatnya. Ibu Layla mulai menangis karena tak tahan dengan penderitaan putrinya. Namun apa yang dapat dilakukannya? Tak peduli seberapa kerasnya ia mencoba, ia tetap tak menemukan jalan keluarnya. “Aku tak boleh membiarkan Layla melakukan apa yang sangat dihasratkan oleh hatinya,” katanya kepada dirinya sendiri, “karena Majnun benar-benar gila dan tak boleh didekati. Jika Layla menemui bocah itu, maka ia juga akan menjadi gila. Namun jika aku tetap bersabar dengan keadaan ini, maka perpisahannya dengan bocah itu akan menghancurkannya. Dan apapun yang menghancurkan Layla, pasti akan menghancurkanku juga.”

Jadi begitulah, kesedihan Layla menjadi beban ibunya, meskipun Layla tak menyadarinya. Layla tetap bungkam, begitu pula ibunya.

Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri TimurWhere stories live. Discover now