─ devoted.

37.9K 1.2K 310
                                    

Hembusan nafas berat terdengar memenuhi sebuah ruangan luas, diselingi dengan kekehan pelan dan suara gesekan antara kulit dan fabrik. Erangan tertahan dan lenguhan terus menggema silih berganti, diikuti dengan decakan penuh godaan.

Alunan musik sensual yang tersetel dengan volume rendah seakan tertutupi oleh suara geraman penuh nafsu yang terlontar dari bibir seorang pemuda. Ruangan yang hanya disinari oleh lampu merah remang-remang tak dapat menyembunyikan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang pemuda di atas ranjang di tengah ruangan itu.

Seorang pemuda tampak sedang berbaring dengan sebuah borgol yang mengikat kedua tangannya ke headboard ranjang. Keringat mengalir deras, menuruni wajahnya dan membasahi kulit tubuhnya. Rahangnya mengeras, sorot mematikan nampak jelas ia lontarkan pada pemuda yang dengan setia menyeringai di atasnya. Tak lama pemuda itu menggeram, dengan wajah menahan nikmat dan tubuh yang meronta. Terdengar suara bergetar dari sebuah vibrator yang ditempatkan di atas kepala penis pemuda itu, yang dipegang dan dikendalikan oleh pemuda lain di atasnya. Pemuda yang terborgol itu bernafas dengan terengah, matanya menatap tajam ke arah pemuda yang tersenyum manis di atasnya.

"Kau iblis, Minhyung-ah," geramnya rendah. Beberapa kali ia meronta, namun hasilnya nihil. Lagipula apa dayanya, saat kedua tangannya terborgol ke headboard ranjang dengan sebuah borgol besi?

Yang dipanggil Minhyung-seorang pemuda mungil bernama lain Mark-hanya terkikik geli. Tubuhnya masih setia menindih tubuh bagian bawah pemuda itu-Wong Yukhei-dan sesekali dengan sengaja ia bergerak menubrukkan dan menggesekkan tubuh bagian bawahnya yang masih tertutupi oleh beberapa lembar pakaian ke benda kebanggaan milik Yukhei yang sudah tidak tertutup apapun. Membuat Yukhei mengerang, sekaligus berteriak frustasi. Dengan setengah putus asa ia berusaha bergerak ke atas, berusaha menggosokkan miliknya ke pantat berisi pemuda di atasnya. Tapi tentu saja, Mark menghindar. Ia berdecak kecewa dan malah menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Yukhei, membuat Yukhei ingin sekali menjambak rambutnya kesal.

"Tidak, Xuxi. Aku bukan iblis, dan kau tahu itu kan?" decaknya dengan gelengan kepala, tampak seperti habis dikecewakan. Netranya berkilat nakal, dan senyumnya mengembang menjadi seringaian menggoda. Tubuhnya ia sandarkan sepenuhnya ke tubuh Yukhei yang jauh lebih besar darinya, membuat wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Yukhei. Hembusan nafas teratur menerpa wajah Yukhei, berbeda dengan deru nafas Yukhei yang terengah-engah.

Tubuh Mark bergerak, menggosokkan seluruh bagian sensitifnya-penis dan nipple-yang masih tertutupi pakaian ke tubuh Yukhei, membuatnya memejamkan mata dan melenguh keenakan. Wajahnya perlahan memerah, dan ketika ia membuka matanya, air mata sudah sedikit menggenang di pelupuknya, membuat tampilannya semakin erotis. Darah Yukhei berdesir cepat menuju ke arah selatan tubuhnya, semakin mengeraskan benda di antara selangkangannya dan semakin memberatkan nafasnya.

"Kau tahu siapa aku kan, sayang?"

Mark membisikkan satu kata terakhir di kalimatnya itu. Suara bisikan yang keluar dari mulut Mark terdengar mirip seperti lenguhan, membuat Yukhei menggeram semakin keras dan membuat genggamannya di handcuffs yang melilit pergelangan tangannya semakin mengerat. Rontaannya semakin liar, dan tatapan matanya semakin menggelap. Mark mengelus dada tegap Yukhei dan menelusuri tiap lekukan otot di perutnya dengan jemari lentiknya. Mulutnya bergerak mengecupi kulit di leher Yukhei, menjilat dan menghisap pelan bagian sensitif di sana tanpa menumbulkan bekas.

"Jawab aku, Xuxi. Kau tahu siapa aku kan, mr. incubus?" gumamnya dengan senyuman manis yang tampak mematikan. Yukhei kembali menggertakkan giginya, memperlihatkan dua pasang taring tajamnya yang berkilat terkena cahaya merah ruangan itu. Mark terkekeh, jemarinya turun dan kemudian mencengkeram erat penis tegak Yukhei. Tangannya bergerak, mengocok benda tegang padat yang panas itu dalam genggamannya. Membawa Yukhei ke ujung kenikmatan, ke ambang orgasme yang sedari tadi belum ia capai. Sedikit saja, sedikit lagi, maka ia akan sampai-

sweetheartWhere stories live. Discover now