Fifteenth

3.7K 405 13
                                    

Chaeyoung membuka matanya secara perlahan. Ia mencoba memfokuskan kembali pandangannya yang buram.

Setelah sepenuhnya sadar, Chaeyoung terduduk.

Pergerakan tiba-tibanya ternyata mengundang tatapan orang yang mengisi tempat tidur di sebelahnya.

"Temanmu tadi ke luar tapi aku tidak tau ke mana."

Chaeyoung menoleh ke asal suara dan matanya membulat saat melihat Yoongi lah pemilik suara itu.

TAMPAN SEKALI! Batin Chaeyoung memuji.

Tapi..

Kenapa Yoongi di sini?

"Kau butuh sesuatu?" tanya Yoongi.

Chaeyoung menggeleng.

"Yoongi Oppa," panggil Chaeyoung.

Yoongi mengerutkan keningnya bingung. "Kau mengenalku?"

"Siapa sih yang tidak mengenal Oppa," kekeh Chaeyoung.

Yoongi tersenyum kecil. "Jadi kenapa?" tanya Yoongi.

"Apa perlombaannya sudah selesai?" tanya Chaeyoung.

Yoongi mengangguk. "Tapi tampaknya masih ramai." Yoongi menatap keluar jendela di mana murid-murid masih berhamburan.

Chaeyoung ikut menatap keluar jendela. Memang benar, masih ramai. Mungkin mereka masih berteduh karena di luar sedang hujan.

Chaeyoung kembali menatap Yoongi.

"Oppa sakit?" tanya Chaeyoung yang sedari tadi penasaran kenapa Yoongi di sini.

"Tidak."

"Jadi?" Chaeyoung mengerutkan keningnya.

Yoongi menarik gorden pembatas yang sedari tadi menutupi tempat tidur di mana Jennie dibaringkan.

"Pacarku yang sakit," ujar Yoongi sambil memperlihatkan Jennie yang masih tertidur pulas.

Chaeyoung terdiam. Pacar?

"Pacar?" ulang Chaeyoung.

Yoongi mengangguk. "Kau mengenalku tapi tidak mengenal pacarku. Jadi perkenalkan dia pacarku, Jennie Kim. Ku rasa dia cukup terkenal di sekolah i—"

"Lantas..." potong Chaeyoung.

"Lantas?" ulang Yoongi dengan alis yang tertaut.

Chaeyoung dengan cepat menggeleng. "Ah, bukan apa-apa."

Yoongi mengangguk paham.

"Ehm, sepertinya aku harus menyusul temanku." Chaeyoung hendak berdiri namun tiba-tiba dia meringis merasa sakit pada kepalanya.

"Kalau belum sehat lebih baik tunggu di sini saja," usul Yoongi.

Chaeyoung pun mengikuti usul Yoongi.

"Ngomong-ngomong, aku belum tau namamu."

"Ah! Aku Park Chaeyoung."

"Park ... Chae... Young?"

Chaeyoung mengangguk.

"Apa kau pacar Jimin?"

Chaeyoung mengangguk pelan.

"Pantas saja aku seperti pernah melihat wajahmu! Kau yang sering ada di photo profile Jimin."

Chaeyoung hanya diam.

"Tapi, dari tadi aku tidak melihatnya menemanimu. Di mana dia?"

Chaeyoung tetap diam. Dalam hati dia berharap jika Jiminlah tadi yang membawanya kemari tapi ternyata...

"Jadi siapa yang membawaku kemari?" tanya Chaeyoung berusaha menutupi rasa kecewanya tapi tak bisa.

Yoongi menjadi merasa tidak enak melihat perubahan wajah Chaeyoung apalagi gadis itu yang sedang sakit seperti ini. "Tiga menit setelah aku menggendong Jennie ke sini seorang laki-laki tinggi menggendongmu ke sini dan diikuti tiga perempuan."

Setelah Yoongi selesai berkata seperti itu, pintu UKS terbuka.

Jihyo, Lisa, Eunbi dan... Mingyu?

Jangan bilang laki-laki tinggi yang dimaksud Yoongi adalah Mingyu.

"Kau sudah sadar!" Eunbi berlari menghampiri Chaeyoung dan diikuti yang lainnya. "Kau tau, untung saja ada Mingyu yang sigap membawamu ke UKS."

Chaeyoung menatap Mingyu lalu tersenyum.

"Terima kasih," ujar Chaeyoung.

Mingyu tersenyum tipis. "Sama-sama."

Setelah itu, situasi menjadi canggung. Bagaimana tidak canggung disaat Mingyu yang merupakan laki-laki yang pernah Chaeyoung tolak berada di hadapannya. Jujur, rasa tidak enak itu masih berbekas di hati Chaeyoung.

Dulu, Mingyu menembaknya di tengah lapangan dan dia tolak. Namun saat Jimin menembaknya dikelas hanya dengan sebatang coklat di hari Valentine langsung Chaeyoung terima dan disaksikan langsung oleh Mingyu.

Memang saat itu Chaeyoung benar-benar tertarik dengan Jimin.

Dari pada dia menerima Mingyu dengan terpaksa dan berakhir dengan dia yang melirik-lirik lelaki lain, lebih baik dia tolak saja dan membiarkan Mingyu menemui gadis yang pas untuknya.

"Apa kau mau pulang sekarang, Chae?" tanya Lisa.

Chaeyoung tersadar lalu mengangguk.

"Kami mencoba menelpon Jimin tapi dia tidak mengangkat panggilan—"

"Aku pulang naik taksi saja," potong Chaeyoung.

Sekarang ini, dia benar-benar muak dengan Jimin.

"Biar aku saja yang mengantarmu pulang," ujar Mingyu namun terselip nada memohon.

Chaeyoung mengangguk.

Lisa dan Eunbi merasa biasa saja namun tidak dengan Jihyo. Gadis itu gelisah, seperti menyembunyikan sesuatu.

Berulang kali dia mengecek ponselnya dan mengetikan sesuatu di sana.

pjihyo : bagaimana?
pjihyo : sudah dimana?
pjihyo : apa sudah siap?
pjihyo : chaeyoung pulang diantar oleh Mingyu
pjihyo : jika masih lama, rencananya akan gagal

Jihyo, teman Chaeyoung yang penuh dengan rencana diselimuti rasa gelisah.

Apalagi saat Mingyu sudah membantu Chaeyoung untuk berdiri.

"Teman-teman aku duluan ya," pamit Chaeyoung lalu pergi bersama Mingyu.

Ketika Chaeyoung dan Mingyu pergi, Lisa dan Eunbi mengajak Jihyo juga untuk pergi.

Tapi Jihyo menyuruh kedua temannya untuk pergi terlebih dahulu karena Jimin tiba-tiba membalas pesannya.

pjimin : ya
pjimin : aku melihat mereka di parkiran
pjimin : aku memanggilnya
pjimin : tapi dia dgn cepat masuk ke dalam mobil Mingyu
pjimin : tampaknya aku yang harus bertindak sendiri
pjimin : terima kasih atas bantuanmu, sepupu.

sweet you | pjm.pcy✔️Where stories live. Discover now