2

250 8 0
                                    

Akh!

Jericho merasakan rasa kebas pada kedua tangannya dan pegal di punggung, serta perih di kaki. Kenapa bisa seperti ini sih?

Ia berusaha bergerak. Sial! Persendiannya terasa begitu kaku. Jericho perlahan membuka matanya dan mengerjap pelan. Hanya gelap.

Apa aku sudah buta?

Tidak mungkin!

Ini dimana sih?
Jericho mencoba membuka ingatan terakhirnya sebelum ia terjebak dalam kegelapan ini.

Malam itu...saat Jericho memutuskan untuk berhenti mengikuti petualangan Nanatsu No Taizai, dia sampai pada sebuah desa kecil dan...oh! Jericho ingat, dia sedang melawan para bandit dan ternyata semua usaha perlindungan dirinya sia-sia, mereka terlalu kuat dengan bantuan kekuatan sihir—

"Kira-kira dia sudah bangun belum, ya?" Suara seorang laki-laku mulai bergema di luar ruangan.

"Mungkin sudah. Kudengar, dia adalah ksatria suci dari Brittania." Sahut laki-laki yang lainnya.

Suara siapa itu?

Bersamaan dengan langkah kaki mendekat dan ada secercah cahaya dari lilin sedikit menembus melalali celah pintu, Jericho akhirnya bisa sedikit bernapas lega.

Suara gembok pintu dan rantai yang terjatuh membuat Jericho waspada. Walaupun dalam kondisi yang buruk, Jericho harus tetap waspada. Mungkin dia memang menyerah soal percintaannya dengan Ban, tetapi dia tidak pernah menyerah dalam hidupnya. Dia masih ingin hidup.

Pintu di buka dan cahaya mulai menerangi ruangan tersebut. Jericho baru sadar kalau tangannya dirantai menjadi satu dan diikat di atas, kakinya pun juga dirantai. Pantas saja badannya terasa remuk. Ternyata selama dia pingsan, dia berada dalam posisi terduduk di lantai dengan tangan ke atas.

"Siapa kalian?" Tanya Jericho ketus.

Dua laki-laki itu menatap Jericho dengan tatapan meremehkan. "Kau akan tau nanti."

"Siapa kalian? Dan kenapa kalian menyekapku??"

"Kau akan tau nanti, Nona Manis." Salah satu dari mereka melangkah mendekat, lalu berjongkok depan Jericho. Ia menatap wajah Jericho dengan penuh selidik. "Apa benar kau ksatria suci dari Brittania?"

"Memangnya kenapa?"

"Kau..." laki-laki itu mengusap pipi Jericho dengan tangan kasarnya, "...terlalu lemah."

Deg!

Tidak! Jericho tidak boleh termakan omongan orang di depannya ini. Anggap angin lalu.

"Lalu?" Jericho menyunggingkan senyum licik.

"Ya, hanya itu. Kau lemah, kau lebih pantas menjadi ksatria ranjang saja?"

Laki-laki yang lainnya menjentikkan jari. "Wah, Eric! Idemu brilian sekali! Aku akan usulkan pada bos soal 'ksatria ranjang'. Tunggu dulu ya, aku pergi sebentar." Laki-laki itu benar meninggalkan ruang gudang ini.

Hah? Jericho memandang laki-laki yang di depannya, Eric. "Apa maksudnya?"

"Entah. Mungkin maksudnya kau mendapat pekerjaan baru, daripada terus mengangkat pedang untuk perang, mending membuka jasa untuk memuaskan orang."

Jericho memandang Eric dengan tatapan tak percaya. "Maksudmu, aku menjadi pelacur?"

Eric menjentikkan jari dengan ceria. "Nah!! Iya. Kau ternyata cerdas."

"Tidak." Suara perempuan menginterupsi perbincangan mereka.

"Selamat pagi, Tuan Putri." Sapa dua laki-laki itu dengan badan yang sedikit membungkuk.

ENOUGHWhere stories live. Discover now