O1.

571 85 12
                                    

"[ name ]!"

Seorang gadis remaja terbaring lemah, wajahnya pucat pasi. Butiran keringat membasahi kening. Dadanya bergerak kembang kempis.

Wanita paruh baya mengeratkan pegangannya pada tangan si gadis, menggenggamnya kuat seakan tidak ingin melepaskan. Tidak rela anak gadisnya kepayahan menghadapi segala penyakit yang diderita.

"Okaasan.."

Wanita yang dipanggil 'ibu' tersenyum getir. Ia usap pipi anak semata wayangnya. Seorang pria berpakaian serba putih dan beberapa wanita memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. Mengecek segala peralatan di kedua sisi ranjangnya.

"Kau kuat, nak. Kau pasti bisa melewati semua ini."

Kuat.

Satu kata penuh makna. Satu kata yang menjelaskan semuanya.

Apakah dirinya kuat? Jika iya, kuat dalam artian apa?

[ name ] bukanlah gadis yang lihai dalam berolahraga, ia tidak menguasai segala jenis bela diri, ia juga bukan gadis tangguh yang dapat menjaga dirinya sendiri kala dijahili siswa laki-laki iseng. [ name ] hanyalah seorang kutu buku yang menyukai kesendirian dan menghindari keramaian.

Jadi, apa yang membuatnya dapat disebut 'kuat'?

'Kau kuat karena kau sendirian menghadapi semuanya.'

Sebuah suara terngiang di kepalanya. Suara yang membuatnya tenang. Suara yang membuatnya lupa akan semua rasa sakit. Suara yang pernah menjadi pengantar tidurnya.

"Tooru.."

Bayangan pemuda bersurai brunette membawanya ke dalam kepingan memori masa lalu. Saat dimana ia pertama kali bertemu dengan sosok pemuda itu. Pemuda yang telah mencuri atensinya. Pemuda yang telah membuat hari-harinya berwarna.

Pemuda yang telah membuatnya merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta.

.
.
.
.

"Mau minum susu cokelat?"

[ name ] mendongak. Ia lantas menutup buku yang dibacanya ketika pemuda jangkung itu duduk di sampingnya.

Pemuda itu tersenyum lebar sampai kedua netranya menyipit. Di tangannya terdapat gelas plastik berisi cairan berwarna cokelat yang masih hangat.

"Mau tidak?"

Tangan pemuda itu bergerak naik turun. [ name ] menelan ludahnya. Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk singkat.

[ name ] mengambil gelas tersebut dari tangan si pemuda dan menyesap cairan itu perlahan. Indra pengecapnya merasakan manis namun pahit di ujung lidah. Tenggorokannya terasa hangat.

"Kenalkan, aku Oikawa Tooru."

Sebelah tangan terjulur meminta dijabat, namun hanya dibalas anggukan malu-malu. Tooru menghela nafas dan tertawa renyah.

"Kau lucu. Tidak mau memberi tahu namamu, hm?"

Lantas [ name ] menggeleng cepat. Terlihat semburat tipis di kedua pipinya.

Bibir [ name ] bergerak-gerak. Sedang merangkai kalimat untuk pemuda di hadapannya. Tidak ingin terlihat gugup namun nyatanya sangat berbeda dengan apa yang diharapkannya.

"Na-namaku [ name ].."

Tooru mengernyit. Suara [ name ] begitu kecil namun masih dapat ditangkap oleh pendengarannya. Bibirnya mengulum senyum.

"Bagaimana susu cokelatnya? Enak?"

Sebelah pipi [ name ] menggembung. Ia membuang pandang ke samping. Mengundang tawa si pemuda.

"Hahaha, maafkan aku yang memperlakukanmu seperti anak kecil. Habisan kau menarik, [ name ]."

Wajah [ name ] mulai memanas. Degupan jantungnya tak stabil. Baru pertama kali seorang pemuda menyebutnya sebagai seseorang yang menarik. Tak dapat ia sembunyikan rasa bahagia yang memendam di dalam hatinya. Membuat ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman tanpa disadari.

Ibunya mengatakan, jika seseorang memujimu kau harus mengucapkan terima kasih. Tidak sopan apabila kita menyela perkataan orang lain terhadap diri kita atau membalasnya dengan kesombongan.

"Terima kasih, Tooru."

Tooru terdiam. Di hadapannya [ name ] tersenyum padanya.

Pemuda itu menyembunyikan wajah memerahnya beserta bibirnya yang tak henti tersenyum dibalik telapak tangan. Baginya, senyuman [ name ] bahkan lebih manis dari segelas susu cokelat.


chocomilk ¦ o. t.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang