05. Proposal

25 10 2
                                    

Aku masuk ke ruang Lab. Komputer sekolah. Untuk tiga hari ke depan, sepertinya aku akan menghabiskan waktuku di sini ketika istirahat maupun pulang sekolah.

Aku membuka pintu Lab.Komp. Lalu aku duduk di depan komputer yang letaknya paling dekat dengan pintu.

Aku mulai mengerjakan proposal yang ditugaskan Kak Rezka. Jari jariku mengetik dengan cepat. Mungkin ini kalinya aku mengetik dengan skill cepat tingkat dewa.

PROPOSAL PEMBUATAN KAOS PENGURUS OSIS PERIODE 2017/2018

Aku mengetikkan apa yang kutahu dan yang ada di pikiranku. Tentu saja berdasarkan kertas putih hasil rekapanku tentang yang Kak Rezka nrocos kemarin.

"Inka, kamu di sini?"

Aku berbalik ke arah suara itu berasal.

"Eh, iya, Kak. Kakak sendiri?"

"Oh, iya aku cuma mau ngetik tugas. Kamu lagi buat tugas juga ya?"

"Emm iya."

"Bagus deh. Aku ngerjain dulu ya."

"Ah, Iya, Kak."

Kak Yudhis duduk di sebelahku. Dia sangat fokus pada pekerjaannya. Akupun kembali pada proposalku yang tiada habisnya itu.

Tiga hari ke depan, aku selesai dengan proposal yang benar benar membuatku gerah body dan gerah hati. Sebelum berangkat sekolah, aku pergi ke toko fotocopy untuk print out dan menjilid proposal hasil kerja kerasku.

Aku melirik jam tangan hitam yang melingkat di pergelangan tanganku. 06:50.

Hampir jam tujuh. Duh, aku pasti telat.

Aku langsung berlari begitu proposalnya siap. Aku menunggu bus di halte. Tapi satupun tak ada yang lewat. Halte yang biasanya ramai anak sekolah dan orang bekerja, pagi ini sangat sepi. Mungkin karena sang raja siang sudah memancar lebih terik.

Aku memutuskan untuk berlari secepat cheetah menuju sekolah.

Setelah menelusup di gang gang kecil, akhirnya aku sampai di gerbang sekolah.

"Haduh, hah.. Hah.. Capek banget."

Aku mengusap dahiku yang sudah banjir keringat.

"Pak, tolong pak. Bukain gerbangnya. Kali iniii aja."

Masih dalam kondisi ngos-ngosan, andangaku langsung tertuju pada siswa laki laki yang sedang berdiri di depan gerbang. Dia memohon mohon kepada pak satpam agar dibukakan pintu gerbang. Tapi, pak satpam tampaknya sangat bersikukuh dengan tugasnya.

Aku mendekati laki laki itu. Yah, itung itung aku juga ikut mohon mohon biar dibukain pintu gerbang.

"Iya pak, tolong bukain ya, Pak."

Laki laki itu menoleh ke arahku.

"Lo?"

"Kakak?"

Aku menyipitkan mataku dan sesekali menggesek gesek kedua kakiku. Aku memandang Sang Merah Putih yang berkibar di ujung tiang.

Believe In YourselfWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu