Petir di Siang Hari

1.6K 125 3
                                    


Tahun 2013

"KIM DAHYUN!!!"

Dahyun menggaruk telinganya masih dengan mata terpejam. Selimut putih bermotif biru abstrak miliknya sudah membentuk gulungan tak beraturan dibawah kaki kirinya. Bantal yang seharusnya masih menumpu kepala Dahyun sudah berada dilantai bawah kasur.

Suara gedoran pintu berkali-kali justru terdengar seperti lagu nina-bobo bagi perempuan yang masih terlena dalam mimpi nya itu. Tak lama gedoran itu menghilang. Namun beberapa detik kemudian pintu kamar yang tak pernah lupa Dahyun kunci itu terbuka.

'Byur' suara air mengalir dari mangkuk ke wajah putih Dahyun. Dengan tergagap ia bangun karena rasa dingin dan kaget.

"Eomma!" jerit Dahyun melihat Ibu nya sendiri lah yang menyiram air pada dirinya.

"Kenapa? Kau mau menantang Ibu mu? Ha?!"

"Ish" bibir Dahyun mengerucut, mengalah.

"Mana ada anak perempuan yang telat bangun sampai tengah hari begini. Bangun sana, mandi!" ucap nyonya Kim sambil menyeret paksa Dahyun dari tempat tidurnya.

"Eomma! Lagian ini hari Sabtu, aku juga tidak akan kemana-mana. Jadi biarkan aku tidur lagi ya... ya??" mohon Dahyun memasang tampang melas seolah ia sudah berhari-hari tidak tidur.

Tapi bukan nyonya Kim memang kalau tidak kuat, ia mengalungkan lengan kiri Dahyun ke lehernnya dan menggendong Dahyun seperti anak kecil sampai di depan kamar mandi.

"Aaargh" tubuh Dahyun diletakkan tepat di depan pintu kamar mandi.

"Mandi! Eomma tidak mau mengecewakan nyonya Park karena melihat calon mantu nya seperti kambing"

Keterlaluan, sejelek itu dirinya dimata Eomma, batin Dahyun. Sebentar, apa dia tadi tidak salah dengar. Calon mantu?

"Eomma!" Nyonya Kim yang baru saja pergi meninggalkan Dahyun berbalik kembali menatap putrinya terduduk di depan pintu kamar mandi dengan rambut berantakan, baju piyama melorot ke pundak kanan, dan wajah sembapnya.

"Kenapa?"

"Eomma bilang calon mantu?" tanya Dahyun memastikan pendengarannya.

"Iya, 3 jam lagi Nyonya Park dan sekeluarga akan datang makan malam bersama kita. Beliau ingin menjodohkanmu dengan putranya, ah tidak, Appa mu juga sudah setuju dengan ide ini. Jadi kau bersiap-siap lah"

Saat itu juga seolah mendengar petir dan gemuruh bergantian, Dahyun tidak berkutik. Kantuknya sudah hilang digantikan dengan perasaan cemas sekaligus takut. Baginya kata pernikahan tidak pernah atau bahkan sangat terdengar asing di telinganya saat ini. Bagaimana dengan sekolahnya, cita-citanya. Ia tidak akan melepaskan semua itu, tidak akan.


To be continued ...

Deal or NoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant