~Bagian 2~

1 0 0
                                    


Bip! 

Suara pesan masuk   menggangu santap siangku di kantin serba murah ini.

From : Pimpred

Selamat Siang, rekan-rekan.

JADWAL KOPI DARAT

Senin, 10.02.13. SEKRE SUARA KAMPUS.

MENGUPAS BULETIN BULAN INI.

Deg.

Ritme jantungku sudah tak normal lagi. Mi Kuah yang enaknya sejagad sudah tak menarik lagi. Lalu, tanpa sadar aku sudah berada di antara rekan-rekan yang sama tegangya denganku. Pasalnya, orang nomor satu di kawasan ini sedang menunjukkan aura tidak menyenangkan.

Bruuk!

Kami semua tersentak melihat kertas-kertas artikel yang kami tulis dihempaskan ke lantai.

"Benar-benar mengecewakan." Desisnya dingin.

Kami semua duduk diam, tepekur, berdoa dalam hati.

"Apa ini??!!!! Ini yang kalian bilang akan serius? Kalian pikir karena kita hanya terbit di kampus, gratisan, dan tidak di bayar, kalian bisa membuat tulisan abal-abal seperti ini!" tak satupun dari kami berani mengangkat kepala. Karena hati nurani kami berkata, dia sedang memperhitungkan akan menguliti atau memasak kami hidup-hidup.

"Kalian sudah punya mentor masing-masing. Hanya mengikuti instruksi mereka apa susahnyaa?!"

Mentor apaan, setiap kali ditanya kapan bisa meliput selalu jawabannya sibuk.

"Saya akan memaklumi, jika hanya kalian yang kami lepaskan sendiri ke lapangan! Kalau tidak sanggup, berhenti saja kalian mulai dari sekarang!" ucapnya sinis.

Dia kira semudah itu menyuruh kami keluar. Enak aja! Tidak semudah itu Ferguso!

Dia melihatku geram ketika aku mengacungkan tangan.

"Ok. Siapa lagi yang mau keluar?" ucapnya tanpa mengalihkan tatapan diriku

"Saya tidak ingin keluar Bang". Ucapku berani. Bertolak belakang dengan detak jantung yang semakin bertalu. "Saya hanya ingin mengatakan, kami tidak butuh mentor kalau selalu tidak bisa ketika kami ajak bertemu." Aku tahu beberapa pasang mata menatapku nyalang.

Sayangnya aku tidak bisa berhenti dengan matanya yang menuntutku bicara lebih." Berikan kami kesempatan sekali lagi." Suasana hening setelah aku menutup mulut. 

Dia menghembuskan napas perlahan.

"Baik. Selesaikan artikel dalam 2 x 24 jam. Jika tidak selesai, silahkan kalian mundur. Saya tidak perlu orang yang tidak serius. Silahkan kalian keluar. Dan untuk mentor, silahkan tinggal."

Kami semua bernapas lega setelah si Diktator itu masuk ke ruangannya. Setidaknya kami masih punya waktu dua hari untuk memikirkan nasib kami di organisasi ini.

Memasukkan kembali artikel ke dalam tas. Sejenak aku merasa seseorang memperhatikanku.

 Ya salam! Bukan memperhatikan. Dii sana, tepatnya di sudut ruangan. Dini, Dia mentorku yang jutek tapi cantik di saat bersamaan, tengah menatapku datar. 

Enemy detected!  

Alarmku mengingatkan.


Tapan, 2019.04.03

Peluk Sayang, 

Dimm

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan DiaWhere stories live. Discover now