[3/6]

1.3K 219 7
                                    

(Name) menghela napas kasar, sementara pemuda disampingnya terus tersenyum penuh kemenangan. Di sini lah mereka sekarang, di sebuah bioskop yang berjarak 1 km dari nekoma.

"Hei, berhentilah memasang wajah masam begitu. Kau ini sudah jelek, terlihat semakin jelek jika seperti itu." Ucap Kuroo pada (Name).

"Sorry ya, aku ini cantik." Sanggah sang gadis.

"Kalo cantik kenapa masih jomblo?" Sebuah kalimat yang membuat name kehabisan kata-kata, dan juga pertanyaan yang seolah menjadi panah yang telah menembus kokoro (Name).

"Maaf sebelumnya, tapi gini-gini banyak yang menembakku. Hanya saja aku tak tertarik pada mereka." Balas (Name) penuh kemenangan.

"Oh ya?" Tanya Kuroo menatap (Name). Dan di balas anggukan bangga oleh sang gadis. Manik mereka bertemu.

"Bagaimana jika aku yang menembakmu? Apa aku akan di tolak juga?" Pertanyaan Kuroo membuat (Name) membulatkan matanya. Sekarang (Name) bingung mau membalas apa.

"Bicara apa kau ini? Itu bukan cara menembak gadis yang baik. Kalo caramu menembak seperti ini, tentu saja aku menolaknya." Ucap (Name) berlalu pergi meninggalkan Kuroo yang masih mencerna balasan sang gadis.

Kuroo yang tersadar menatap punggung sang gadis dan mengukir senyum simpul. Kemudian berlari mengejar sang gadia yang tengah berjalan memasuki ruangan.

Setelah usai menonton mereka segera pulang. Dan selama perjalanan hanya ada kalimat-kalimat hinaan yang keluar dari keduanya. Sampai mereka berada di depan super market.

(Name) dan Kuroo memutuskan untuk singgah karena (Name) mengatakan persediaan makanan di rumahnya habis dan dia harus membelinya. Wajar saja karena kedua orang tua (Name) berada di Korea dan (Name) memuruskan untuk tetap tinggal di Jepang setidaknya sampai ia lulus Kuliah.

(Name) berkeliling mengambil beberapa bahan makanan. Bersama Kuroo yang mengekorinya daru belakang.

"Hei kucing, kau mau makan apa malam ini?" Sebuah pertanyaan yang membuat Kuroo menghentikan langkahnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Kuroo yang masih belom mengerti tentang pertanyaan (Name).

"Aku menawarimu makanan. Apa kau tak mau? Kalo nggak mau, nggak papa sih. Toh aku jadi lebih hemat." Ucap (Name) dengan santainya tanpa rasa malu sedikitpun.

"Baiklah, aku menerimanya dan soal makanan terserah padamu." Kata Kuroo dengan melebarkan senyumnya. (Name) yang membelakangi Kuroo hanya dapat menyungging sebuah senyum simpul di wajah cantinya.

Sesampainya di rumah (Name) hujan turun cukuo deras, (Name) hanya menghela napas dan meminta Kuroo untuk masuk dan duduk. Sementara ia memasak Kuroo terus memperhatikan geraknya.

"Sikap baikmu ini membuatku ingin segera menjadikanmu sebagai milikku." Batin Kuroo.

Seusai makan malam, terlihat hujan sudah reda, Kuroo segera berpamitan dan pulang. Sesampainya di rumah Kuroo mencari ponselnya dan dia menemukan sebuah surat hitam di dalam tasnya.

"Seingat ku aku tak memasukkan surat apa pun ke dalam tas. Bagaimana bisa ini disini?" Gumamnya.

Kuroo segera membaca isi surat itu.

“Saat malam datang tanpa hadirnya bintang,
kau datang berikanku cahaya.

Saat angin semilir tak menyejukan hatiku,
kau hadir membawa kesejukan lewat senyumu.

Ijinkan hasratku bersandar dihatimu,
agar rasa ini bisa memberi kehangatan di dalam hatimu.”


Senyum Kuroo merekah membacanya, satu lagi kebahagiaan yang ia terima hari ini.

"Siapa kau sebenarnya?" Gumam Kuroo menatap isi surat itu.




































Tbc

Oke sip tinggal 3

sakura message 💌 Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang