Satu

39 12 9
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 😊

Happy reading all 💕💕

♡♡♡

Rena duduk di teras rumahnya sembari memainkan ponselnya, mengusap-ngusap layarnya yang menampilkan beberapa foto di dalam sana.

Senyumnya mengembang, seolah sedang melihat malaikat. Padahal yang di lihatnya adalah foto dirinya dengan seorang laki-laki.

Ya, Rena sedang menunggu laki-laki di dalam foto sana untuk menjemputnya ke kampus.

Dengan tas yang sudah siap di bahu kanannya, hari ini Rena membiarkan rambut panjangnya tergerai indah.

Tit.. tiitt..

Suara klakson mobil terdengar di telinganya. Rena menoleh, mendapatkan seorang laki-laki yang sedang melambaikan tangannya di balik setir kemudi.

Rena buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia berdiri dan berjalan menghampiri laki-laki itu dengan senyum yang semakin lebar.

"Udah lama nunggunya?" Tanya laki-laki itu menatap Rena yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"Ngak kok" jawabnya jujur.

"Langsung ke kampus nih?"

"Iya. Aku ada kuis pagi ini" balasnya.

"Yaudah" laki-laki itu mulai menjalankan mobilnya.

Suara alunan lagu dari band padi--begitu indah--memenuhi mobil berwarna putih itu.

Hening. Tidak ada yang berbicara. Rena sibuk dengan ponselnya. Kali ini perempuan itu sedang membaca file yang berisi materi kuis paginya.

Di sampingnya, seorang laki-laki di balik setir kemudi melirik Rena dari sudut matanya.

Bibirnya terangkat. Membentuk lengkungan kecil menatap Perempuan di sebelahnya.

"Serius banget sih tuan puteri" godanya. Matanya sudah beralih menatap jalanan di depannya.

Rena menoleh, menatap laki-laki di sampingnya.

"Jangan ganggu dulu" pandangannya lagi-lagi teralih pada layar ponselnya.

Laki-laki itu tertawa pelan mendengar protes Rena. Tidak mau menganggu perempuan itu lagi, ia memilih diam.

♡♡♡

Mobil berwarna putih itu, berhenti tepat di depan gedung Fakultas Fisib. Sang pengemudi menoleh menatap perempuan yang masih fokus menatap layar ponsel.

Sudah satu menit berlalu, laki-laki itu seperti tidak ada niat untuk menegur perempuan yang duduk di sebelahnya.

Perempuan yang tak lain adalah Rena itu juga sepertinya tidak sadar kalau dirinya sudah sampai di depan gedung fakultasnya.

"Ren, udah sampai" Tegur laki-laki itu pada Rena yang masih fokus.

Tidak ada sahutan. Perempuan itu benar-benar konsentrasi akan bacaannya.

Laki-laki di sampingnya mulai tidak sabar. Ia menjulurkan tangan kanannya, dan dengan gemas menarik pipi Rena.

"Aaww.." Rena memekik kesakitan. Perempuan itu menatap laki-laki di sampingnya sambil mengusap-ngusap pipinya yang merah.

"Kamu...."

"Udah sampai Rena Ferbiata. Kamu gamau turun?" Ucap laki-laki itu memotong kalimat Rena.

Rena langsung menoleh menatap jendela yang menampakkan gedung fakultasnya berdiri.

Perempuan itu menepuk dahinya pelan. Ia melirik jam tangannya. Matanya membulat.

Tanpa banyak waktu, Rena menyelempangkan tasnya dan buru-buru membuka pintu.

Perempuan itu segera berlari kecil saat kakinya menginjak tanah. Ia lupa, masih ada seorang laki-laki di dalam mobil.

Melihat kelakuan Rena, laki-laki itu hanya menggeleng, heran.

Saat dirinya membenarkan duduknya, laki-laki itu tak sengaja menangkap sebuah benda pipih di kursi penumpang.

Dahinya mengeryit, tidak asing dengan benda itu. Ia mengambilnya, kemudian matanya kembali mengarah pada gedung Fisib.

Sosok Rena terlihat berjalan kembali ke arah mobilnya. Laki-laki itu tahu, apa yang membuat perempuan itu kembali menghampirinya.

"Ponsel aku ketinggalan." Cercanya saat baru membuka pintu mobil laki-laki itu.

"Kebiasaan deh. Ini" laki-laki itu menyodorkan benda pipih yang tak lain adalah ponsel Rena.

Rena tersenyum, menerima ponselnya. "Hehe.. makasih. Baik banget sih pangeran" balasnya dengan cengiran khas dirinya.

"Hmm.. udah sana bentar lagi masuk" peringatnya pada Rena.

"Iya-iya. Bawel" perempuan itu memundurkan badannya, dan bersiap menutup pintu mobil.

Namun, lagi-lagi Rena menunduk dan menatap laki-laki itu dengan senyum manis mengembang di wajahnya.

Laki-laki itu di buat bingung oleh tingkah Rena, "Apa lagi sayang?" Tanya nya gemas.

Rena semakin memasukkan tubuhnya ke dalam mobil. Tanpa izin perempuan itu mencium pipi laki-laki itu cepat.

"Alva, makasih udah jemput. Aku masuk dulu. Bye sayang" Ucapnya cepat dan menutup pintu mobil.

Alva masih kaget dengan perlakuan Rena. Meskipun, itu bukan untuk pertama kalinya. Hanya saja, saat ini sangat tiba-tiba.

Namun, hanya sebentar laki-laki itu tersenyum dan kembali menatap punggung Rena yang mulai menjauh.

Ya, laki-laki itu adalah Alva.

Alva Pratama.


♡♡♡♡♡♡
Masih awal, gpp lah ya. Aku harap kalian suka untuk selanjutnya.

Thank you guys, N please Voment ya. Biar aku tahu kekurangan dari cerita ini apa.

Love you 💕

Why ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang