Who?

1K 122 25
                                    

---

"Kenapa?" Jooheon melontarkan pertanyaan singkat sambil mengulurkan segelas kopi dingin pada maknae Monsta X yang sibuk menatap smartphone miliknya dengan dahi berkerut.

Changkyun yang mendapat pertanyaan kemudian mengalihkan matanya dari layar smartphone dan menatap Jooheon sekilas.

"Nothing," dia menjawab singkat. Tangannya memasukkan smartphone ke dalam saku jaket dan meraih segelas kopi dingin dari hyung termudanya.

Changkyun meminum kopinya dalam diam.

"Hyung!" dia kemudian memanggil setelah sekian lama. Matanya mengamati Jooheon yang sudah menghadap layar komputer siap memulai kembali pekerjaannya.

"Hm?" Jooheon menoleh pada Changkyun.

Changkyun mengalihkan tatapannya ke tempat lain selain Jooheon untuk beberapa saat. "Ingatkan aku jika aku tolol. Bukankah beberapa tahun telah berlalu sejak kita debut?"

Jooheon membalikkan tubuh dari layar komputer di hadapannya untuk menghadap Changkyun. Dahinya berkerut bingung pada tingkah si maknae. "Ya," walaupun ragu, akhirnya Jooheon mengangguk menjawab.

Changkyun mengusap dahinya dengan frustasi. Jooheon yang masih duduk tenang di depan Changkyun semakin bingung. Tangan pemuda berambut kemerahan itu menarik bahu Changkyun mendekat.

"What wrong?" Jooheon bertanya dengan hati-hati.

Changkyun balas menatap Jooheon. Matanya menatap tidak fokus, mencirikan dia sedikit ragu dengan apa yang ingin dia katakan.

"Tidak apa, hyung. Aku hanya ... " Changkyun menarik napas berat di antara kalimat singkatnya. "Lelah," dengan ragu Changkyun melanjutkan tanpa menatap Jooheon.

Tangan Jooheon meletakkan gelas kopinya lalu menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata Changkyun. Pemuda yang paling muda itu memejamkan mata, merasa lebih baik dan nyaman. Sesaat kemudian Jooheon menarik pemuda kecil di depannya dalam pelukan hangat.

"Istirahatlah. Kau telah bekerja keras," Jooheon berujar menenangkan sambil mengusap punggung Changkyun dengan lembut.

"Tapi," Changkyun menukas dengan pelan. Membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk Changkyun menyambung. Dia masih ragu dengan kata-kata yang siap meluncur dari bibirnya, tapi kemudian menahannya di tenggorokan.

Jooheon tahu bukan hanya lelah yang menjadi alasan tingkah aneh Changkyun malam ini. Ada sesuatu yang lain.

"Aku tidak memaksamu, Kyunnie. Tapi jika ada yang mengganggumu, katakan saja."

Changkyun mengeratkan pelukannya pada Jooheon. Menyamankan dirinya dalam dekapan yang hangat sebelum jatuh tertidur. Pelukan ini selalu berhasil membuatnya nyaman dan merasa aman. Dia tidak perlu menghawatirkan apapun jika sudah dalam pelukan ini. Keheningan studio membuat rasa kantuk Changkyun muncul ke permukaan. Studio musik mereka memang sepi. Memang hanya mereka berdua di sini sejak pagi tadi. Sibuk menyiapkan comeback mereka.

Merasakan napas teratur Changkyun di pundaknya, Jooheon tahu pemuda itu sudah tertidur dengan nyaman. Dengan perlahan dia membaringkan tubuh Changkyun yang sesekali menggeliat tidak nyaman.

Jooheon menatap wajah Changkyun yang kelelahan, lalu mengalihkan mata pada saku jaket Changkyun. Smartphonenya. Jooheon pintar meyakinkan orang untuk tidak ikut campur, tapi dia akan mencari tahu apa yang dia rasa pantas untuk diketahui. Mengusap dahi Changkyun dengan tangan kiri, Jooheon membuka apapun yang bisa dia temukan di smartphone Changkyun dengan tangan kanannya.

Pesan terakhir dari nomor tidak dikenal.

Im Changkyun, kau tahu aku memang sangat dekat bukan?

Sasaeng fans?

Jooheon menoleh pada Changkyun yang bergerak dalam tidurnya. Bukan hal aneh jika tiba-tiba kau menerima pesan ancaman picisan seperti ini. Jooheon juga masih beberapa kali menerima pesan seperti ini entah dengan cara bagaimana. Pemuda itu memutuskan berhenti mencari tahu. Dia kemudian beranjak mencari selimut. Mungkin mereka tidak kembali ke dorm lagi.

Pemuda itu tidak tega membangunkan Changkyun yang baru saja tertidur.

Mengamati member lain merupakan hobi setiap anggota Monsta X. Khususnya Jooheon, dia merasa nyaman hanya dengan menatap wajah Changkyun yang tertidur. Membuatnya merasa perlu membuat wajah itu terkesan ketika bangun nanti. Walaupun gejolak lain terus bermain dalam benaknya.

Bukankan dia terlalu polos, Lee Jooheon?

Jooheon duduk kembali di meja kerjanya setelah menyelimuti Changkyun yang tidur di sofa. Sesekali tangannya saling meremas menahan sesuatu. Dia membuat matanya terjaga oleh bergelas-gelas kopi. Dia tidak boleh jatuh tidur lebih cepat, dia harus menyelesaikan sesuatu malam ini. Merasa bosan dengan kopi, Jooheon beranjak mengambil sebotol Wine. Jenis alkohol yang menjadi favoritnya bulan ini.

Cairan merah itu menghilang dengan cepat di mulut Jooheon. Pemuda itu adalah peminum yang hebat, jadi minum beberapa gelas Wine atau mungkin minuman yang lain tidak akan menjadi masalah.

Mata Jooheon melirik gelas Winenya lalu beralih pada berbotol-botol alkohol dengan beragam jenis di dekat sofa tempat Changkyun tertidur. Memilih alkohol mana yang beruntung malam ini. Changkyun sudah jatuh tertidur, bukan jadi masalah jika Jooheon sedikit mabuk. Changkyun tidak akan sadar.

Jooheon tersenyuk kecil lalu beranjak. Dia meraih dua jenis alkohol di kedua tangannya. Memilih yang lebih dia minati, tapi kemudian memilih keduanya sekaligus.. Jooheon bukan pemilih dalam urusan minum. Dia bisa meminum alkohol jenis apapun tanpa perlu mabuk dengan cepat. Sekali lagi, dia adalah peminum yang kuat. Di samping itu, malam ini dia merasakan gejolak itu lagi.

Memang sudah waktunya bangun.

Jooheon menarik ujung bibirnya berlawanan arah. Bukan senyum manis dengan dimple di kedua pipi. Senyum yang lain, dan Jooheon pastikan tidak ada yang akan tahu. Terlebih pemuda yang sangat dia lindungi. Pemuda yang tengah tidur pulas di balik selimut.

Pada kenyataanya, Jooheon hanya duduk bersilang kaki di sebuah kursi. Menatap Changkyun yang tertidur dengan segelas Jack Daniel di tangan kanannya. Tangannya menarik dan mengulur gelas dari bibirnya yang merah bergantian. Dia begitu menikmati perannya. Masih tersenyum dengan kilat mata yang aneh.

Mata Jooheon melirik jendela studionya. Matanya tidak pernah salah.

Jooheon bangkit.

Gelas Jack Danielnya menimbulkan suara berdenting kecil ketika tangan kirinya mengisi kembali gelas yang telah kosong. Matanya menatap lurus pada Changkyun lalu bergantian menoleh pada jendela yang menghadap jalan yang ramai malam itu.

Sekali lagi, bibir Jooheon membentuk senyum kecil.

Dia. Memang perlu sedikit tanda.

.

.

.

.

Hi, 

hope you enjoy this part..

with love LM


The Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang