TAK TERDUGA

90 1 0
                                    

Pagi yang kemaren tidak sama dengan pagi yang sekarang. Pagi yang dihiasi dengan tawa bahagia kini berubah menjadi pagi yang penuh dengan rasa yang kalut akan kepedihan. Luka itu masih menganga. Menyisakan bekas membengkak. Sesak akan ketidakadilan takdir Sang Kuasa. Tapi apa boleh buat. Bubur tidak akan bisa kembali menjadi nasi. Semuanya harus diterima dengan rasa sabar dan tabah. Begitulah kiranya yang dirasakan oleh Kinnatus Saudah, yang sudah satu minggu yang lalu tak lagi ada tawa bahagia terhias di wajahnya. Cinta suci yang telah terjalin begitu lama nyatanya adalah cinta terlarang yang terhalang tembok agama. Dia tidak mungkin meninggalkan agamanya, namun kemungkinan kecil dia bisa menghapus bayang-bayang Stevan Hadi Kusuma dalam pikirannya. Satu minggu yang lalu, dia berjanji tak akan menjalin hubungan dengan orang yang tidak halal baginya. Sudah cukup sampai disini dia merasakan sakitnya bermain-main dengan cinta.

"Kinan......." panggil seseorang membuatnya membalikkan badan. Terlihat di seberang sana seseorang tengah melambaikan tangannya dan bibirnya tak lepas dari ulasan senyum. Kinan memilih untuk membalikkan badannya kembali untuk melangkah ke tempat tujuannya, membuat orang di belakangnya manyun dan berlari-lari kecil mengejar Kinan.

"Kinan, tungguin donk...." pintanya seraya mensejajarkan langkahnya dengan Kinan. Kinan memasang telinga tuli. Seakan tidak ada seseorang yang tengah berada disampingnya.

"Kinan.............??" teriaknya, membuat Kinan melotot ke arahnya. Serta merta langkah mereka terhenti. Begitu pula dengan orang yang berlalu-lalang.

"Gak usah teriak, Kayla. Malu diliatin orang." gerutunya berhasil membuat Kayla bungkam.

"Habisnya kamu dipanggil-panggil gak nyawot-nyawot sih..." timpalnya sembari melangkah di belakang Kinan.

"Aku dengar Kayla...."

"Terus.......?"

"Aku lagi gak mood aja,....."

"Gak mood lagi, gak mood lagi,.... semenjak Stevan ninggalin kamu, kamu gak mood terus..." perkataan Kayla mampu menghentikan langkah Kinan. Kinan berbalik dan menatap Kayla serius.

"Tolong, jangan sebut namanya di hadapanku...."

"Kinan....." panggil Kayla lirih. Kinan kembali membalikkan tubuhnya.

Stevan....

Ucap Kinan dalam hati. Kedatangan Stevan yang tiba-tiba membuat kaki Kinan terpaku di bumi dia berdiri. Mulutnya kelu. Nafasnya naik-turun. Jantungnya berdegup kencang. Hatinya berkecamuk. Matanya mulai berkaca-kaca sebelum akhirnya jatuh ke lesung pipinya, Kinan bergegas pergi meninggalkan Stevan. Stevan menatap kepergian Kinan dengan sendu. Ada sesak menyelimuti hatinya mendengar perkataan Kinan yang mampu membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Kayla...." panggil Stevan menyadari akan kepergian Kayla untuk menyusul Kinan.

"Jangan tampakkan wajahmu di hadapan Kinan, stevan...." ancam Kayla sengit. Kemudian dia bergegas menyusul Kinan tak peduli akan teriakan Stevan yang memanggil-manggil namanya. Stevan masih terpaku di tempatnya. Menatap kepergian orang-orang yang disayanginya menjauh dari hidupnya.

"Hey, ada anak pastur nich......" ledek seseorang yang baru muncul bersama dengan teman-temannya. Mereka saling tertawa terbahak-bahak mendengar ledekan itu. Stevan menyadari akan kedatangan seseorang yang begitu asing baginya. Mengingat tempatnya sekarang bukanlah tempat yang seharusnya dia tuju.

"Kamu ngapain kesini,.....?" tanya seseorang yang berambut cepak dengan tubuh cungkringnya.

"Mau cari Kinan, kali'....." jawab seseorang yang berambut agak keriting.

"Apa...........? dia cari Kinan, emangnya Kinan mau apa dicari oleh orang najis ini..." hina seorang bertubuh tegap dan paling cool diantara mereka berlima. Mereka tertawa lepas. Stevan mencoba untuk menahan amarahnya yang semakin tersungut. Kedua tangannya mengepal.

Cintaku berbedaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz