[A day for Wooseok] (End)

474 56 5
                                    


Aku menatap tangan kananku dimana wooseok meletakan jari-jarinya di sela-sela jariku, menyatukannya tak menyisakan ruang dan mengelusnya lembut menyalurkan sengatan-sengatan asing dibadanku.

Aku yakin bahkan semenjak kita meresmikan hubungan setahun yang lalu, kita tak pernah punya waktu untuk hal se intim ini.

Terkecuali untuk malam itu. Tapi aku mengecualikannya karna saat itu kita tidak menyalurkan kebahagiaan masing-masing.

Aku hanya merasa sentuhan-sentuhan kecil darinya sekarang ini lebih intim dibanding semua hal yang terjadi di malam itu. Terutama karna aku dapat merasakan ketulusannya.



"Yeon.. diantara semua pria, kenapa kau memilihku?"

Tanyanya setelah menaruh kepalanya di atas pangkuanku membuat wajahnya sedikit terpancar cahaya televisi.

Aku menggelengkan kepalaku kemudian sedikit memainkan senyum kecil menanggapinya.



"Aku tidak pernah memilihmu tuh"

Ucapku kemudian yang membuat ia sedikit menurunkan ekspresinya.


Sebelum wooseok mengeluarkan omelannya, aku meletakan jari telunjukku di depan bibirnya.


"Kau tau sendiri kan kalau semuanya takdir yang menentukan"


Tambahku membuat wooseok kembali mengembangkan senyumnya lebar.


Aku sekali lagi menatap cincin kecil bersinar di jari manisku lamat. Cincin pertama yang kudapatkan dihidupku, dan kuharap ini juga untuk yang terakhir.

Aku tak pernah tau bahwa menjadi seorang penulis lagu memberikan banyak keuntungan untukmu. Buktinya wooseok membeli cincin ini, dan menyiapkan beberapa kejutan lainnya dengan semua keuntungan itu.


"Yeon"

Wajahnya sekali lagi menunjukan bahwa ia ingin bertanya.


"Aku bodoh kan?"

Konyol, faktanya ia itu hanyalah pertanyaan retoris semacam pertanyaan yang anak kecil tanyakan secara random.


"Tentu saja"

Jawabku bahkan tidak meredupkan ekspresi wajahnya mungkin karna ia sudah terlalu menerimanya.


"Kalau gitu, kau bodoh dong untuk menerima lamaranku?"

"Aku tak pernah menyesali hal itu"

Tanggapku langsung tanpa jeda membuat senyumnya lagi-lagi berkembang.


"Sejauh ini sih"

Ia mengerucutkan bibir bawahnya kemudian bangkit duduk dan menghadap wajahku lamat.


"Jangan macam-macam!"

Ucapnya sebelum menarik daguku kemudian mentautkan bibirku dengan bibirnya.



***


"Haduhh! Kenapa ibu menangis?"


Aku mencubit keras pinggang wooseok yang tertutupi setelan rapihnya itu semakin membuatnya terlihat tampan.


"Orang tua mana yang tidak menangis melihat anaknya menikah dengan orang pilihannya?"


Hello Mr. Stupid • Wooseok ☑Donde viven las historias. Descúbrelo ahora