02.

2.8K 408 41
                                    

"Kau yakin?"

Doyoung menghela nafas. ini sudah kesekian kalinya Taeil menanyakan ia yakin atau tidak pada keputusan mendatangi ayahnya untuk meminta persetujuan membuat rumah bersama Taeil di Seoul. Tuan Kim hanya tahu pekerjaan Doyoung dipindahkan, tidak dengan rumah yang akan ia bangun bersama Taeil.

"Kau tahu jawabnnya." setelah mengatakan itu, Doyoung melangkahkan kakinya memasuki sebuah pekarangan rumah serba coklat, rumah ayahnya. Ia membuat gestur agar Taeil tetap di tempatnya dan tidak banyak bergerak apalagi hilang seperti kencan ketiga mereka. Akanku ceritakan lain waktu.

Taeil hanya bisa berdoa agar Doyoung tidak diperlakukan kasar apalagi ditendang dari keluarga Kim. Tapi tidak apa jika ditendang, ia akan segera meresmikan nama Doyoung dengan Moon didepannya. Memikirkannya saja membuat Taeil senang sembari tersenyum miris.

Taeil menggedikkan kedua bahunya tatkala angin berhembus menerpa tangannya tanpa balutan kain apapaun. Berlama-lama berada di luar ruangan sebenarnya sangat membosankan, apalagi keadaan udara saat ini cukup dingin. Ia ingin segera pulang dan memeluk guling biru kesayangannya– setelah Doyoung.

lima menit setelah ia memikirkan guling kesayangannya, Doyoung keluar dengan raut tak bersahabat. Ia berjalan lesu menuju mobil tanpa meghampiri Taeil terlebih dahulu di dekat semak semak depan rumah.

Taeil membuka pintu mobil bagian pengemudi, ia kemudian memakaikan sabuk pengaman pada Doyoung sembari mencuri kecupan pada pipi sang kekasih. Si korban pencurian hanya mendesah keras, membuat Taeil kaget hingga melebarkan matanya.

"Ada apa?"

"Ayah tidak ada di rumah."

"Sudah kuduga!" Taeil memukul stir mobil dengan gemas, "Aku tidak melihat mobil pak tu– Ayahmu."

Doyoung mendelik, "Kenapa tak memberi tahu?!"

"Kau sangat berapi-api." Taeil menyalakan mesin mobilnya, segera meninggalkan tempat mengerikan baginya. "Jadi apa yang kau lakukan didalam sana? menggoda Jeno bersama kekasihnya?"

"Aku diberi bibi Bae susu pisang milik Jeno."

"Aku tidak?"

"untuk apa?"

"Agar bisa mengalahkan tinggimu!" Doyoung tertawa renyah. Taeil memang sedikit lebih pendek darinya, tapi apa masalahnya? ia tidak akan terjerat pada lelaki setinggi dua meter sekalipun, Taeil sudah memenuhi relung hatinya.

"Empat centi lagi kau akan mengalahkanku, Tuan Moon. Berusaha– Taeil awas!"

Veled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang