Muslimah Kok, Gitu?

2.4K 319 20
                                    

budayakan apresiasi dengan vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar setelah membaca sampai akhir. need your feedback :))




◽️◽️◽️

Berada dalam jalan Islam adalah di mana kita harusnya merangkul mereka yang belum paham, bukan justru menyalah-nyalahkan.





◽️◽️◽️

credit characters from La Fadz
:Medina, Rhum, Atik:

◽️◽️◽️
































"OKE, Kak. Makasih, ya?"

Atik mengernyitkan keningnya begitu melihat Medina melambaikan tangan kepada seorang perempuan di luar pintu sekre LDF.

Akhir-akhir ini Medina memang terlihat sering jalan bareng dan terlibat ngobrol seru dengan gadis itu. Kata Medina, namanya Chelsea, anak Sasing angkatan 2018. Awalnya Atik dan Rhum menganggap hal itu biasa saja mengingat sekarang Medina mendadak jadi artis kampus. Ya gara-gara apalagi kalau bukan teater persahabatan ketika malam inagurasi ospek bulan lalu itu. Mendadak juga LDF Sastra banyak peminatnya. Beberapa di antara mereka bahkan sengaja salah menghampiri sekre akhwat demi bertanya pada Medina. Iya, yang kurang kerjaan seperti itu sudah jelas maba laki-laki yang auto penasaran dengan Medina.

"Dari mana lagi, Mei?" Kali ini Atik bertanya hanya sekedar mengetes Medina. Ia sebenarnya sedang kesal, karena sudah satu minggu ini Medina tidak mau nongkrong dengannya dan Rhum seperti biasa.

Medina tersenyum lebar, memilih duduk di depan Atik yang sedang sibuk membaca beberapa formulir pendaftaran LDF yang sudah terkumpul dua hari lalu.

"Nganterin Chelsea makan cilok di depan."

Atik mengangguk-angguk, sementara Rhum masih sibuk dengan layar laptopnya. Berbeda dengan Atik, Rhum tampak biasa saja dengan pertemanan Medina dengan Chelsea.

"Maaf, ya. Kemarin nggak bisa ikut ke Sekre pusat nemenin kalian nyetor data pendaftar."

"Udah biasa," jawab Atik ketus, tetap menatap kertas-kertas biodata mahasiswa yang mendaftar.

Medina menghela napas. Sebenarnya ia tak masalah mendapat perlakuan tidak mengenakan dari Atik. Ia akui akhir-akhir ini memang jarang meluangkan waktu untuk mereka berdua. Kalau Rhum, gadis itu memang punya perangai dewasa. Sifatnya yang kalem dan tenang serta pengertian membuatnya lebih mudah menerima penjelasan Medina. Tetapi Atik beda, ia punya sifat yang sedikit kekanakan. Mudah cemburu. Apalagi kalau sudah merasa diabaikan dan tidak diprioritaskan.

"Oiya, aku punya sesuatu," kata Medina, mengeluarkan ice cream cokelat dan vanila untuk Rhum dan Atik. "Untuk Atik spesial kukasih dua bungkus."

Rhum menyambutnya dengan riang gembira. Mengucap terimakasih pada Medina berulang-ulang. Sementara Atik diam, meski ia tetap menerima ice cream pemberian Medina. Ia paling tidak bisa menolak ice cream, apalagi rasa cokelat favoritnya.

"Nyogok nih ceritanya?" kata Atik, yang meskipun disampaikan dengan nada ketus tapi wajahnya tidak semenyebalkan tadi. Ia bahkan beralih fokus dari kertas-kertas pendaftar ke bungkus ice cream. Membuat Rhum dan Medina terkikik geli sambil geleng-geleng. Ya, memang sebegitu mudahnya menggembirakan Atik. Medina tersenyum lebar ketika Atik mulai memakan ice cream pemberiaannya.

Muslimah BerperanWhere stories live. Discover now