10. [2nd Day] Bloody Warehouse

1.2K 277 22
                                    

Tidak ada manusia yang dilahirkan untuk menjadi orang jahat, kehidupan duniawi lah yang mengubah seseorang menjadi jahat.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Keadaan sekolah mulai agak sepi dan hanya ada beberapa murid yang masih menetap di sekolah. Contohnya Jinyoung dan Woojin yang tidak bisa dipisahkan akhir-akhir ini juga menjadi spesies murid yang melestarikan budaya pulang telat. Jangan ditanya, tentu saja untuk memanfaatkan internet sekolah demi melakukan window shopping di suatu aplikasi online shop.

Sambil berjalan menuju gerbang, mereka mengobrol, "Koperasi sekolah jual dasi tidak, sih?" tanya Jinyoung yang sedari tadi merangkul Woojin dengan penuh cinta.

"Tentu saja. Tapi mahal." jawab Woojin.

"Ahh, jangan seperti orang susah dong. Semahal apa sih, memang?"

"Memangnya kenapa dasi mu bisa hilang?"

"Aku tidak tahu. Aku lupa dimana terakhir kali aku meletakka--oh!? Bukankah itu Kyulkyung!?" kalimat yang diucap Jinyoung terpotong begitu ia melihat seorang teman sekelasnya yang sedang berdiri di depan gerbang.

"Kenapa dia belum pulang? Apa karena bus nya mogok kerja?" tambah Woojin yang kemudian mengikuti Jinyoung menghampiri Kyulkyung.

"Joo Kyulkyung! Kenapa belum pulang?" tanya Jinyoung.

"Oh? A-aku hanya, aku hanya.."

"Hanya?"

"Aku hanya bosan."

"Kemana Sohye? Biasanya kalian selalu bersama-sama." giliran tanya Woojin.

"Ia pulang duluan, Ayahnya menjemputnya karena tidak ada bus."

"Lalu kau pulang naik apa?" tanya Jinyoung.

"Aku bisa naik taksi. Aku pulang dulu." Kyulkyung pun berlalu meninggalkan mereka begitu saja.

Jinyoung dan Woojin langsung memasang wajah bingungnya. Tentu saja bingung karena tak biasanya Kyulkyung bersikap kaku seperti itu. Yang teman-temannya tahu, Kyulkyung adalah anak yang ceria dan ramah. Ia seharusnya mengatakan Sampai bertemu nanti di kelas malam! Aku pulang dulu! Tapi hari ini ia mengucapkannya dengan malas.

"Dia kenapa, sih? Kok tiba-tiba begitu?" tanya Jinyoung.

"Mungkin suasana hatinya sedang buruk." balas Woojin.

"Ah, begitu. Baiklah, ayo kita cari taksi. --Oh ya! Sebentar. Nanti malam kita harus bermain Jenga lagi, kan? Aku juga harus mengikuti kelas malam. Ayo kita berangkat bersama-sama naik mobilmu!"

"Lalu aku dan Jihoon harus menunggumu dan Yoojung menyelesaikan kelas malam?"

"Tentu saja. Tidak apa-apa lah. Kau bisa memanfaatkan waktu sambil bermain game atau jalan-jalan dulu. Ya, yaa??"

Woojin berpikir sebentar. Kemudian ia menyetujuinya, "Baiklah baiklah, aku akan mengantar kalian. Ululuh Bae Jinyoung ku!" Woojin gilir merangkul Jinyoung sambil mengacak-acak rambut hitamnya. "Ah, kau ini kenapa tampan sekali, sih, aku jadi merasa seperti kentang rebus gosong setiap berada di sebelahmu. Kau tahu? Aku hampir gay karena ketampananmu."

"Ah, hentikan, dasar buluk." balas Jinyoung sambil memukul kepala Woojin tapi kemudian dibalas dengan tawa Woojin sendiri.

"Andai kepala Park Woojin sekecil kepala Bae Jinyoung." ujar Woojin lagi sambil menepuk-nepuk kepala Jinyoung.

"Akshh, hentikan! Cepat jalan!" Jinyoung balas menendang pantat Woojin agar ia jalan duluan.

. . .

JENGA : The Game Of CurseWhere stories live. Discover now